Adorasi Ekaristi Menurut Paus Yohanes Paulus II dan Benedictus XVI

BAB III ADORASI SAKRAMEN MAHAKUDUS SEBAGAI PERPANJANGAN EKARISTI DI PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU Adorasi Ekaristi merupakan salah satu bentuk peryaan iman. Dalam perayaan iman tersebut umat mengungkapkan iman atas kebaikan Allah yang telah menyelamatkan manusia melalui PuteraNya Yesus Kristus dengan mengorbankan Tubuh dan DarahNya untuk menebus dosa umat manusia. Berbicara tentang Adorasi Ekaristi, tentu saja berbicara tentang orientasi pada pengalaman konkret hidup yang dikembangkan dalam berbagai segi kehidupan umat beriman. Untuk lebih lanjutnya akan dipaparkan penjelasan mengenai Adorasi Sakramen Mahakudus sebagai perpanjangan Ekaristi.

A. Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu berlokasi di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Lokasi ini sesuai dengan namanya terletak di pinggir sebelah barat kabupaten Sleman dan berbatasan langsung dengan kabupaten Kulon Progo. Pada awalnya Paroki ini sebenarnya merupakan wilayah pewartaan dari paroki Kotabaru. Perkembangan awal dimulai oleh Rm. F. Strater, SJ. Pada waktu itu Rm Strater mendirikan beberapa sekolah untuk kaum pribumi di wilayah Klepu dan sekitarnya. Hal tersebut juga disertai pewartaan agama. Pada tahun 1930, tepatnya tanggal 29 Juni 1930, sesuai dengan pesta santo pelindungnya, resmi berdiri stasi Klepu-Ngijon. Rm. Strater, SJ yang menjadi perrintis dan pendiri stasi tersebut melanjutkan karya pewartaan di wilayah ini. Pada masa pendudukan 39 Jepang, Rm. Strater, SJ dianggap memihak kepada Belanda sehingga beliau diasingkan ke Sukamiskin. Pada masa itulah peran pewartaan sedikit-banyak terbantu oleh peran pewarta awam. Ekaristi diadakan oleh Romo-romo pribumi dan non Belanda yang secara berkala melakukan kunjungan. Para Romo ini dibantu oleh umat awam seperti R.G. Tarub Hardja Adisoemarto dan beberapa orang lain untuk mengumpulkan umat dan melakukan pewartaan. “Romo Hardaparmoko dikenal sebagai bapak pendiri Paroki Klepu. Pada tahun 1955, Stasi Klepu-Ngijon resmi menjadi Paroki Klepu “ Buku Kenangan Ulang tahun Paroki Klepu ke 80: 15. Paroki yang kini telah berusia 86 tahun sejak 19 Juni 1930 dan memiliki umat lebih dari 9000 orang ini telah mengadakan Adorasi abadi di beberapa kapel. Hal ini menunjukkan bahwa umat paroki santo Petrus dan Paulus Klepu memiliki keterbukaan untuk menerima dan menanggapi kerinduan pada perjumpaan yang intim dengan Tuhan. Setidaknya sudah ada tiga kapel yang digunakan untuk melakukan Adorasi abadi di Paroki Klepu ini. Tiga kapel tersebut antara lain Kapel Pojok, Kapel Kleben, dan kapel adorasi Goa Maria Ratu Perdamaian Sendang Jatiningsih. Paroki ini mengikuti teladan santo pelindungnya yaitu santo Petrus dan santo Paulus. Santo Petrus menjadi teladan bagaimana kokohnya iman akan Allah Bapa. Santo Petrus menjadi inspirasi bagaimana hatinya yang tegar bahkan diakui Yesus sendiri dengan menjadikannya batu karang pondasi Gereja. Santo Paulus menjadi contoh yang lain. Santo Paulus menjadi tokoh yang melegenda dalam pertobatan. Ia yang dulu bernama Saulus pada mulanya adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 pemburu kaum Kristiani. Hingga pada suatu kali, ia berjumpa dengan Tuhan dan memperoleh pertobatan. Ia yang dulu menganiaya pengikut Kristus, kini berkata bahwa Yesus adalah kebenaran. “Ia berbicara sangat bagus hingga semakin banyak orang Yahudi di kota Damaskus menj adi pengikut Kristus” Self, 2009:14. Santo Petrus dan Paulus menggerakkan umat untuk berkumpul, berdoa, dan berbagi sebagai salah satu buktinya yaitu jemaat Gereja Perdana. Dalam suratnya, Petrus dan Paulus memang lebih menekankan pada segi pewartaan. Tetapi dalam pewartaan itu senatiasa mengingatkan umat untuk setia kepada Kristus dengan salah satu caranya yaitu tekun dalam hidup doa tanpa meninggalkan kesaksian hidup. Kedua tokoh tersebut menjadi inspirasi umat paroki santo Petrus dan Paulus betapa mengikut Yesus tidak selalu terasa mudah. Bagaimana mereka berjuang untuk mewartakan Kasih Allah dalam ancaman kematian menjadi contoh nyata bahwa kita juga harus memanggul salib kita. Oleh karena itu, Adorasi menjadi oase pelepas dahaga jiwa ketika merasa lelah dan haus dalam pemanggulan salib kita. Melalui Adorasi ekaristi, para umat Katolik Paroki Klepu menimba semangat dan kekuatan lebih untuk setia dalam mengikuti Yesus.

B. Adorasi Ekaristi Menjadi Perpanjangan Ekaristi

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pertanyaan ketiga dalam perumusan masalah. Di sini akan diulas mengenai hubungan antara perayaan Ekaristi dengan Devosi Ekaristi, khususnya Adorasi Ekaristi. Dalam bukunya, E. Martasudjita, menyatakan: “ Devosi Ekaristi merupakan ungkapan iman orang kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dengan 41 seluruh misteri penebusan-Nya sebagaimana dirayakan secara sakramental dalam perayaan Ekaristi. Inilah segi kristologis dari devosi Ekaristi” Martasudjita. 2005:418. Hal tersebut berarti bahwa secara kristologis devosi Ekaristi sudah menjadai salah satu bentuk bagaimana umat beriman menyatakan cinta kasihnya kepada Tuhan. Hal ini menjadi hal yang lebih nyata daripada sekedar mengikuti Ekaristi wajib, bila dipandang secara harafiah, untuk menyatakan seberapa besar cinta seorang umat kepada Tuhan. Tanpa bermaksud untuk merendahkan Ekaristi mingguan, hanya saja Ekaristi mingguan tidak bisa menjadi satu-satunya tolok ukur seorang umat merindukan perjumpaan dengan Tuhan. Hal ini disebabkan oleh sifat wajib yang melekat pada Ekaristi wajib setiap minggu. Ada kemungkinan umat hadir dalam Ekaristi mingguan hanya sekedar memenuhi kewajiban dan bukan karena orang benar-benar merasa rindu untuk berjumpa dengan Tuhan. Lain halnya dengan devosi Ekaristi yang bersifat fakultatif. Oleh sebab devosi Ekaristi bersifat fakultatif dan menjadi pilihan umat secara pribadi, hal ini pada satu aspek lebih menyatakan kesungguhan hati umat Gereja dalam mencintai Tuhan. Pada aspek lain, devosi Ekaristi menjadi wujud konkret dari perayaan Ekaristi. Yesus Kristus dihadirkan selama perayaan Ekaristi dan Doa Syukur Agung dan selama itu pula karya penyelamatan-Nya kita kenangkan. Dalam devosi Ekaristi, sembah sujud dan bakti kepada Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi itu membawa serta iman seluruh Gereja sepanjang zaman. Inilah segi eklesiologis devosi Ekaristi Martasudjita, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI