Sistematika Penulisan Adorasi Sakramen Mahakudus sebagai perpanjangan Ekaristi.

11 Tanpa adanya tata perayaan Ekaristi bukan berarti bahwa kegiatan Ekaristi berjalan secara semrawut. Santo Yustinus martir †165 pernah menjelaskan bentuk Ekaristi pada masa itu: Pada hari yang disebut Minggu, semua yang tinggal di kota dan desa berkumpul untuk suatu perayaan bersama. Kemudian tulisan yang ditinggalkan oleh para rasul atau tulisan dari para nabi dibacakan selama waktu mengizinkan. Setelah pembaca menyelesaikan tugasnya, pemimpin memberikan suatu amanat homili yang isinya mengingatkan umat beriman agar hidup sesuai dengan ajaran-ajaran mulia itu. Kemudian kami semua bersama-sama berdiri dan memanjatkan doa. Setelah doa-doa itu berakhir..., roti, anggur, dan air dibawa dan pemimpin menyampaikan doa- doa dan doa syukur agung- sesuai kemampuannya. Umat menjawab doa syukur itu dengan m enjawab “Amin”. Kemudian bahan-bahan yang atasnya telah disampaikan doa syukur itu maksudnya: roti dan anggur ekaristi dibagikan kepada seluruh umat yang hadir, dan diakon-diakon mengambil beberapa untuk dikirimkan kepada mereka yang tidak hadir. Sebagai tambahan, orang-orang yang berkecukupan mengumpulkan sumbangan sesuai dengan kerelaan mereka. Sumbangan yang terkumpul itu dibawa dan diurus oleh pemimpin umat untuk digunakan bagi keperluan menolong para janda dan yatim piatu Apologia, 67 dalam Martasudjita, 2005:45. Pemaparan tersebut menjadi informasi tentang perayaan Ekaristi pada masa abad awal. Ekaristi pada masa itu ternyata sudah meliputi dua inti pokok Ekaristi yaitu Liturgi Sabda serta Liturgi Ekaristi. Selain itu budaya kolekte juga sudah mulai berjalan. Pada masa Abad IV-VI menjadi masa yang segar bagi Gereja. Kaisar Konstantinus memberi kebebasan bagi agama Kristiani melalui edik Milan pada tahun 313. Semenjak masa itu Gereja berkembang dengan cukup pesat. Masa ini memberi wajah baru bukan hanya bagi Gereja tetapi juga dalam bidang Liturgi. Bahkan masa ini sempat disebut masa kreatif perkembangan Gereja. Pada masa ini terdapat perkembangan luar biasa dalam Liturgi yaitu munculnya Doa Syukur 12 Agung Kanon Romawi. Liturgi ritus Romawi memiliki ciri yang khas yaitu singkat, padat, jelas, serta bentuk kokohnya. Pada abad pertengahan, Gereja diwarnai dengan nuansa gotik. Hal ini nampak pada seni bangunan gereja yang menyukai bentuk-bentuk lengkung dan lancip. Model bangunan ini nampak pada Gereja Katedral Jakarta. Gereja Katedral Jakarta dibangun mengikuti model era neo-gotik. Pada masa pertengahan juga berkembang misa votiv. Misa votiv ini berarti misa atau Ekaristi dengan ujud tertentu. Berasal dari kata bahasa Latin Votum yang berarti janji atau harapan atau keinginan. Perkembangan selanjutnya adalah masa abad XVI-XX yang dibuka dengan kejadian-kejadian reformatif. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh reformatif Gereja, sebut saja Martin Luther, Johanes Calvin, Zwingli, dan lain- lain. Pergerakan reformatif ini umumnya berkaitan dengan fenomena realis praesentia . Bahkan di Inggris berkembang Gereja Anglikan yang didirikan oleh raja Henry VIII karena kekecewaanya kepada sri Paus yang tidak mengabulkan permohonan cerainya untuk menikahi wanita lain. Kegaduhan yang terjadi di dalam Gereja pada masa ini segera ditanggapi dengan adanya konsili Trente. Konsili ini memakan waktu yang cukup panjang yaitu mulai tahun 1545 sampai pada tahun 1563. Hal ini disebabkan kondisi Gereja yang memang tidak mudah pada saat itu sehingga konsili tersebut beberapa kali terhenti dan jeda terkadang memakan waktu beberapa tahun. Pada masa ini keseragaman dan kesatuan Gereja sungguh memperoleh perhatian. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI