Sejarah Ekaristi Adorasi Sakramen Mahakudus sebagai perpanjangan Ekaristi.

12 Agung Kanon Romawi. Liturgi ritus Romawi memiliki ciri yang khas yaitu singkat, padat, jelas, serta bentuk kokohnya. Pada abad pertengahan, Gereja diwarnai dengan nuansa gotik. Hal ini nampak pada seni bangunan gereja yang menyukai bentuk-bentuk lengkung dan lancip. Model bangunan ini nampak pada Gereja Katedral Jakarta. Gereja Katedral Jakarta dibangun mengikuti model era neo-gotik. Pada masa pertengahan juga berkembang misa votiv. Misa votiv ini berarti misa atau Ekaristi dengan ujud tertentu. Berasal dari kata bahasa Latin Votum yang berarti janji atau harapan atau keinginan. Perkembangan selanjutnya adalah masa abad XVI-XX yang dibuka dengan kejadian-kejadian reformatif. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh reformatif Gereja, sebut saja Martin Luther, Johanes Calvin, Zwingli, dan lain- lain. Pergerakan reformatif ini umumnya berkaitan dengan fenomena realis praesentia . Bahkan di Inggris berkembang Gereja Anglikan yang didirikan oleh raja Henry VIII karena kekecewaanya kepada sri Paus yang tidak mengabulkan permohonan cerainya untuk menikahi wanita lain. Kegaduhan yang terjadi di dalam Gereja pada masa ini segera ditanggapi dengan adanya konsili Trente. Konsili ini memakan waktu yang cukup panjang yaitu mulai tahun 1545 sampai pada tahun 1563. Hal ini disebabkan kondisi Gereja yang memang tidak mudah pada saat itu sehingga konsili tersebut beberapa kali terhenti dan jeda terkadang memakan waktu beberapa tahun. Pada masa ini keseragaman dan kesatuan Gereja sungguh memperoleh perhatian. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 ini untuk menghindari perpecahan Gereja yang berkelanjutan. Bahasa Latin pun dipilih sebagai bahasa Liturgi secara global. Perkembangan selanjutnya adalah seperti yangdirasakan saat ini. Gereja berkembang dengan semangat konsili Vatikan II. Tersebutlah Paus Yohanes XXIII atau dengan nama asli Angelo Roncalli yang membawa perubahan wajah Gereja. Paus Yohanes XXIII terpilih sebagai Paus ketika sudah menginjak usia lanjut 77 tahun dan pada mulanya hanya dianggap sebagai Paus transisi. Tidak disangka justru beliau yang membawa angin segar ke dalam Gereja dengan roh atau semangat dasar Aggiornamento. Hal ini membawa Gereja pada sikap yang lebih terbuka. Pada masa ini lahirlah konstitusi Ekaristi Sacrosanctum Concilium SC yang menjadi puncak seluruh perjuangan pembaruan Gereja. Pada masa ini, umat pribumi boleh menggunakan bahasa masing-masing untuk merayakan Ekaristi.

B. Pengertian Ekaristi

Ekaristi memiliki beberapa nama. Sebagian umat beriman menyebut kata Ekaristi, Misa, Perjamuan Tuhan, Sacrificium dan Oblatio, dan Sinaksis. Istilah Ekaristi berasal dari kata Yunani “Eucharistia”. Kata Eucharistia berarti puji dan syukur. Menurut sebagian umat kata Ekaristi ini lebih cocok untuk mewakili peribadatan Gereja. Hal ini mengarah pada seluruh perayaan sepanjang Ekaristi yang meliputi Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Istilah Misa bermula dari ungkapan pembubaran pada akhir upacara peribadatan Gereja. Pada saat pembubaran tersebut muncul kalimat “Ite missa est” yang berarti “Pergilah, kalian diutus”. Dengan sekilas saja tampak bahwa dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 kalimat tersebut menekankan segi perutusan umat. Setelah orang merayakan penebusan dalam perayaan Ekaristi, tibalah saatnya untuk bersiap menjadi agen yang diutus untuk mewartakan cinta- kasih Allah dalam kehidupan konkret di dunia nyata. Rm. Martasudjita dalam bukunya mengungkapkan, “Sejak abad V perayaan Ekaristi disebut misa. Istilah ini digunakan untuk menunjuk seluruh perayaan Ekaristi dengan mau menekankan aspek perutusan untuk melayani Tuhan dan sesama serta mewartakan kabar kabar baik kepada segala bangsa Martasudjita, 2003:269. Selain dari dua istilah di atas masih ada beberapa istilah yang digunakan. Seperti pada istilah Perjamuan Tuhan Dominica Cena. Hal ini berdasar pada ungkapan yang digunakan santo Paulus untuk menyebut Ekaristi bdk. 1Kor 10:21; 11: 20. Selain itu Yesus juga sering mengumpamakan kedatangan Tuhan kembali dengan istilah perjamuan bdk. Mat25: 10; Mat 22: 1-10. Secara garis besar santo Paulus mencoba menghubungkan perayaan Ekaristi dengan kehadiran Tuhan pada akhir masa. Selain ini masih ada pula istilah lain seperti Sacrificium dan Oblatio yang berarti kurban dan persembahan, dan Sinaksis yang berarti pertemuan Jemaat pada bahasa Yunani. Dalam Lumen Gentium disebutkan, “Dengan ikut serta dalam korban Ekaristi, sumber dan puncak hidup seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah Lumen Gentium: 11. Tentu ada alasan mengapa Ekaristi disebut sebagai sumber dan puncak hidup seluruh hidup kristiani. Hal ini karena Ekaristi menjadi puncak kebersamaan umat kristiani dengan Tuhan maupun sesama umat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 Dalam bukunya yang berjudul Sakramen-sakramen Gereja, Rm. Martasudjita memaparkan alasan tersebut demikian, “Di dalam perayaan Ekaristi, seluruh misteri kehidupan bersama Allah dan manusia yang mengalami kepenuhannya dalam Kristus dirayakan dan dihadirkan bagi umat beriman. Tidak ada acara atau kegiatan Gereja lainnya yang mampu melebihi perayaan Ekaristi, saat mana Gereja secara resmi dan meriah mengungkapkan dan melaksanakan dirinya sebagai sakramen kebersamaan dengan Yesus Kristus Martasudjita, 2003: 266. Dikatakan juga bahwa sakramen-sakramen lainnya berhubungan erat dengan Ekaristi dan terarah kepadanya PO 5; lih. UR 22. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, yang artinya “sakramen” persatuan dengan Allah dan kesatuan antar manusia. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa Ekaristi adalah Sakramen yang utama. Ekaristi juga tampak sebagai pusat dan matahari bukan hanya untuk Gereja tetapi juga untuk seluruh umat manusia dan alam semesta yang tidak berjiwa. Ekaristi membuat Gereja berkembang secara kualitatif dalam kekuatannya dengan ditunjukkan mampu mengubah Gereja menjadi semakin serupa dengan Kristus. Paus Benedictus XVI menyebutkan bahwa semua sakramen dan bahkan semua pelayanan gerejawi dan karya kerasulannya berhubungan erat dengan Ekaristi SCar art. 16. Paus Benedictus XVI menekankan bahwa makna Ekaristi sebagai karunia bagi umat untuk menempuh perjalanan menuju tanah air surgawi melaui karunia yang memungkinkan orang untuk mencicipi kepenuhan eskaltologis SCar art. 30. Menurut Paus Benedictus XVI, makna eskatologis dari Ekaristi menunjukkan bahwa Perayaan Ekaristi secara sakramental menggenapi himpunan eskatologis umat Allah SCar. 31. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 perayaan Ekaristi menjadi perayaan yang sungguh luar biasa dan agung karena dikehendaki oleh Tuhan untuk menghadirkan seluruh misteri penebusanNya dalam ruang dan waktu agar dapat dialami oleh umat beriman yaitu dalam rupa roti dan anggur yang suci. Ekaristi juga menghadirkan apa yang sebenarnya akan dianugerahkan pada akhir zaman yang tidak lain adalah hidup Allah sendiri. Sehingga umat akan memperoleh keselamatan abadi di Surga. Ekaristi juga bisa disebut sebagai materai kemuliaan yang akan datang EE 18. Dalam tulisannya, Paus Yohanes Paulus II menegaskan makna eskatologis Ekaristi : Aklamasi umat, menyusul konsekrasi, dengan tepat mengakhiri Ekaristi dengan visi eskatologis lih. 1 Kor 11:26: sampai Tuhan datang dalam kemuliaan. Ekaristi adalah upaya mengejar tujuan, penciptaan cita rasa kepenuhan suka cita yang dijanjikan oleh Kristus lih. Yoh 15:11 ...Para penyantap Tubuh Kristus dalam Ekaristi tidak perlu menunggu akhir dunia menerima hidup kekal: mereka telah memilikinya di dunia ini, sebagai buah sulung kepenuhan yang akan datang, yang memuaskan manusia tidak kurang suatu apa pun. Sebab dalam Ekaristi kita juga menerima jaminan kebangkitan tubuh pada akhir zaman: “Barang siapa makan tubuhKu dan minum darahKu memiliki hidup kekal, dan Aku akan membangkitkannya pada hari akhir” Yoh 6:54. Jaminan kebangkitan kita kelak beroleh dasarnya pada kenyataan bahwa tubuh Putra Manusia yang kita santap adalah tubuh mulia Tuhan yang dibangkitkan. Kita seolah mencerna rahasia kebangkitan. Itulah sebabnya, santo Ignatius Anthiokia dengan tepat merumuskan Ekaristi sebagai penawar ketidakmatian, penangkal kematian EE 18. Paus Yohanes Paulus II juga menyampaikan bahwa “Ekaristi adalah secercah penampakan surga di atas bumi. Ekaristi adalah seberkas sinar mulia dari Yerusalem surgawi yang menembus awan sejarah dan menaungi peziarahan kita” EE 19. Ekaristi juga tidak bisa dilepaskan dari tugas perutusan para murid dan tugas perutusan sosial Gereja. Apapun sebutannya, yang pasti adalah Ekaristi merupakan puncak misteri iman Gereja. Ekaristi menjadi jalan utama bagi umat untuk berdoa dan bertemu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 dengan Tuhan. Melalui Ekaristi pula orang mengenang karya keselamatan oleh Yesus Kristus. Sedangkan Devosi Ekaristi menjadi sarana untuk menjawab ungkapan kasih Tuhan yang tersampaikan melalui Ekaristi.

