Manfaat Penulisaan Metode Penulisan

10 Menurut E. Martasudjitadalam bukunya yang berjudul Ekaristi Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral juga mengutip ungkapan dalam Konsili Vatikan II untuk menjelaskan alasan perayaan Ekaristi yang diselenggarakan dalam hari Minggu. Berdasarkan tradisi para Rasul yang berasal mula pada hari kebangkitan Kristus sendiri, Gereja merayakan misteri Paskah sekali seminggu, pada hari yang tepat sekali disebut hari Tuhan atau hari Minggu. Pada hari itu Umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah dan ikut serta dalam perayaan Ekaristi, dan dengan demikian mengenangkan sengsara, kebangkitan, dan kemuliaan Tuhan Yesus Martasudjita, 2005:37. Terdapat dua inti pokok dari perayaan Ekaristi. Keduanya merupakan misteri yang dirayakan bersama dalam perayaan Ekaristi. Yang pertama adalah Liturgi sabda. Dalam Liturgi Sabda dibacakan kitab- kitab dalam Kitab Suci, meliputi bacaan dari Kitab Perjanjian Lama, Kitab Perjanjian Baru, dan bacaan Injil. Yang kedua adalah Liturgi Ekaristi. Pada Liturgi Ekaristi ada dua kegiatan utama yaitu Doa Syukur Agung DSA dan Komuni. Pada masa abad-abad pertama menjadi masa Gereja in diaspora. Maksud dari Gereja in diaspora artinya masa dimana Gereja menjamur dan menyebar demi menjaga keselamatan bersama dan tetap bisa beribadah kepada Allah karena memang saat itu Gereja masih ilegal. Pada masa Abad-abad pertama ini belum terdapat tata perayaan Ekaristi yang baku seperti saat ini. 11 Tanpa adanya tata perayaan Ekaristi bukan berarti bahwa kegiatan Ekaristi berjalan secara semrawut. Santo Yustinus martir †165 pernah menjelaskan bentuk Ekaristi pada masa itu: Pada hari yang disebut Minggu, semua yang tinggal di kota dan desa berkumpul untuk suatu perayaan bersama. Kemudian tulisan yang ditinggalkan oleh para rasul atau tulisan dari para nabi dibacakan selama waktu mengizinkan. Setelah pembaca menyelesaikan tugasnya, pemimpin memberikan suatu amanat homili yang isinya mengingatkan umat beriman agar hidup sesuai dengan ajaran-ajaran mulia itu. Kemudian kami semua bersama-sama berdiri dan memanjatkan doa. Setelah doa-doa itu berakhir..., roti, anggur, dan air dibawa dan pemimpin menyampaikan doa- doa dan doa syukur agung- sesuai kemampuannya. Umat menjawab doa syukur itu dengan m enjawab “Amin”. Kemudian bahan-bahan yang atasnya telah disampaikan doa syukur itu maksudnya: roti dan anggur ekaristi dibagikan kepada seluruh umat yang hadir, dan diakon-diakon mengambil beberapa untuk dikirimkan kepada mereka yang tidak hadir. Sebagai tambahan, orang-orang yang berkecukupan mengumpulkan sumbangan sesuai dengan kerelaan mereka. Sumbangan yang terkumpul itu dibawa dan diurus oleh pemimpin umat untuk digunakan bagi keperluan menolong para janda dan yatim piatu Apologia, 67 dalam Martasudjita, 2005:45. Pemaparan tersebut menjadi informasi tentang perayaan Ekaristi pada masa abad awal. Ekaristi pada masa itu ternyata sudah meliputi dua inti pokok Ekaristi yaitu Liturgi Sabda serta Liturgi Ekaristi. Selain itu budaya kolekte juga sudah mulai berjalan. Pada masa Abad IV-VI menjadi masa yang segar bagi Gereja. Kaisar Konstantinus memberi kebebasan bagi agama Kristiani melalui edik Milan pada tahun 313. Semenjak masa itu Gereja berkembang dengan cukup pesat. Masa ini memberi wajah baru bukan hanya bagi Gereja tetapi juga dalam bidang Liturgi. Bahkan masa ini sempat disebut masa kreatif perkembangan Gereja. Pada masa ini terdapat perkembangan luar biasa dalam Liturgi yaitu munculnya Doa Syukur