1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kompetisi global semakin nyata dewasa ini. Ruang-ruang bisnis telah demikian dinamis seiring dengan perkembangan teknologi yang
mempermudah banyak pekerjaan. Kondisi ini dalam masa tertentu akan berkembang pula dengan semakin meningkatnya interaksi antar wilayah.
Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dijawab dengan cerdas oleh para pelaku usaha dengan mengembangkan pola-pola interaksi yang
dinamis dengan lingkungan usahanya. Melihat tantangan masa depan bisnis yang dipengaruhi pula oleh
globalisasi, maka sebuah keniscayaan untuk melakukan terobosan penting dalam mengambil peluang. Meningkatnya tingkat pendidikan serta
semakin derasnya media menyampaikan informasi telah memicu lahirnya suatu kesadaran kritis di kalangan konsumen dalam memilih serta
menaruh loyalitasnya pada suatu produk atau layanan perusahaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa koneksi media yang demikian kencang ini
memberi konsumen banyak alternatif dalam menentukan pilihannya. Perusahaan dalam kapasitasnya sebagai organisasi yang menaruh
minat pada peningkatan modal ekonominya harus memperhatikan situasi ini dan tanggap dalam mengelola potensi dirinya. Secara internal tiap
organisasi memiliki kebiasaan serta pola relasi yang membentuk dirinya. Adanya budaya serta pola komunikasi kian menjadikan perusahaan
semakin dapat berusaha mengembangkan identitas pembeda di tengah pasar yang kompetitif ini. Kendati demikian perbedaan ini haruslah dijaga
dan dikembangkan sebagai suatu nilai tambah bagi proyeksi pengembangan usaha.
Berkaitan dengan pola interaksi serta komunikasi yang dengan sengaja ataupun secara alami tercipta dari perilaku individu di dalam
organisasi, Budaya semakin mendapatkan ruangnya dalam dinamika tersebut. Budaya sebagai bagian dari seperangkat nilai atau asumsi yang
dianut oleh perusahaan akan menjadi satu modal yang kuat bila dikelola dengan baik. Pengaturan ruang-ruang tradisi serta habituasi relasi positif
yang ditopang oleh suatu sistem komunikasi yang baik tentunya menjadi satu aset tak ternilai bagi perusahaan.
Telah banyak para pakar mengadopsi tiga sudut pandang yang berkaitan dengan budaya, diantaranya sebagai berikut :
1. Budaya merupakan produk konteks pasar di tempat organisasi beroperasi, peraturan yang menekan, dsb.
2. Budaya merupakan produk struktur dan fungsi yang ada dalam organisasi, misalnya organisasi yang tersentralisasi berbeda dengan
organisasi yang terdesentralisasi.
3. Budaya merupakan produk sikap orang orang dalam pekerjaan mereka, hal ini berarti produk perjanjian psikologis antara individu
dengan organisasi. Hal ini mencerminkan suatu pandangan bahwa ditengah arus
kompetisi dan irama perkembangan teknologi yang kian canggih, budaya organisasi perlu dijaga dan dikembangan secara sinergis dengan
lingkungannya. Melalui
komunikasi yang
efektif, organisasi
membangunkan suatu harapan dengan cermin budaya yang dibentuk dari pola interaksi mereka yang bekerja di dalamnya. Dengan kata lain, para
karyawan dengan segala keunikan mereka berinteraksi dan berkomunikasi akan berpengaruh pada budaya perusahaan dimana mereka berkarya.
Menarik pada pemahaman akan organisasi sebagai kumpulan yang bekerjasama mencapai tujuan tertentu, maka pihak manajemen perlu
memastikan bahwa budaya serta komunikasi organisasinya mendorong setiap pihak untuk mencapai tujuan perusahaan itu berdiri. Perlu suatu
mekanisme yang terkendali untuk menopang satu sistem nilai yang dianut, dihidupi serta dikembangkan bersama di tengah lingkungan
perusahaan, terutama diantara para pihak yang berkepentingan terhadapnya maupun terhadap mereka yang perusahaan berkepentingan.
Sebagai sebuah organisasi bisnis, perusahaan tentu saja memiliki ekspektasi bisnis jangka panjang yang hendak dicapai serta
dikembangkan. Pemeliharaan loyalitas stakeholder terutama karyawan
merupakan suatu keniscayaan yang harus terus diupayakan. Kendati budaya organisasi sulit diukur dan didefinisikan dengan tegas, tetapi ia
memiliki pengaruh yang begitu kuat serta dapat dirasakan oleh banyak pihak terutama karyawan sebagai bagian internal dalam karya dan layanan
perusahaan. Itulah
sebabnya dalam
upaya melestarikan
serta mengembangkan budaya organisasi tidak dapat diabaikan suatu
komunikasi internal organisasi yang sinergis. Dalam hal ini, pemahaman budaya organisasi yang mempengaruhi pola pikir dan peningkatan kinerja
karyawan sangat penting artinya. Komunikasi organisasi dapat dipahami sebagai proses penciptaan
dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti
atau yang selalu berubah-ubah. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin dinamisnya perkembangan bisa merupakan peluang namun dapat pula
menjadi ancaman sejauh tidak diantisipasi. Dalam konteks komunikasi internal dapat pula dipahami adanya tingkat pertukaran pesan diantara
sesama kolega maupun dengan atasan. Mengingat budaya organisasi sebagai suatu sistem nilai dan
saluran komunikasi dengan lingkungannya maka penguatan ini menjadi penting dan mendesak terutama dalam mendorong identitas perusahaan
menjadi lebih terintegrasi dengan para anggota perusahaan yakni karyawan. Menurut Sutrisno 2010:3, budaya organisasi yang kuat sangat
berpengaruh terhadap perilaku dan efektivitas kinerja perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan dengan dampaknya yang melahirkan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebagai suatu kekuatan yang tidak tampak. Nilai kunci yang saling menjalin, tersosialisasikan, terintegrasi, serta
menjiwai para anggota perusahaan. b. Terkendali dan terkordinasinya perilaku para karyawan
secara tidak sadar c. Tumbuhnya komitmen dan loyalitas pada perusahaan
d. Munculnya semangat musyawarah dan kebersamaan dalam bentuk partisipasi, pengakuan dan penghormatan karyawan
e. Semua kegiatan berorientasi dan terarah pada misi perusahaan
f. Adanya kegembiraan pada karyawan akibat pengakuan dan penghargaan atas kontribusinya
Bila menilik beberapa dampak yang dapat dipicu oleh budaya organisasi ini, maka tentu saja performa perusahaan menjadi lebih positif,
terutama hal ini dikaitkan dengan integrasi nilai yang mendorong perkembangan perilaku karyawan seturut visi perusahaan. Berkaitan
dengan hal ini, sumber daya manusia perusahaan secara lebih optimal perlu didorong untuk dapat bersama meningkatkan kinerjanya selaras
dengan nilai-nilai perusahaan.
Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, sebagai salah satu perusahaan yang memiliki sejarah panjang adalah sebuah gambaran usaha
yang tumbuh dalam dinamika pasar yang luas. Selain sebagai sebuah karya misi pelayanan, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tak dapat
mengabaikan dimensi bisnis dalam seluruh dinamikanya. Pilihan segmen pasar yang diambil menempatkannya sebagai sebuah perusahaan yang
harus mampu mengelola secara optimal potensi yang dimiliki untuk tetap memelihara dan mengembangkan pasar yang disasar, terutama untuk
memastikan kelangsungan karya misinya. Tentunya hal ini menjadi salah satu kebutuhan mendesak di tengah semakin besarnya tuntutan untuk
mengembangkan performa yang prima di mata pengguna jasa. Mengingat panjangnya sejarah Rumah Sakit Panti Rapih sebagai
sebuah organisasi atau perusahaan maka secara jelas dapat dipahami bahwa ada sebuah budaya yang terbentuk di dalamnya sebagai sebuah
pegangan prinsip yang terintegrasi dalam kerja-kerja operasional. Budaya organisasi yang terbentuk dalam perusahaan ini tentunya menarik dikaji
terlebih sejauh mana budaya itu membantu perusahaan dalam membentuk perilaku karyawan yang memiliki kinerja optimal.
Mengingat pentingnya aspek budaya organisasi dalam mendorong peningkatan kinerja organisasi yang relevan melalui peningkatan kinerja
karyawan, dibutuhkan sebuah penelitian yang terarah untuk membantu memberi gambaran bagi perusahaan. Maka untuk tujuan tersebut penulis
memilih topik Analisis Pengaruh Komunikasi Internal dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan.
B. Rumusan Masalah