Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan
pernah...” PU M11-12 maupun dari pihak ibu mertuanya “...Mas salamet ini terus akan bagaimana? Katanya emak saya disuruh menunggu sedikit lagi..”PU
S28-29. Hal ini juga menunjukkan bahwa PU memiliki itikad baik dan tidak takut untuk menyelesaikan masalah terberat yang dihadapinya dengan meminta ijin kepada
pihak YSS tentang kehadiran kakak iparnya di rumahnya. Walaupun problem terberatnya saat ini belum terlewati PU mampu memandang itu secara sehat sehingga
dapat menentukan langkah-langkah yang jelas dalam menghadapi masalah kakaknya. BU sebagai seorang adik dalam menghadapi problem dengan kakaknya
banyak sangat menggantungkan penyelesaian problemnya dengan kehadiran ibunya dari Bengkulu. Oleh sebab itu BU mengharapkan bahwa ada pembicaraan yang
matang dengan ibunya sehingga dirinya merasa jelas tentang penyelesaian masalah kakaknya. BU mengharapkan kehadiran ibunya dikarenakan BU sendiri tadinya
berharap bahwa masalahnya kakak iparnya dapat diselesaikan dengan meminta bantuan kepada saudara-saudaranya yang lain, tetapi usaha ini tidak berjalan baik. BU
juga pernah meminta tolong kepada saudara lelakinya yang tinggal di Badran tetapi dari pihak istri saudara laki-lakinya tidak berkenan dengan kehadiran kakaknya yang
mengalami gangguan kejiwaan ini di rumah mereka. Begitu juga dengan kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan juga tidak berkenan untuk tinggal disana.
Kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan merasa bahwa BU lebih mau menerima dirinya dari pada kakak lelakinya yang tinggal di Badran. BU merasa
sendirian menghadapi dan menghidupi kakaknya yang mengalami gangguan kejiwaan ini. BU cukup dapat memandang secara positif dengan problem yang
dihadapinya dengan berani bercerita tentang keadaanya yang dihadapi kepada pihak YSS. BU tetap memandang bahwa kehadiran kakaknya merupakan hal yang cukup
merugikan setelah pengalaman kejadian anaknya ditendang oleh kakak iparnya. Hal ini terlihat cara BU mengakui bahwa dirinya dinasehati untuk tidak memasukkan hati
apa yang telah diperbuat kakaknya dahulu oleh Ibu Sum pihak PSP YSS karena
keadaan saat itu BU cukup merasa khawatir bahwa terulangnya peristiwa tersebut.
2. Keluarga kedua pasangan PY dan BY Keluarga ini sudah beberapa kali tinggal di PSP YSS. Sekarang ini tinggal di
PSP YSS karena kembali dari transmigrasi membuat tidak memiliki tempat tinggal dan juga karena alasan anaknya yang masih berumur 2 tahun yang merasa kasihan
jika harus tidur di jalanan. Pekerjaan PY sebagai tukang becak. Pekerjaan ini sudah digeluti selama
hampir 15 tahun. Pertama kali bekerja membecak adalah pada saat di Solo. PY memilih menjadi tukang becak di Yogyakarta karena menurutnya pekerjaan menjadi
tukang becak lebih banyak menghasilkan uang jika di Yogyakarta dari pada di Solo. Menurut PY bekerja di jaman sekarang ini lebih sulit dari pada jaman dahulu. Bekerja
seharian belum tentu bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup, ini dikatakan oleh PY, “...sekarang ini mau beli makan saja sulit.”PY M18. PY merasa bahwa perlu
adanya penghasilan tetap dalam bekerja. Penghasilan tetap sebagai tukang becak membutuhkan pelanggan tetap. Pelanggan tetap berguna dalam mengalokasikan
keuangan keluarga. PY mengatakan bahwa mendapatkan pelanggan tetap dengan cara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
selalu bekerja ditempat yang sama dan yang terutama adalah ramah terhadap para pelanggan.
