menjelaskan bahwa terdapat tiga keluarga yang sedang menjalani proses resosialisasi dan dapat diambil datanya.
3. Tahap pengumpulan data Metode yang diambil adalah metode wawancara dan dokumen hasil evaluasi
bersama relawan orang tua PSP YSS. Peneliti melakukan proses wawancara sesuai dengan jadual yang sudah direncanakan. Selain itu juga peneliti
mengikuti evaluasi para relawan yang berfungsi untuk memberikan tambahan data mengenai dinamika para responden.
Tabel 2: Tahap pengumpulan data No Tanggal
Keterangan Lokasi
1 Juni 2008
Observasi lokasi PSP YSS PSP YSS
Pingit Rt 01 Rw 01 Kelurahan Bumijo
2 20 Juli 2008
Subyek PU dan BT Perkampungan Sosial Pingit YSS
3 25 Juli 2008
Wawancara Subyek BP dan Subjek BY dan subjek PY
Perkampungan Sosial Pingit YSS
4 29 Juli 2008
Wawancara kedua subjek BP dan wawancara pertama PP
Perkampungan Sosial Pingit YSS
5 5 Agustus 2008
Wawancara kedua PP Perkampungan Sosial Pingit YSS
6 25 November 2008
Rapat Evaluasi Tengah Tugas Divisi Orang Tua
Kolese Santo Ignatius Jalan Abu Bakar Ali no 1 Yogyakarta
7 28 Januari
2008 Rapat keja relawan PSP YSS
semester genap Wisma Samaria
Kaliurang
C. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil-hasil penelitian dalam bentuk narasi terpapar sebagai berikut: 1. Keluarga pertama pasangan PU dan BU
PU dan BU meminta ijin untuk tinggal di PSP karena masalah ekonomi yang dihadapinya. Usaha berjualan tahu kentucky yang digelutinya tidak sukses dan
membuatnya kehabisan modal, “...Ternyata daerah Magelang buat jualan itu tidak laku. Terus ke jogja buat jualan, modal habis dan gak ada rumah...”BU A17-19.
Masalah inilah yang membuat PU dan BU memutuskan untuk pindah dan mencari pekerjaan di Yogyakarta. “...saya tidak punya tempat tinggal, buat kontrak gak kuat,
masa saya harus tinggal di tempat saudara saya terus...”PU B12-14 inilah ungkapan PU yang bersama keluarganya yang kebingungan mencari tempat tinggal.
Hal ini karena tidak memiliki uang untuk menyewa rumah dan juga baru saja memulai bekerja mayeng pemulung juga diungkapkan PU sebagai berikut,
“.....Masalah utama saya itu ya karena saya baru mulai mayeng , belum punya uang buat sewa tempat tinggal...” PU B17-19. PU dan BU kemudian menemui
pengelola PSP YSS untuk meminta ijin agar dapat bertempat tinggal di PSP YSS. Problem awal yang dihadapi keluarga PU selama tiga bulan pertama adalah
masalah pekerjaan. PU dan BU berharap bahwa mereka dapat berjualan tahu kentucky kembali. Ini diungkapkan BU, “pengen jualan itu. tapi uangnya belum cukup.
Jadinya belum ada modal...”BU J19-20. Menurut BU, pekerjaan mayeng yang ditekuni suaminya kurang dapat memenuhi kebutuhan keluarganya terutama
kebutuhan susu anaknya. Walaupun begitu PU tetap berusaha untuk rajin menabung. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PU dan BU memulai usaha tahu kentucky. Usaha tahu kentucky mereka mengalami masalah bahwa harga bahan-bahan pokok usaha tahu kentucky mengalami kenaikan
harga, terutama tepung dan minyak goreng. Keluhan harga-harga bahan pokok naik diungkapkan PU, “saya punya masalah baru mas. Semua harga pada naik. Apa-apa
pada naik.”PU H2-3. Awalnya mereka kebingungan karena kalau harga dinaikkan maka mereka akan kehilangan pelanggan, tetapi jika tidak dinaikkan keuntungan
mereka akan sangat mepet sekali. Akhhirnya mereka memutuskan untuk tidak menaikkan harga untuk berjualan.
Dalam kehidupan bertetangga buat PU sendiri tidak mengalami masalah, tetapi istrinya yang mengalami problem dalam kehidupan bertetangga. BU
mengalami masalah dengan salah satu dari Warga PSP YSS. Masalah ini diawali dari masalah pada saat sarasehan pertama yang dihadiri BU. Dirinya merasa dituduh
karena tidak terlibat dalam peran serta mematikan listrik di PSP YSS BU merasa tidak terima kalau dituduh terlibat karena tidak terlibat mematikan listrik,
“...Otomatis aku khan dipikir gak mau memperhatikan di sini juga khan.”BU K23- 24 Problem ini terus berlanjut dengan perilaku saling mendiamkan hingga suatu
saat dirinya suaminya mengatakan bahwa BU tidak pernah menegur ibu Pon. Ini juga karena suaminya BU mendapatkan keluhan dari ibu Pon sendiri. BU sendiri
membantah apa yang dikatakan oleh suaminya tentang laporan bu Pon ke suaminya. BU sendiri lebih memilih bersikap diam dalam menghadapi masalah ini. Baginya
lebih baik diam dari pada harus membuatnya sakit hati dalam menghadapi masalah ini.
BU sangat tidak menyukai dengan perilaku tidur suaminya. Suaminya kalau sudah tidur dibangunkan untuk membantu mengasuh anaknya sering tidak mau. Ini
membuat sangat jengkel BU. Hal paling membuat jengkel dan menyebalkan buat BU adalah saat PU tidur, “...Tapi kalau tidur bisa membuat saya sampai jengkel.”BU
H24-25. Kalau BU marah-marah karena perilaku PU, maka PU lebih memilih untuk diam dan langsung tidur. Ini membuat BU semakin marah. BU memiliki
kebiasaan untuk tidak mengungkit kemarahannya kepada PU ketika sudah terbangun dari tidurnya. PU merasa bahwa istrinya BU mudah tersinggung. Oleh sebab itu PU
terkadang memperhitungkan dahulu apa yang akan dibicarakan dengan istrinya BU. Ini diperbuat PU karena untuk menghindari istrinya BU menjadi marah dikarenakan
tidak cocok dengan istrinya. PU memang sering masa bodoh dengan istrinya BU jika sudah dalam keadaan marah, karena bagi PU tidak ada yang dapat diperbuat.
Problem keluarga PU yang belum terselesaikan adalah masalah dengan kakak iparnya yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan keluarga PU dan tinggal bersama.
Kakak iparnya memiliki gangguan kejiwaan dikatakan oleh PU, “...Mas nya yang sakit jiwa itu...”PU K4-5. PU merasa terbebani dengan kehadiran kakak iparnya
di rumah. Ini dikarenakan PU memiliki tanggungan baru yang harus dipikulnya. Di mata PU kehadiran kakak iparnya membuat dirinya kaget. Hal yang membuatnya
paling memberatkan dengan kehadiran kakak iparnya adalah karena kakak iparnya tidak bisa membantunya bekerja berjualan tahu kentucky. Kakak iparnya hanya bisa
makan, tidur dan merokok dalam kesehariannya, dikatakan oleh BU, “...dia cuman makan, bangun tidur makan, ngerokok.”BU R10-11. Terkadang PU meminta