pertemuan, tujuan mengacu pada indikator, mengandung dua aspek: Audience peserta didik dan Behavior aspek kemampuan. Kemendikbud
2014 tujuan pembelajaran adalah panduan bagi guru untuk mengetahui apa yang harus dicapai.
f. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran yang menunjang
ketercapaian KD dengan mampertimbangkan beberapa aspek. Permendikbud No 81A 2013 aspek-
aspek yang harus dipertimbangkan untuk ketercapaian KD adalah potensi peserta didik, relevansi dengan karakteristik daerah, tingkat perkembangan
fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik, kebermanfaatn peserta didik, struktur keilmuan, aktualitas, kedalaman, dan
keluasan materi pembelajaran, relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan dan lokasi waktu.
g. Pendekatan dan metode
Rahman Ma’arif 2014 menjelaskan bahwa pengertian metode adalah suatu cara penyampaian materibahan ajar dari seorang pendidik terhadap
peserta didiknya sehingg materi yang diberikan dapat terserap. Menurut Russeffendi 1991:28 dalam Rahmanma’arif, 2014 menyatakan hawa
metode mengajar merupakan cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik untuk setiap mata pelajaran atau bidang studi.
h. Sumber belajar
Permendikbud No 81A 2013 menjelaskan bahwa sumber belajar merupakan rujukan, objek danatau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yang merupakan media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial dan budaya.
i. Langkah-langkah Pembelajaran
Kemendikbud No 81A 2013 menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru,
agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian manajerial yang dilakukan guru, agar
peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus, kegiatan ini diorganisasikan menjadi: Pendahuluan, Inti dan Penutup. Kegiatan inti
dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan
j. Penilaian
Kemendikbud 2013 menjelaskan bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang
proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesnimbungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan. Pemaparan di atas dapat peneliti simpulkan
pengembangan RPP harus berdasrkan prinsip-prinsip pengembangan RPP agar sesuai dengan tujuan
penerapan kurikulum 2013 yang berlaku saat ini.
2.1.8.3 Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan alat penunjang dalam pelaksanaan proses pendidikan. Menurut Andi Prastowo 2012 bahan ajar merupakan segala bahan baik
informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis, menampilkan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar dapat berisi berupa teks informasi terkait materi yang
sedang dipelajari sebagai acuan untuk belajar. Akbar 2013 menyatakan bahwa buku ajar adalah teks yang digunakan sebagai rujukan standar pada mata pelajaran
tertentu.
2.1.8.4 Lembar Kerja Siswa LKS
LKS merupakan kepanjangan dari Lembar Kerja Siswa. Prastowo 2014 menyatakan bahwa LKS bukan merupakan lembar kegiatan siswa akan tetapi
lembar kerja siswa. lembar lembar kerja siswa biasa dibuat sendiri agar mudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan keinginan guru untuk mengukur
kompetensi apa yang telah dicapai siswa. LKS berisikan rangkuman materi muatan pelajaran. LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-
lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran, yang harus dikerjakan siswa baik bersifat teoritis atau praktis yang
mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa Prastowo, 2014. Paparan ahli diatas dapat peneliti simpulkan bahwa LKS merupakan sebuah
bahan ajar cetak yang berisi ringkasan materi disertai dengan soal-soal dan petunjuk pelaksanaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang berfungsi bagi guru
sebagai alat untuk melihat hasil pencapaian kompetensi dasar belajar siswa.
2.1.9 Pendidikan Karakter
Karakter merupakan ahlak manusia yang telah tertanam dalam diri manusia itu sendiri. KBBI 2008 mengertikan karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan
dalam perilaku Kementerian Pendidikan Nasional, 2010. Samani 2012, memaparkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengemban
karakter mulia dari peserta didik dengan mempraktikkkan dan mengajarkan nilai- nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan
sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhan. Tujuan pendidikan karakter dilakukan dalam rangka untuk menanamkan karakter-karakter pada siswa
agar memiliki budi pekerti yang baik. Kemendiknas 2011 mengidentifikasi 18 butir nilai karakter sebagai
prioritas penanaman karakter di sekolah yang bersumber dari agama, Pancasila, kebudayaan, dan tujuan pendidikan nasional dalam rangka memperkuat
pelaksanaan pendidikan karakter dalam satuan pendidikan. Adapun ke 25 butir nilai karakter tersebut adalah: 1 Religius, 2 Kejujuran,
3 Toleransi, 4 Disiplin, 5 Kerja keras, 6 Kreatif, 7 Mandiri, 8 Demokratis, 9 Rasa Ingin
Tahu, 10 Semangat Kebangsaan, 11 Cinta Tanah Air, 12 Menghargai Prestasi, 13 BersahabatKomunikatif, 14 Cinta Damai, 15 Gemar Membaca, 16 Peduli
Lingkungan, 17 Peduli Sosial, 18 Tanggung Jawab. Sejalan dengan Kemendiknas, Daniel Goleman dalam Adisusilo,2014:79-80 mengatakan bahwa pendidikan
karakter merupakan pendidikan nilai yang mencakup sembilan nilai dasar yang saling berkaitan yaitu: 1responbility tanggung jawab, 2 respect rasa hormat, 3
fairness keadilan, 4 courage keberanian, 5 honesty kejujuran, 6citizenship
rasa kebangsaan, 7 self-dicipline disiplin diri, 8 caring peduli, 9 perceverance ketekunan.
Pendapat para ahli di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pendidikan karakter dapat diartikan proses pendidikan yang mengajarkan pembentukan sikap
siswa terkandung dalam pembelajaran yang mengemban karakter mulia yang meliputi Pancalisa, agama kebudayaan dan tujuan pendidikan nasional.
2.1.10 Permainan
KBBI 2008 Permainan berasal dari kata Main, yang berarti kegiatan atau aktifitas yang dilakukan untuk menyenangkan hati dengan alat-alat tertentu atau
tidak. Bermain merupakan sebuah media yang menyenangkan untuk anak mengerkpresikan diri. Gunarsa dalam Wahyuni, 2009 menyatakan bahwa
permainan merupakan suatu kegiatan yang dicari dan dilakukan oleh seseorang demi kegiatan itu sendiri, karena kegiatan tersebut memberikan kesenangan.
Permainan juga disebut sebagai alat untuk tujuan pendidikan, hal ini diperkuat dengan pernyataan Misbach 2006 permainan dapat disebut sebagai APE alat
permainan edukatif yang bersifat multiguna karena masing-masing permainan memiliki kekhususan dalam mengembangkan aspek anak.
2.1.10.1 Hakekat Permainan
Permainan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menimbulkan suasana yang menyenangkan dan dibatasi oleh beberapa peraturan. Permainan atau lebih
populer disebut dengan Games adalah situasi bermain yang bterkait dengan beberapa aturan-aturan atau tujuan tertentu Misbach, 2006. Sedangkan menurut
Wahyuni 2009 permainan merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh anak-
anak dan dilakukan dengan rasa gembira dan dalam suasana menyenangkan. Kedua pendapat tersebut mengindikasikan bahwa permainan merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh anak-anak dan dilakukan dengan perasaan gembira. Pendapat ahli di atas bahwa permainan dilakukan secara bersama-sama atau
kelompok dan dilakukan dengan perasaan menyenangkan. Hal ini menjelaskan bahwa permainan harus dapat menciptakan atau menimbulkan rasa senang bagi
pelakunya.
2.1.10.2 Manfaat permainan
Bermain merupakan suatu hal yang banyak disukai kebanyakan anak. Berikut ini adalah beberapa fungsi permainan menurut Rusmawi 2004 dalam
Wahyuni 2009.
a. Memperkuat motorik anak.
b. Anak dapat menyalurkan energi yang tertumpuk.
c. Anak dapat menyalurkan perasaannya yang terpendam.
d. Melalui permainan yang melibatkan banyak orang dan banyak aturan dapat
mengenalkan anak pada lingkungan sosial yang baru.
e. Bermain dapat merangsang kognitif anak.
f. Membantu dalam penyesuaian sosial, mengembangkan wawasan sosialnya.