VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Petani Pada Wilayah Penelitian
6.1.1. Umur Responden
Umur responden adalah rata-rata umur dari petani, yaitu petani tembakau aseli di Desa Kedungwaru, Kecamatan Kemlagi dan Desa Simongagrok Kecamatan
Dawarblandong Kabupaten Mojokerto yang mengisi kuesioner. Umur responden digunakan untuk menggambarkan kemampuan daya pikir seseorang dalam menerima
atau menolak teknologi baru. Semakin tua umur seseorang akan terjadi kecenderungan menurunnya daya pikir sehingga kurang mudah dalam menerima dan menerapkan
teknologi baru. Hasil perhitungan umur responden tampak pada tabel 7. sebagai berikut: Tabel 7. Karakteristik Umur Responden di Wilayah Penelitian
Desa Kedungwaru Desa Simongagrok
Karakteristik Jumlah
Orang Prosentasi
Jumlah Orang
Prosentasi
Dibawah 40 Tahun 6
20
3 10
Antara 41 sd 50 Tahun 11
36.67
7 23
Antara 51 sd 60 Tahun 10
33.33
17 57
Diatas 60 Tahun 3
10
3 10
Total 30 100
30 100
Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa petani tembakau aseli di Desa Kedungwaru, Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto sebagian besar berusia diatas
41 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani tembakau aseli di Desa Kedungwaru adalah petani dalam usia produktif sehingga daya pikir para petani masih baik dan
mudah dalam menerima serta menerapkan teknologi baru. Sementara petani tembakau aseli di Desa Simongagrok, Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto sebagian
besar berusia diatas 51 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani tembakau aseli di
Desa Simongagrok adalah petani dalam usia tidak produktif sehingga daya pikir para petani cenderung menurun dan tidak mudah dalam menerima serta menerapkan
teknologi baru.
6.1.2. Pengalaman Responden Usahatani Tembakau
Aseli Pada Wilayah Penelitian
Pengalaman usahatani tembakau aseli responden adalah rata-rata pengalaman petani berusahatani tembakau aseli, yaitu petani tembakau di Desa Kedungwaru,
Kecamatan Kemlagi dan Desa Simongagrok Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto yang mengisi kuesioner. Pengalaman responden dalam berusahatani
digunakan untuk menggambarkan mudah atau tidaknya responden menerima dan menerapkan informasi serta teknologi baru bagi kemajuan sistem usahatani. Semakin
lama pengalaman responden dalam berusahatani maka semakin sulit responden dalam menerima dan menerapkan teknologi baru, hal ini dikarenakan responden cenderung
berusahatani sesuai dengan pengalaman yang dimiliki secara turun-temurun. Hasil perhitungan pengalaman responden dalam berusahatani disajikan pada Tabel 8. sebagai
berikut: Tabel 8. Pengalaman Responden Usahatani Tembakau Aseli Pada Wilayah Penelitian
Desa Kedungwaru Desa Simongagrok
Karakteristik Jumlah
Orang Prosentasi
Jumlah Orang
Prosentasi
Dibawah 20 Tahun 10
33.33 6
20 Antara 21 sd 30 Tahun
14 46.67
8 26.66
Antara 31 sd 40 Tahun 5
16.67 14
46.67 Diatas 40 Tahun
1 3.33
2 6.67
Total 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pengalaman petani berusahatani tembakau aseli di Desa Kedungwaru, Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto
sebagian besar antara 21 - 30 tahun. Hal ini diharapkan mampu membuat sistem usahatani di Desa Kedungwaru semakin baik dengan adanya penyuluh-penyuluh
pertanian yang dapat memberikan informasi maupun teknologi baru guna meningkatkan output serta pendapatan petani tembakau aseli. Sementara pengalaman petani
berusahatani tembakau aseli di Desa Simongagrok, Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto sebagian besar diatas 31-40 tahun. Hal ini menunjukkan
usahatani di Desa Simongagrok kurang baik, karena petani tembakau aseli masih mengunakan teknologi tradisional dan pengalaman yang turun-temurun. Sehingga
kurang mampu menguasi teknologi baru dan informasi baru, maka dari itu peran penyuluh-penyuluh pertanian harus lebih intensif dalam memberikan informasi maupun
teknologi baru guna meningkatkan output serta pendapatan petani. Menurut hasil perhitungan tabel 8 yang menunjukkan bahwa petani di Desa
Kedungwaru berada dalam usia produktif sehingga mudah menerima teknologi baru, sedangkan petani Desa Simongagrok menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam
berusahatani masih relatif kecil sehingga diharapkan dapat menerima teknologi baru dan menyerap ilmu baru, maka dalam hal ini peran penyuluh pertanian sangatlah penting
dalam mengupayakan penerimaan teknologi baru dan memberikan ilmu baru bagi petani tembakau aseli.
6.1.3. Pendidikan Responden Pada Wilayah Penelitian