BY adalah istri PY yang berkerja sebagai pengamen. BY biasanya mengamen bersama anaknya. Sebelum mengalami masalah garukan dengan SATPOL PP, BY
bekerja sebagai pengamen di perempatan lampu merah Jalan Magelang. Masalah garukan membuat anaknya menjadi tidak mau lagi jika diajak mengamen ke
perempatan lampu merah. Anaknya selalu ingat kejadian garukan di lampu merah setiap kali diajak untuk mengamen disana. Kejadian mengalami garukan merupakan
kejadian yang menakutkan buat anaknya. BY mengungkapkan, “...Pokoknya nangis, teriak-teriak sambil menendang-nendang. Paling hanya satu atau dua lampu merah,
sudah nangis Bela nya. Terkadang baru sampai lampu merah sudah nangis...”BY F23-26 Anaknya akan meronta-ronta dan menjerit-jerit sambil menangis setiap kali
diajak mengamen di perempatan lampu merah. PY dan BY mengalami problem dalam berkehidupan bertetangga dengan
Mas Agus. Problem ini berawal dari meminjam uang yang dilakukan oleh Mas Agus terhadap PY. Beberapa kali meminjam masih dikembalikan tepat waktu, tetapi lama
kelamaan mulai tidak tepat waktu. Konflik memuncak pada saat BY sepulang dari mengamen dan baru saja sampai di depan pintu dan sedang mencari kunci tiba-tiba
Mas Agus menghampiri untuk meminjam uang. BY tidak dapat memberikan uang yang akan diberikan karena dia baru saja pulang dan belum menghitung hasil yang
didapat dari bekerja. Hal ini ditanggapi oleh Mas Agus dengan marah sambil mengomentari kalau BY adalah pelit. BY tidak membalas komentar Mas Agus karena
dapat mempersulit masalah. Menurut PY setelah kejadian dengan istrinya BY itu Mas Agus mulai mendiamkan PY sekeluarga. Ternyata tidak sekedar tidak bertegur
sapa, Mas Agus mulai menyebarkan isu untuk menjelek-jelekan keluarga PY sehingga PY tidak memiliki teman dan terkucil. Ini membuat PY tersingkir diantara
warga RT. PY menjadi bulan-bulanan hinaan Mas Agus dimata warga RT. Konflik PY dengan Mas Agus diperkeruh dengan ketahuannya Mas Agus memberikan semen
yang dimiliki ke PSP YSS kepada pihak RT tanpa meminta ijin kepada pengurus PSP YSS. Mas Agus menuduh bahwa PY yang melaporkan perbuatannya tersebut. Mas
Agus marah kepada PY sehingga hampir terjadi perkelahian dengan menggunakan senjata tajam. PY ditarik oleh istrinya ke dalam rumah agar tidak merespon
perkelahian tersebut. PY merasa bahwa perlu menelpon koordinator PSP YSS agar menjadi penengah dalam menghadapi permasalahannya dengan Mas Agus. PY
semakin membenci Mas Agus. PY pernah mengungkapkan kepada koordinator PSP YSS bahwa jika terjadi permasalahan dan perkelahian dengan Mas Agus kembali, PY
siap untuk berkelahi sampai mati. Hal ini muncul karena PY sudah terlalu benci dan marah terhadap Mas Agus. PY pernah memiliki niatan untuk membalas perbuatan
Mas Agus dengan menceritakan kepada teman-temanya. Niat PY ini dicegah oleh koordinator PSP YSS. Selang beberapa lama setelah kejadian PY mengakui bahwa
saat itu memang pikirannya sedang kacau. Setelah kejadian dengan Mas Agus karena dituduh melaporkan semen, PY semakin dibenci oleh warga sekitar karena dirinya
dianggap cari muka dimata koordinator PSP YSS. Ini membuatnya semakin terpojok. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PY dimarahai oleh warga sekitar yang termakan oleh isu yang dibuat oleh Mas Agus tetapi dirinya memilih diam dalam menanggapi kemarahan para warga sekitar.
Bella merupakan anak angkat dari PY dan BY. Pernah terjadi konflik antara PY dan BY dengan keluarga kandung dari Bella. Ternyata masalah dengan orang tua
kandung Bella tidak berhenti sampai orangtua kandung mempercayakan anak mereka kepada PY dan BY. Kejadian tersebut meninggalkan masalah. Orang tua kandung
Bella masih menuntut dengan selalu meminta uang kepada PY dengan menggunakan segala macam alasan, “...Dahulu itu sering minta duit dan sering saya kasih. Antara
50 ribu sampai 100 ribu Yang terakhir itu minta duit...”PY Z5-6 Masalah ini menyebabkan terjadinya konflik interpersonal antara PY dengan keluarga kandung
Bella. PY selalu memberikan uang yang diminta oleh orang tua kandung Bella, walaupun sebenarnya PY merasa berat hati untuk memberikan uang kepada orang tua
kandung Bella. PY merasa berat hati karena masih harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dari Bella. Konflik interpersonal ini dapat diselesaikan dengan meminta
tolong Bu Sum Pengurus PSP YSS dan Bu Sum mengajak PY dan BY beserta orang kandung Bella untuk menyelesaikan ini dengan membuat surat perjanjian di
Kelurahan Bumijo, “....Terus ngajak dia ke kantor menemui Bu Sum. Saya minta tolong Bu Sum buat perjanjian biar gak minta duit terus. Terus sama Bu Sum diajak
ke Keluraha Bumijo.” PY Z11-14. Hubungan rumah tangga PY dan BY tidaklah selamanya damai. Pernah
terjadi permasalahan dalam kehidupan pernikahan mereka. PY pernah marah kepada istrinya BY karena anaknya tiba-tiba sakit. PY mengalami kebingungan melihat
anaknya sakit. PY menyalahkan istrinya karena membawa anak dalam bekerja. PY telah berkali-kali menegur istrinya BY untuk tidak membawa anaknya bekerja
tetapi tidak didengarkan. Menurut PY istrinya BY tidak betah untuk menganggur. Anak sakit ketika BY pulang kerja dan dilanjutkan melayat. BY merasa juga
kebingungan melihat anaknya tiba-tiba sakit. Akhirnya anak mereka dibawa ke rumah sakit dengan dibantu oleh ibu pendeta. Bagi BY ini akibat dirinya tidak
mendengarkan suaminya PY yang menegur untuk tidak membawa anaknya kerja. BY pernah ditegur oleh suaminya PY bahwa kalau kerja jangan sampai sore hari
karena kasihan anak mereka. BY terkadang tidak mendengarkan apa yang menjadi teguran suaminya PY. BY tidak mendengar teguran suaminya PY karena dia
sekarang mengamen di kampung-kampung. BY bekerja sampai sore karena dia tidak sadar bahwa jarak yang ditempuhnya sudah sangat jauh dengan rumah. Ini juga
diungkapkan oleh BY, “...karena tidak tahu jalannya, pokoknya masuk terus ke dalam kampung. Keluar-keluar ternyata sudah jauh banget dari jalan besar. Jadinya
terpaksa jalan buat ke jalan besar...”BY S7-10. BY lebih memilih bekerja jika memang keadaan anaknya sehat.
Bisa transmigrasi kembali adalah harapan dari PY dan BY. Sebenarnya PY dan BY telah 3 kali mengikuti transmigrasi dan semuanya mengalami kegagalan.
Transmigrasi yang menurut PY paling berhasil dia rasakan adalah di daerah Ternate. Keadaan mengharuskan PY memilih untuk kembali ke Jawa karena terjadinya
kerusuhan SARA di tempat mereka transmigrasi. Transmigrasi merupakan harapan bagi PY dan BY agar dapat memiliki rumah. PY merasa transimigrasi demi masa
depan yang lebih baik. PY berpikir kemungkinkan untuk memiliki tempat tinggal di Jawa. Program menabung yang dimiliki PSP YSS, bagi PY merupakan alternatif
solusi selain transmigrasi. Pada dasarnya PY berharap bahwa memiliki lahan yang nantinya demi modal masa depan anaknya. Ini terlihat dari pemikiran PY, ”... masa
depan buat anak itu tidak ada. Jadinya tidak dapat beli tanah kalau bekerja di sini”PY Y2-4. BY pun berpendapat sama, “...ya buat Bela, buat saya, ya juga