C. Makna Ekaristi

Perayaan Ekaristi adalah tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah. Dengan merayakan Ekaristi, umat beriman merayakan karya Misteri Penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus dan sekaligus melaksanakan amanat Yesus yaitu “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Aku”. Melalui misteri ini, Ekaristi menjadi sumber dan puncak seluruh hidup umat Kristiani yang berpangkal dalam diri Yesus Martasudjita, 2016:57. Ekaristi juga disebut sebagai wujud kesatuan umat, dengan bernyanyi bersama dan doa bersama, serta memakan Roti yang satu dan sama, orang yang ikut dalam perayaan Ekaristi dipersatukan oleh Allah melalui sebuah ikatan cinta yang membentuk satu tubuh dalam diri Yesus. Dengan demikian, kehadiran dan partisipasi aktif umat dalam perayaan Ekaristi menjadi bukti bahwa Ekaristi merupakan perayaan umat LG, art. 3. Pada saat merayakan Ekaristi, orang menyambut Tubuh Kristus yang dikurbankan bagi umatnya. Kurban Kristus yang disambut dan dirayakan dalam Ekaristi adalah sebagai Kurban Kristus yang memberikan dirinya untuk dunia. Kristus sendiri sebagai lambang Roti Ekaristi yang dipecah-pecah dan kemudian dibagi kepada seluruh umat untuk disantap sebagai santapan rohani sebagai peringatan akan karya penebusan Kristus untuk dunia Martasudjita, 2016:137.