5
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih judul skripsi Adorasi Sakramen Mahakudus Sebagai Perpanjangan Ekaristi.
B. Rumusan Masalah
Fenomena munculnya berbagai kegiatan Devosi Ekaristi, khususnya Adorasi kepada Sakramen Mahakudus, menjadi topik utama pembahasan di dalam
skripsi ini. Oleh sebab itu penulis membatasi pembahasan dalam skripsi ini dengan adanya pembahasan dengan mengenai hal tersebut bisa menjadi sangat
luas. Mengingat hal tersebut, pada sub bab ini penulis memaparkan inti pokok dari seluruh pembahasan.
Pada intinya, di dalam skripsi ini, pembahasan akan menjawab beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut yang menjadi batasan untuk ulasan materi.
Pertanyaan-pertanyaan yang berusaha dijawab penulis antara lain: 1.
Apa itu Adorasi Ekaristi, sejarah, dan perkembangannya? 2.
Apa itu Ekaristi, sejarah, dan perkembangannya? 3.
Bagaimana hubungan antara Ekaristi dengan Devosi Ekaristi, khususnya Adorasi Sakramen Mahakudus?
C. Tujuan Penulisan
Pada bagian ini penulis memaparkan tujuan dari penulisan skripsi yang berjudul Adorasi sebagai Perpanjangan Ekaristi. Terdapat tiga tujuan dari
penulisan skripsi ini. Tiga tujuan tersebut yaitu: 1.
Menjelaskan Devosi Ekaristi terutama tentang pengertian, sejarah dan perkembangannya, serta tatacara.
6
2. Menjelaskan tentang perayaan Ekaristi terutama tentang sejarah dan
perkembangannya. 3.
Memaparkan hubungan antara perayaan Ekaristi dengan praktek devosi Ekaristi.
D. Manfaat Penulisaan
Pada bagian ini penulis membahas mengenai manfaat dari penulisan skripsi ini. Terdapat tiga manfaat, yaitu:
1. Penulis maupun pembaca memperoleh pengetahuan lebih mendalam mengenai
Adorasi Ekaristi, terutama pada sejarah dan perkembangannya. 2.
Penulis maupun pembaca memperoleh pengetahuan lebih mendalam mengenai Ekaristi, dari pengertian, sejarah, dan perkembangannya.
3. Penulis dan pembaca memperoleh pengertian tentang bagaimana posisi devosi
Ekaristi disandingkan dengan Ekaristi sehingga tidak lagi ada praktek-praktek devosi yang menyimpang atau salah kaprah.
E. Metode Penulisan
Penulisan skripsi ini didasarkan pada studi pustaka. Penulis mempelajari dokumen-dokumen berupa buku dari berbagai sumber.
Buku yang pertama adalah karya Rm. E. Martasudjita, Pr yang berjudul Adorasi Ekaristi : Tuntunan Ringkas
. Buku ini diterbitkan oleh Yayasan Kanisius pada tahun 2007. Buku inilah yang menjadi sumber utama tentang Adorasi
Ekaristi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Buku yang kedua juga merupakan karya Rm. E. Martasudjita, Pr. Buku yang kedua ini berjudul Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Buku
ini dicetak dan diterbitkan oleh Yayasan Kanisius pada tahun 2005. Buku inilah yang menyediakan pengetahuan tentang Ekaristi.
Buku ketiga ditulis oleh Rm. Fl. Hartanta, Pr, dkk. Buku yang ketiga ini berjudul Menimba Rahmat Adorasi. Buku ini berisi pengetahuan tentang Adorasi
khususnya di paroki st. Petrus dan st. Paulus Klepu dan kesaksian pengalaman beradorasi dari beberapa umat Gereja.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi yang berjudul “Adorasi Sakramen Mahakudus sebagai Perpanjangan
Ekaristi
” diuraikandalam
lima bab.
Penulisanakanmulaidenganpendahuluanyang akandipaparkan secara jelas pada setiapbabnya. Kemudiandiakhiridenganpenutupkesimpulan dan saran.
Bab I : Pendahuluan yang akan memuat latar belakang, rumusan masalah,
metode penulisan. Bab II
: Memaparkan sejarah, perkembangan, dan pengertian Adorasi. Memaparkan sejarah, perkembangan, dan pengertian Ekaristi.
Bab III : Memaparkan Adorasi Sakramen Mahakudus sebagai Perpanjangan
Ekaristi di Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu. Bab IV
: Menguraikan usulan program rekoleksi sebagai salah satu cara untuk memahami adorasi Ekaristi dalam meningkatkan penghayatan iman
umat dalam kehidupan konkret di masyarakat. Bab V
: Penutup rangkaian dari skripsi dengan kesimpulan dan saran. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II PENGERTIAN ADORASI EKARISTI, SEJARAH, DAN
PERKEMBANGANNYA
Pada bagian ini akan dibahas secara lebih mendalam tentang Ekaristi dan Adorasi Ekaristi. Pembahasan dimulai dari sejarah dan pengertian sampai alasan
bagi umat untuk melakukan Adorasi Ekaristi dan Ekaristi.
A. Sejarah Ekaristi
Kata Ekaristi tentu sudah sangat akrab bagi orang yang beragama Katolik. Menjadi kegiatan rutin satu minggu minimal satu kali dalam satu minggu umat
Katolik merayakan hal ini sebagai bentuk ibadah. Ekaristi sudah menjadi ciri khas dari umat beragama Katolik. Setidaknya
satu minggu sekali kegiatan ini dilakukan secara bersama- sama di gereja atau tempat lain seperti tempat ziarah, goa Maria, dsb. Walaupun ini sudah dilakukan
secara rutin dan sudah menjadi ciri khas sebagai umat Katolik namun bukan berarti sejarah Ekaristi sudah dipahami sebagaimana mestinya.
Sejarah Ekaristi sangatlah luas. Hal tersebut menjadi luas karena harus merangkum fenomena yang terjadi sejak lebih dari dua ribu tahun yang lampau
sampai saat ini. Sejarah awal Ekaristi tidak bisa lepas dari berbagai kejadian yang terjadi pada masa Yesus masih berkarya di dunia ini. Misteri pokok Ekaristi
bahkan berasal secara berkelanjutan dari masa ini. Ekaristi bermula pada masa perjamuan Paskah yang sering disebut sebagai
perjamuan malam terakhir. Pada masa ini belum ada nama Ekaristi. Akan tetapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
inilah yang menjadi “batu pertama” munculnya Ekaristi. Menurut E. Martasudjita,
dalam bukunya yang berjudul Ekaristi: Tinjauan Teologis, Liturgis, dan Pastoral. Dalam buku tersebut Rm. E. Martasudjita mengungkapkan:
Secara monumental penetapan Ekaristi memang dilakukan oleh Yesus sendiri pada perjamuan malam terakhir. Namun penetapan Ekaristi oleh
Yesus pada perjamuan malam terakhir itu tidak bisa dilepaskan dari seluruh kerangka hidup, karya, dan perutusan Yesus. Seluruh hidup dan
karya Yesus hanyalah tertuju untuk mewartakan Kerajaan Allah Martasudjita, 2005:35.
Selanjutnya, Ekaristi berkembang sejak misi para Rasul. Pada masa ini Gereja memasang “jantung” pada perayaan berulang mengenang misteri Illahi.
Kisah para Rasul bab 2 ayat 46-47 menjelaskan hal ini: Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari
dalam bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing- masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus
hati sambil memuji Allah.
Hal tersebut menjadi bukti nyata bahwa Ekaristi awal berjalan. Ada hal yang menjadi poin-poin penting Ekaristi yang muncul dalam perikop tersebut.
Hal-hal tersebut antara lain kebersamaan, pemecahan roti serta perjamuan bersama, dan yang paling penting secara bersama berdoa sambil memuji Allah.
Berulang kali juga sudah disebutkan mengenai perayaan Ekaristi yang dilakukan sekali dalam satu minggu. Selain itu perayaan Ekaristi juga identik
dengan hari Minggu. Mengapa hari minggu? Hal ini mengangkat kisah Jemaat perdana yang berkebiasaan berkumpul pada hari minggu bdk. Yoh 20:19.26; Luk
24: 1.33; 1Kor 16:2 karena pada hari tersebut Yesus bangkit bdk. Mat 28:1; Mrk 16:1; Luk 24:1; Yoh 20:1.