buat bapak. Pokoknya pinginnya, satu-satunya jalan adalah transmigrasi.”BY I10- 12 karena di Jawa tidak memiliki apa-apa maka transmigrasi adalah harapannya
demi masa depan yang lebih baik. Permasalahan PY dan BY terletak pada daerah transmigrasi yang ditawarkan oleh pemerintah terkadang tidak sesuai dengan apa
yang menjadi harapan mereka. Problem terberat yang dialami oleh PY dan BY adalah pengalaman berkonflik
dengan Mas Agus. Berkonflik dengan Mas Agus bukanlah pengalaman yang sebentar yang dialami oleh PY dan BY. PY cenderung untuk berusaha bersikap tidak
desktruktif walaupun pernah berpikir untuk membalas perilaku Mas Agus karena sudah memiliki rasa benci. Adapun pemikiran untuk membalas dendam terhadap Mas
Agus dan tidak dilakukan tetapi PY lebih memilih untuk tidak desktruktif dan terprovokasi dengan apa yang diperbuat Mas Agus. PY memilih diam saja agar tidak
memperkeruh keadaan. Hal ini terlihat saat Mas Agus yang membuat isu-isu negatif terhadap PY dihadapan warga RT juga ditanggapi diam. Hal ini ditunjukkan PY,
“...Gak ada yang benar isu-isunya. Saya mending diam saja.”BY M22-23 ini dikarenakan PY sadar betul bahwa warga RT dihasut oleh Mas Agus. PY lebih
memilih diam saat hampir terjadi perkelahian dengan Mas Agus. Ini karena PY memikirkan keadaan anak jika terjadi perkelahian dengan Mas Agus. Selain itu PY
juga menelpon koordinator PSP YSS dengan tujuan agar ada yang menjadi penengah dalam menyelesaikan masalah dirinya dengan Mas Agus. Hal ini menunjukkan
bahwa PY cenderung memiliki pandangan yang sehat dalam menghadapi konflik karena PY bersikap bahwa konflik yang dialami harus diselesaikan dan bukan sebagai
malapetaka. Sikap diam juga dilakukan oleh BY yang juga banyak memilih diam dan tidak merespon apa yang diperbuat Mas Agus terhadap dirinya. BY merasa bahwa
jika menanggapi Mas Agus, permasalahan yang terjadi semakin tidak jelas. Ini diungkapkan PY melalui pernyataan, “...Biar Agus ngoceh-ngoceh kalau dia mau
saya dengarkan kalau tidak mau ya saya diam saja....”BY N5-7 Pada saat terpojok dengan isu-isu yang dibuat Mas Agus di mata warga RT, BY tetap memilih
diam dan tidak memperkeruh keadaan. BY, “...maunya frater Vincent saya tinggal pindah ke rumah yang di sebelah sana, tapi saya tidak mau. Yang penting saya tetap
bisa cari makan...”BY M26-28, karena bagi PY bukan menghindari masalah dengan Mas Agus tetapi mencari uang untuk mecukupi kebutuhan keluarga. Inilah
sikap BY dalam memandang konflik dengan sikap yang positif dan tidak takut menghadapi konflik.
3. Keluarga ketiga PP dan BP PP dan BP pertama kali masuk di PSP YSS karena membutuhkan tempat
tinggal. Usaha yang di Temanggung bangkut. Ini yang membuat mereka memutuskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk meminta ijin bertempat tinggal di PSP YSS. Mereka berharap bekerja di Yogyakarta dapat memperbaiki keadaan ekonomi keluarga.
BP berharap dapat berkerja berjualan makanan di Yogyakarta. Harapan ini sampai sekarang belumlah berhasil. BP mengalami banyak halangan dalam memulai
usahanya berjualan. BP pernah usaha jualan es kelapa muda dan angkringan. BP memulai usaha angkringan dekat terminal Condongcatur, tetapi usaha ini tidak begitu
berhasil. BP harus menutup usahanya karena kehabisan modal. Dari penuturan BP modal yang dimiliki habis karena, “...Memang yang pada utang banyak. Kalau rokok
itu khan untungnya hanya sedikit. Untungnya hanya ambil dari perbatang. Rokok utang, makanannya punya Pak Kisno. Banyak utangan, aku jadinya nombok modal
terus...” Modal yang dimiliki BP habis karena masalah piutang yang tak terbayar. BP menambahkan, “....Para pengamen itu, kalau ambil rokok itu dalam keadaan teler.
Jadinya pada lupa. Bukan lupa sebenernya tapi ngelupain...”. BP mengalami kesulitan dalam menagih hutang ke para pengamen karena mereka berhutang pada
saat mabuk dan mereka sengaja melupakan hutang. Setelah usaha angkringan BP tutup, kemudian berjualan es kelapa muda. Usaha kelapa mudanya yang dibuat BP
juga tidak berhasil. BP merasa jengkel karena suaminya tidak mau membantu dirinya berjualan es kelapa muda. BP berusaha memancing-mancing suaminya PP untuk
membuka usaha yang lainnya lagi. BP tidak mendapatkan jawaban dari suaminya PP tentang pancingannya membuat usaha lagi. Pancingan BP yang tidak direspon
oleh suaminya ditegaskan oleh BP dalam perkataannya, “...Mancing-mancing Pak Pon buat usaha lagi tapi belum ada jawaban. Dia hanya bilang kalau yang penting
dia kerja.” Harapan usaha BP untuk dapat berjualan lagi tidak terdukung oleh suaminya. BP merasa bahwa, “memang PP kalo usaha itu, ndak jalan begitu tho, dia
ndak telaten katanya. Terus nyampe sini dan sekarang itu. Makanya sampe sekarang bilang kalau usaha kadang-kadang belom butuh...”. Tidak ada dukungan dari
suaminya ini ditambahkaan lagi oleh BP melalui ucapannya, “namanya orang sehat. Ya maunya khan lebih maju. Saya juga ga punya momongan,masak nganggur di
rumah. Tapi memang Pak Pon belum mendukung aja.” Akhirnya BP memutuskan untuk tidak bekerja dahulu karena tidak mendapat dukungan suami PP. Ini
dilakukan agar suaminya PP rajin bekerja. Ini terungkap dalam perkataan BP, “saya khan seandainya pak Pon mayeng, saya tidak pergi ya, mau makan apa tidak khan
silahkan pak Pon aja. Kalo saya usaha pak Pon di rumah terus mendingan saya tidak usah usaha dulu. Pak Pon biar tanggungjawab. tertawa...” Suaminya PP menjadi
rajin bekerja karena sebelumnya BP mengungkapkan kemarahannya, “Saya sebenarnya tidak mau ngikut kesini. Kamu aja ngajak saya kesini. Terus PP kadang-
kadang bilang, ga usah salah-salahan kamu sendirinya juga mau kesini. Saya sebenernya tidak mau tapi kamu suka maksa saya. Saya khan bilangnya tetep gitu
terus, tho. Jadinya pa Pon sekarang itu...sekarang jadi rajin mayeng itu. Itu mungkin karena takut saya aja. klo saya ngomel-ngomel...” BP marah karena dirinya tidak
terdukung oleh suaminya PP untuk berjualan lagi dengan melihat suaminya yang tidak telaten berjualan dan dirinya merasa terpaksa tinggal di PSP YSS.
PP dan BP sudah tinggal 9-10 bulan dan selama itu selalu saja berganti pekerjaan. Usaha berjualan yang selama ini dijalani bersama istrinya BP dirasakan
PP kurang pas untuk keadaan saat ini. Keadaan kurang pas karena kondisi keuangan yang menipis, seperti yang diungkapkan PP sebagai berikut, “...Kondisi saya begini.
Keadaan duitnya juga lagi sulit. Jika usaha dagang, iya kalau langsung dalam proses sukses kalau tidak? Bingung lagi.” PP pernah mengalami pekerjaan sebagai
pengamen, tukang becak, usaha dagang makanan dan minuman dan pemulung. Mayeng pemulung adalah pekerjaan yang paling disukainya. Hal ini terungkap
melalui perkataannya, “lah karena cocok dengan sifat kita. Karena maunya netral dan bebas, tapi tidak mau terikat. Dengan mayeng itu tidak ada yang mengikat.
Kalau sekarang mau berangkat kerja juga bisa. Tanpa terikat waktu.” PP bekerja mayeng karena pekerjaan ini tidak membutuhkan modal uang untuk memulai usaha.
Selama bekerja mayeng membuat PP belajar untuk mengetahui barang-barang bekas seperti apa yang berguna dan bisa dijual, “...Disamping itu dengan mayeng kita mau
mempelajari barang-barang bekas yang laku dijual. Kok kenapa kok semua barang bekas bisa laku? Kayak kertas itu, bisa lain-lain harganya tergantung jenisnya.
Kayak kertas ada putihan, ada duplex, ada arsip.” PP merasa ini pekerjaan yang akan digeluti sekarang sampai akhirnya terkumpul modal untuk memulai usaha baru
yang cocok, seperti yang diungkapkan PP sebagai berikut, “...Yang penting punya modal dan ngumpulin modal. Saya masih punya gerobak dan sepeda. Kalau gerobak
digabungin dengan sepeda saya masih bisa jualan lagi. Caranya mencari usaha yang cocok itu belum dapat, istilahnya caranya ngeker belom pas.”
BP dan PP memiliki konflik interpersonal yang berbeda. PP memiliki konflik interpersonal dengan Mas Agus. Konflik ini berasal dari isu yang dibuat oleh Mas
Agus mengenai istrinya BP yang ada intim dengan bos istrinya BP saat berjualan angkringan. Hal ini diungkapkan PP sebagai berikut “...Digosipin kalau si mbaknya
ini, istri saya sering pulang malam. Ada intim anak buah sama bosnya, Pak Kisno itu lho.” Konflik ini berlangsung lama, seperti yang diungkapkan PP “Hmm..itu lama.
Proses sama dia itu lama. Dia terus pengaruhi orang-orang kampung. Tapi ternyata orang kampung bisa mengerti saya. Biarkan Pak Pon itu, karena memang tidak ada
yang terbukti omongannya Mas Agus...” Isu yang dibuat oleh Mas Agus ini tidak terbukti karena warga RT tidak percaya dengan isu yang dibuat oleh Mas Agus. PP
lebih memilih menghindar dengan Mas Agus saat berkonflik dan tinggal di Condongcatur, “...Kayak masalah sedikit dengan Mas Agus itu saya lebih baik
menghindar dan tinggal di jalan di Condongcatur. Ibaratnya saya mending menghindar dan tidak pulang” PP merasa lebih baik menghindar karena dari pada
terjadi bentrokan dengan Mas Agus yang tidak membawa untung. Sedangkan BP memilliki konflik interpersonal dengan tetangga yang lain, yaitu Bu Udin. Konflik
dengan Bu Udin berawal dari masalah perbedaan pendapat tentang masalah kotoran burung yang ada di sumur. Konflik ini berakibat BP didiamkan oleh Bu udin selama
2 bulan, “...mending-mending dah ada air. Langsung diamin saya selama 2 bulan. tertawa.” Masalah ini pun berlangsung sampai dengan sekarang dengan saling
mendiamkan dan tidak bertegur sapa. Selama berdinamika di PSS YSS, baik PP maupun BP terjadi konlfik dengan
pihak pengurus PSP YSS. BP sendiri tidak suka dengan cara yang dilakukan oleh Mas Leo yang merupakan relawan PSP YSS. Konflik antara BP dengan Mas Leo
berawal dari isu keintiman BP dengan Pak Kisno. Mas Leo melihat bahwa BP sering diantar oleh Pak Kisno dan BP beralasan kalau Pak Kisno mengantar dirinya karena
BP meminta tolong ke Pak Kisno. BP meminta tolong Pak Kisno mengantar karena suaminya sendiri PP tidak mau mengantar dirinya berjualan. Mas Leo menawarkan
alternatif jalan keluar bagi BP dengan menyewa becak untuk mengantarnya bekerja. Alternatif ini dibantah oleh BP. BP mengatakan, “...Lho mas Leo, saya dari pada
jualan es muda itu dapatnya belom mesti, tho. Belom mesti dapat untung. Dah becak 10 ribu dulu berangkatnya, nanti pulangnya 10 ribu lagi. Khan jadinya 20 ribu.” Ini
dibantah oleh BP karena jika dirinya menyewa becak maka dirinya belum pasti mendapatkan untung. Selain itu BP memiliki konflik dengan Koordinator PSP YSS,
karena sering pulang malam. BP sering pulang malam karena harus berjualan angkringan. Hal ini diungkapkan oleh BP, “ya saat pulang malam itu yang menegur
memang hanya frater doang, tapi ya memang kenyataannya jualan angkringan di Condongcatur.” PP sendiri memiliki beberapa konflik dengan pihak pengurus YSS.
