Perwujudan Budaya Organisasi Dimensi Budaya Organisasi

7. Perwujudan Budaya Organisasi

Budaya organisasi dalam beberapa pandangan sebagaimana diungkapkan oleh Octa Melia Jalal 2000 dapat dianalisa dalam berbagai wujud atau tingkatan sebagai berikut. Pada tingkatan tertinggi, Budaya Organisasi dapat berwujud fenomena yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan ketika seseorang berinteraksi dalam satu lingkungan organisasi. Pada tingkat ini budaya organisasi relatif lebih mudah diidentifikasi dan didefinisikan. Setidaknya ada empat pengelompokan wujud budaya organisasi sebagaimana diungkap kembali oleh Octa Melia Jalal sebagaimana pernah dikemukakan Lewis 1992. Adapun pengelompokannya adalah sebagai berikut: a. Simbol-simbol. Hal ini terdiri dari logo, slogan, upacara- upacara, atau cerita-cerita yang sering disampaikan orang dalam organisasi tersebut. b. Proses. Hal ini berkaitan dengan seluruh metode organisasi dalam melaksanakan tugasnya seperti jalur pertanggungjawaban, desain pekerjaan, strategi manajemen dalam pengambilan keputusan, jalur komunikasi resmi, dll. c. Format. Berkaitan dengan benda-benda yang bisa langsung diobservasi seperti desain bangunan, tata letak ruang, furniture, dokumen resmi, pidato dan lain sebagainya. d. Perilaku. Berkaitan dengan manifestasi simbol, proses, dan format yang ada di organisasi. Pada tingkat lebih lanjut, budaya organisasi terdiri dari kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh perusahaan dan anggotanya. Sementara itu pada tingkatan yang lebih dalam lagi budaya organisasi berwujud asumsi-asumsi dasar anggota organisasi tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan dan dinamika dalam organisasi.

8. Dimensi Budaya Organisasi

Memaknai Budaya Organisasi, para pakar tampaknya telah mencapai kesepahaman dalam membangun pengertiannya. Kendati demikian, hal ini tidak menyiratkan kesamaan akan dimensi-dimensi yang meliputi budaya organisasi. Nilai-nilai yang mencerminkan Budaya Organisasi belum sepenuhnya mencapai kesepahaman diantara mereka. Secara ringkas Cox, Jr 1994 mengungkapkan bahwa ada dua dimensi utama dalam budaya organisasi yang dapat dideskripsikan untuk kemudian diperbandingkan diantara beragam organisasi. Hal ini terutama berkaitan dengan kekuatan dan isi di dalam organisasi yang ada. Dimensi kekuatan yang dimaksud adalah sejauh mana norma dan nilai secara jelas dirumuskan dan diberlakukan. Sementara dimensi isi diantaranya adalah nilai, norma, dan gaya yang spesifik ditetapkan sebagai karakteristik sebuah organisasi. Beberapa pandangan mengenai dimensi budaya organisasi diantaranya akan dijelaskan dalam bagian berikut. Bahwa terdapat beragam pandangan, ini mengindikasikan pernyataan diatas yang mana belum ada kesepakatan mengenai dimensi dalam budaya organisasi. Perters Waterman 1981, menggunakan delapan nilai-nilai budaya dalam perusahaan diantaranya sebagai berikut: a. A bias for action atau preferensi untuk bertindak b. Staying close to the customers atau kedekatan dengan pelanggan c. Auotonomy and entrepreneurship atau otonomi dan kewirausahaan d. Productivity through people atau produktivitas melalui Sumber Daya Manusia e. Hand-on, Value Driven atau tuntutan ekskutif pada inti usaha perusahaannya f. Stick to knitting atau komitmen pada bisnis perusahaan yang paling baik g. Simple form, lean staff atau sedikit lapisan administratif, sedikit orang yang berada di jenjang atas h. Simultaneous loose-tight properties atau memantau iklim dedikasi terhadap nilai-nilai sentral. Ouchi 1981 memakai tujuh jenis nilai untuk mengukur dan membandingkan budaya perusahaan Amerika dan budaya perusahaan Jepang. Adapun hasilnya antara lain: 1 Komitmen pada karyawan 2 Evaluasi terhadap karyawan 3 Karier 4 Kontrol 5 Pembuatan keputusan 6 Tanggungjawab 7 Perhatian pada manusia Sementara itu riset yang dilakukan oleh Robbins dan Coulter 2004 menunjukkan bahwa ada tujuh dimensi yang secara keseluruhan menangkap hakikat budaya organisasi. Dimensi yang didapatkan dari riset tersebut diantaranya adalah: a Inovasi dan Pengambilan Resiko b Perhatian pada hal yang detail c Orientasi Hasil d Orientasi pada Manusia e Orientasi Tim f Keagresifan g Stabilitas

9. Pengertian Kinerja

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN RUMAH SAKIT DI KABUPATEN JEMBER

0 40 17

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Yarsis Surakarta).

0 3 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Rumah Sakit Yarsis Surakarta).

0 2 12

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) dan budaya organisasi terhadap kinerja organisasi (studi kasus pada Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta).

7 41 94

Persepsi karyawan atas pengaruh peran auditor internal terhadap efektivitas pengendalian internal : studi kasus pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

5 23 131

Pengaruh relationship marketing terhadap kepuasan pasien dan keluarga pasien rumah sakit : studi kasus di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

0 0 93

PERSEPSI PADA STRUKTUR ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, DAN KOMITMEN PERAWAT PADA RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA.

0 1 32

PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA PASIEN RUMAH SAKIT Studi Kasus Pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

0 0 91

PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA PASIEN RUMAH SAKIT Studi Kasus Pada Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

0 0 91

Analisis pengaruh komunikasi internal dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan : studi kasus pada karyawan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta - USD Repository

0 0 138