mentah atau bahan baku khas, kemungkinan besar kita akan selalu harus membayar harga yang mereka minta.
5. Bargaining position konsumen. Jika konsumen jauh lebih kuat daripada kita,
mereka mungkin akan menekan habis harga produk atau jasa kita, memaksa kita menawarkan berbagai pelayanan gratis atau membuat kita harus menanggung
ongkos pergudangan yang tinggi.
2.7. Hubungan antara Keunggulan Komparatif dan Keunggulan Kompetitif
Perdebatan mengenai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di berbagai kalangan, seperti perguruan tinggi, politisi, pengusaha, dan birokrat, sering
menghiasi media belakangan ini, terutama di tanah air. Di mana kelompok teknolog lebih condong menganut strategi keunggulan komparatif, yang didasarkan pada
kekayaan sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja yang membludak padat karya, dengan muatan teknologi yang rendah, sehingga faktor produksi ini menjadi
lebih murah dan merupakan andalan untuk berkompetisi dalam perdagangan internasional maupun terhadap serbuan barang-barang sejenis di dalam negeri untuk
jangka pendek. Sedangkan kelompok teknokrat lebih condong pada strategi keunggulan
kompetitif, dengan menekankan dasar industrialisasi yang menggunakan lompatan teknologi yang menerapkan teknologi canggih untuk memperoleh nilai tambah yang
lebih tinggi, yakni pada pemilihan industri yang bertumpu pada economic of scale karena terkonsentrasinya pekerja terampil dan industri yang bernilai tambah tinggi.
Teori keunggulan komparatif, seperti yang dikembangkan oleh H-0, Stolper- Samuelson, dan Rybczynsky, bertumpu pada perbedaan faktor produksi dan kandungan
pendukung yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas, sehingga menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Dalam perkembangan studi berikutnya
dikembangkan dengan memasukkan faktor nilai tukar mata uang yang melengkapi tingkat upah dan ikut menentukan keunggulan relatif dan komparatif suatu barang.
Sebagai contoh, tingkat upah para pekerja di Amerika adalah 15 dolarjam, sedangkan di Indonesia 1 dolarjam dengan asumsi nilai tukar dalam kondisi normal.
Apabila produktivitas tenaga kerja Amerika 20 kali lipat lebih tinggi dibanding tenaga kerja Indonesia yang padat karya maka dalam keadaan yang sama Amerika
mempunyai keunggulan komparatif lebih tinggi dari hasil produksinya dibanding Indonesia. Keunggulan komparatif ini dalam perkembangannya sudah melekat pada
produk berteknologi yang lebih canggih. Dalam perkembangan pemikiran berikutnya, keunggulan komparatif sudah tidak
identik lagi dengan upah yang murahrendah dan teknologi sederhana. Barang-barang yang pada saat tertentu memiliki keunggulan komparatif, pada waktu berikutnya
mengalami kemerosotan dalam keunggulan komparatifnya apabila disaingi dan digeser oleh barang-barang lain yang memiliki desain dan kandungan teknologinya yang lebih
canggih dan lebih bisa memberikan kenikmatan pada konsumen sesuai dengan selera perkembangan zamannya. Pergeseran ini terjadi dalam pola perdagangan internasional
yang dinamis.
III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran
Tembakau aseli merupakan tanaman yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian negara Indonesia. Indonesia menghasilkan berbagai macam tipe
tembakau yang dapat dipergunakan untuk industri rokok yang terpenting dari tipe-tipe tersebut adalah tembakau sigaret, pipa, aseli dan shag. Usahatani tembakau aseli adalah
suatu kegiatan mengelola unsur-unsur produksi yang dilakukan oleh petani untuk menghasilkan tembakau aseli. Input usahatani tembakau aseli adalah modal, lahan,
benih, pupuk, pestisida, tenaga kerja, obat-obatan dan peralatan. Sedangkan output usahatani tembakau aseli adalah tembakau aseli.
Daya saing usahatani tembakau aseli adalah kumpulan dari kelembagaan, kebijakan dan faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas produksi tembakau.
Daya saing dapat dihasilkan melalui melalui peningkatan produktivitas dan efisiensi. Upaya peningkatan daya saing usahatani tembakau juga dapat ditempuh dengan cara
meningkatkan kualitas tembakau dan menekan biaya usahatani sehingga harga jual tembakau mampu bersaing di pasaran.
Konsep daya saing usahatani tembakau aseli diukur menggunakan pendekatan analisis keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif
usahatani tembakau aseli adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki suatu sistem usahatani yang dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan bagi petani. Sistem
usahatani yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan memiliki efisiensi ekonomi. Sedangkan keunggulan kompetitif usahatani tembakau adalah keunggulan yang dimiliki
suatu sistem usahatani, dimana keunggulan tersebut digunakan untuk berkompetisi dan