konflik yang pertama adalah konflik dengan Bu Sumini. PP merasa Bu Sumini terlalu menekan dirinya dalam hal menabung. PP juga berpendapat bahwa tabungan yang
telah ditabung ditempat Bu Sumini itu sulit untuk diambil. Ini diutarakan PP sebagai berikut, .”...Yang penting kewajiban menabung sudah terpenuhi. Menabung jangan
banyak-banyak juga mengingat kalau mengambil duit di Mbak Sum agak susah.” Konflik yang kedua adalah antara PP dengan koordinator PSP YSS. PP merasa ada
ganjalan dengan cara koordinator PSP YSS dalam memperlakukan dirinya. Koordinator PSS YSS terkadang memaksakan kapada dirinya dengan kata-kata yang
keterlaluan. PP sebenarnya berharap koordinator PSP YSS dapat memaklumi dirinya jika tidak dapat memenuhi apa yang diminta oleh koordinator PSP YSS.
PP pernah mengalami problem dalam dunia pekerjaan. Kejadian ini pada saat PP bekerja mayeng di sekitar suatu pom bensin dan diusir oleh keamanan pom bensin
tersebut. PP merasa jengkel dengan cara yang dilakukan oleh pihak keamanan dengan mengusirnya. PP merasa jengkel dan karena di pom bensin tersebut tidak ada tulisan
“ pemulung dilarang masuk”. PP menjadi jengkel karena dianggap sebagai pencuri saja, seperti yang diungkapkan oleh PP, “...Itu yang terkadang buat jengkel. Ga ada
tulisan dilarang masuk, tahu-tahu ga boleh masuk. Kayak orang mau mencuri saja...”
BP pernah berniat untuk pisah dengan PP. Ini dikarenakan BP merasa suaminya tidak bertanggungjawab untuk menghidupi dirinya dengan bekerja dan
sering memarahi dirinya. BP pernah berpikir bahwa suatu ketika dirinya itu dipukul oleh suaminya jika sedang marah karena dengan BP dupukul oleh suaminya maka
memiliki alasan untuk berpisah dengan suaminya. Problem terberat yang dialami oleh BP dan PP adalah problem pekerjaan. PP
melihat pekerjaan adalah cara mengumpulkan modal yang dapat digunakan untuk membuka usaha baru. Realitas PP berganti pekerjaan selama 9-10 karena dirinya
merasa belum cocok dengan pekerjaan yang dijalaninya. Ini menyebabkan PP selalu kehabisan modal untuk memulai bekerja kembali Pekerjaan mayeng merupakan
pekerjaan yang dianggapnya cocok saat ini. Pekerjaan mayeng bagi PP adalah pekerjaan yang tidak terikat waktu dan bersifat bebas, selain itu pekerjaan ini tidak
memerlukan modal uang. Pekerjaan mayeng merupakan cara PP untuk mengumpulkan modal. PP berpendapat bahwa, “...Yang penting punya modal dan
ngumpulin modal...” Walaupun hanya mayeng tetapi mengajarkan bahwa barang- barang bekas masih tetap ada harganya. PP merasa penting bahwa perlu untuk
mengerti harga barang-barang bekas. Ini menunjukkan kecenderungan sikap PP dalam menghadapi problem modal yaitu dengan belajar dari pekerjaannya dan
mencoba bertekun pada pekerjaannya. Ini menunjukkan kecenderungan sikap positif PP dalam menghadapi problem terberat dan melihat konflik sebagai suatu tantangan
yang dapat diselesaikan. Problem terberat yang mereka alami adalah pekerjaan, tetapi BP memiliki cara pandang berbeda dengan suaminya PP dalam melihat problem.
Bagi BP problem terberatnya adalah pekerjaan, tetapi lebih ke menemukan usaha yang tepat karena selama ini berkali-kali gagal dalam usaha dagangnya. BP masih
berniat untuk usaha dagang lagi. BP pernah memancing suaminya PP untuk membuka usaha lagi, tetapi suaminya PP tidak merespon pancingan BP. Sikap BP
dalam menghadapi ini dengan memutuskan untuk tidak bekerja dan membuka usaha baru agar suaminya rajin bekerja. BP bersikap seperti ini terhadap suaminya PP
dengan tujuan agar suaminya tidak terbiasa untuk malas. Sikap yang dibangun BP ini merupakan sikap yang cenderung tidak desktruktif. Sikap BP cenderung untuk
membangun kesejateraan keluarga dan kemajuan bersama di keluarganya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI