Penanganan Pasca Panen Tembakau

gejalanya pertumbuhan tanaman menjadi lambat dengan pengendaliannya menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terifeksi dicabut dan dibakar.

2.3. Penanganan Pasca Panen Tembakau

Aseli Kegiatan penanganan pasca panen tembakau aseli adalah suatu proses perlakuan setelah kegiatan budidaya tembakau aseli. Kegiatan ini merupakan proses yang menentukan suatu keberhasilan dalam mendapatkan kualitas dan harga tembakau yang baik. Kegiatan tersebut meliputi pemetikan daun tembakau aseli, klasifikasi daun tembakau aseli dan pengolahan daun tembakau aseli semua komponen itu harus dikendalikan dan dilaksanakan secara serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan tujuan hasil yang dikehendaki. Menurut Timbul Dwi Utomo, 2007 urutan kegiatan penanganan pasca panen tembakau aseli yang benar adalah seperti pada gambar berikut : Gambar 1. Skema kegiatan penanganan pasca panen tembakau aseli A. Pemetikan Daun Tembakau Aseli Menurut Heru Pamuji 1994 , Pemetikan daun tembakau merupakan proses awal yang menentukan kualitas daun tembakau dalam hal penanganan pasca panen tanaman tembakau. Pemetikan daun tembakau aseli yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan. Pemetikan daun tembakau tersebut, mulai dari daun terbawah sampai keatas. Waktu yang baik untuk pemetikan daun tembakau aseli adalah pada pagi atau sore hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari dari tingkat kemasakan daun, dengan Pemetikan Daun Tembakau Aseli Klasifikasi Daun Tembakau Aseli Pengolahan Daun Tembakau Aseli jumlah daun satu kali petik antara 12 helai setiap batang tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 4 kali. Golongan tembakau aseli atau rajangan pada tingkat kemasakan tepat masak atau masak sekali dengan kriteria pasar menginginkan krosok tembakau yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila pasar menginginkan krosok yang kasar Opened Grain pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak. Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan keadaan iklim dan tanah. Mencapai tingkat kemasakan yang dikehendaki, daun tembakau dipanen dengan jalan memetik daun per lembar sesuai dengan tingkat kemasakan dan posisi daun pada batang. Jauh sebelum pemetikan daun dimulai, dalam waktu 2 minggu perlu adanya perlakuan untuk tembakau aseli yang biasanya daun-daun kepel dan koseran berwarna kuning daun yang paling bawah yang terkena pasir dan kotor dipetik terlebih dahulu. Untuk mencegah penyebaran penyakit bercak daun dan hama serangga apabila tidak dipetik. Tingkat kemasakan daun merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas tembakau. Pada budidaya tembakau dikenal tiga tingkat kemasakan, yaitu: 1. Daun muda immature leaves yang berwarna hijau. 2. Daun masak mature leaves yang berwarna kekuning-kuningan. 3. Daun tua over mature leaves yang berwarna kuning tua hingga kecoklatan. Pada tingkat kemasakan daun tembakau ciri lain yang ditunjukan untuk memetik daun tembakau aseli adalah bila semua daun sudah menjurus keatas stand up dan bila daun bagian atas telah menunjukan tanda-tanda berbendul-bendul berwarna kuning, maka telah tiba saatnya untuk dipanen dengan cara memotong pangkal batang daunya atau dipetik keseluruhan daun sekaligus. Tanaman tembakau aseli atau rajangan, pemangkasan penyiangan selalu dilakukan, namun jumlah daun yang dibuang bervariasi tergantung kerusakan dari daun tembakau. Pemangkasan daun terdiri dari tiga kriteria, sebagai berikut: 1. Pemangkasan tinggi yaitu bagian tanaman tembakau pada kuncup bunga yang muncul akan segera dipotong. Untuk pencegahan hama ulat penggerek kuncup Heliothis sp . 2. Pemangkasan sedang wiwil yaitu bagian daun tembakau yang pucuk-pucuk daunya terdapat bercak daun akan dipotong dan dibuang pucuk daunya. Untuk menghindari penularan penyakit yang disebabkan oleh Phytophora parasitica var. nocotinae. 3. Pemangkasan dalam yaitu pemotongan setengah pada tanaman tembakau sampai seluruh daun atas hilang. Jadi yang tinggal hanya daun-daun tengah atau madya ke bawah. Kegiatan selanjutnya setelah daun-daun dipetik dan diangkut ketempat persiapan pra pengolahan. Tembakau yang akan diolah menjadi rajangan perlu dijaga agar tidak cacat, robek dan terlipat-lipat. Biasanya ditempatkan dikeranjang khusus untuk tujuan tersebut. Cara penempatanya berdiri dengan gagang daun dibawah dan ujung daunya berada diatas. Hindari dengan menumpuk daun, kecuali untuk waktu yang relatif singkat, sebab dengan penumpukan tersebut terjadi proses fermentasi pemeraman. Karena daun-daun akan menguning tidak merata, sehingga menyulitkan penempatannya dalam ruangan atau tempat pengolahan selanjutnya sebagai proses kedua dalam penanganan pasca panen tanaman tembakau. Usai dipetik sebaiknya daun-daun ditaruh ditempat teduh agar tidak layu. Untuk tujuan terakhir ini kelayuan daun tidak mempengaruhi kualitas. Daun sesudah ditaruh ditempat yang teduh, daun-daun tembakau akan disunduk atau disujeni pada pangkal gagang ibu tulang daun = midrib panjang sujen tersebut antara 35-45 cm. Cara menyujeni ialah punggung daun dengan punggung daun. Cara ini bertujuan agar dalam proses penggolahan daun, ketika berada pada kondisi kelembapan tinggi, duan-daun tidak saling melekat atau berhimpitan. Pada tanaman tembakau aseli atau rajangan umumnya sujen atau sunduk dibuat dari belahan bambu seperti lidi dengan pucuknya yang seperti jarum guna memasukkan pangkal gagan daun yang penting cukup kuat dan tahan terhadap terik matahari dan hujan. Daun-daun yang telah disunduk atau disujeni diikatkan berpasang-pasangan pada sepotong bambu yang disebut gelantang atau dolok berasal dari belanda: dolk dengan ukuran panjang yang bervariasi. Berdasarkan kriteria pemetikan daun tembaku, untuk mendapatkan kualitas daun tembakau yang sesaui dengan apa yang dikehendaki, pemetikan daun tembakau terbaik yaitu pada kondisi daun-daun yang tingkat kemasakanya tepat masak atau hampir masak. Karena, persyaratan warna merupakan faktor penting dalam kualitas tembakau aseli. B. Klasifikasi Daun Pada setiap lembar daun tembakau aseli atau rajangan dari bawah ke atas, mempunyai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan sifat fisik dari jenis daun tembakau dikelompokkan sesuai letaknyaposisinya pada batang yang disebut posisi daunklasifikasi daun Stalk Position atau Regional Clasification . Untuk jenis tembakau aseli atau rajangan, posisi daun pada batang tersusun berjajar melingkar, yang terdiri dari setiap batang terdapat 12 lembar helai daun. Daun yang baik menunjukkan ciri-ciri, sebagai berikut : 1. Daun tergolong ringan 2. Kenyalelastis tidak mudah sobek 3. Daya pijar baik sekali 4. Permukaan daun tidak berminyak Tembakau aseli dibagi menjadi 4 kelas, yaitu : daun pasir Zandblad; daun kaki Voetblad ; daun tengahmadya Midden-blad ; daun pucuk Topblad . Daun pasir Zandblad merupakan daun yang letaknya paling bawah pada batang tembakau jaraknya 20 cm dari permukaan atas tanah yang berwarna hijau tua kekuning-kuningan dan jumlahnya terdapat 3 lembar daun pada setiap batang. Untuk daun kaki Voetblad , yang berwarna hijau keclokat-coklatan dengan jarak 25 cm diatas daun pasir yang terdiri dari 2 lembar daun dan panjang daun 30 cm dengan lebar 13 cm. Karena jumlah daunnya yang 2 lembar tersebut, maka dinamakan sebagai daun kaki Voetblad . Lalu untuk daun tengah atau madya Midden-blad adalah dimana suatu posisi daun tembakau yang letaknya berada pada tengah-tengah batang dengan jumlah daun sebanyak 4 lembar dan berwarna hijau kecoklat-coklatan yang panjangnya 35 – 40 cm dengan lebar 22 cm. Sedangkan pada daun pucuk, posisi daun berada paling atas pada batang tanaman tembakau dengan jumlah daun sebanyak 3 lembar dan berwarna hijau kecoklat-coklatan tua yang panjang daun 30 – 35 cm dengan lebar daun 18 cm. Menurut Timbul Dwi Utomo, 2007 kegiatan klasifikasi daun tembakau yang baik dilakukan pada saat pemetikan daun tembakau berlangsung. Karena, kegiatan klasifikasi daun yang dilakukan pada saat pemetikan daun berlangsung memiliki beberapa keunggulan, sebagai berikut : 1. Menjaga kadar air pH daun tembakau, agar kesegaran daun tetap terjaga dan tidak cepat kusut atau layu. 2. Untuk mempercepat proses biokimia pada daun tembakau sebagai pembentukan zat pati menjadi gula. 3. Menghemat waktu dan tenaga, sehingga untuk proses kegiatan yang selanjutnya yaitu proses penggolahan daun dapat segara dilaksanakan dengan cepat. C. Pengolahan Daun Tembakau Pengolahan daun tembakau aseli ialah suatu proses yang berlangsung dari daun basah menjadi daun kering krosok dan rajangan sesuai dengan syarat-syarat kualitas yang diminta oleh pasar sebagai bahan pembuatan rokok tertentu. Proses penggolahan ini berlangsung atas pengaruh suhu alami dan kondisi kelembaban daerah tertentu. Pengolahan daun tembakau merupakan kegiatan terakhir pada penanganan pasca panen daun tembakau yang sangat penting sebagai proses keberhasilan mendapatkan kualitas dan mutu daun tembakau yang baik. Pengolahan daun tembakau aseli terdiri dari tiga fase yaitu fase penguningan, fase pengikatan warna dan fase pengeringan. Fase penguningan daun tembakau aseli dapat disebut juga sebagai tahap pertama yaitu pemeraman daun. Proses pemeraman daun dilakukan setelah daun tembakau dipetik, dipilih menjadi 4 macam daun yang sesuai posisi pada batangnya kemudian pada pangkal gagangnya di ikat, jumlah satu ikatan terdiri dari 10 lembar daun dan setelah daun di ikat diletakkan pada suatu tempat atau ruangan dengan posisi pangkal gagangnya berada dibawah dan ujung daun berada di atas, suhu harus dijaga 35 °C , agar kualitas tidak mengalami perubahan terutama pada aromanya. Pada pemeraman memerlukan waktu 3 - 4 hari daun-daun akan menguning 75 . Tahap kedua pada pengolahan daun tembakau aseli yaitu fase pengikatan warna. Pada tahap ini, proses pengikatan warna suhu harus dinaikkan dengan cara membuat api-api unggun sampai sahu menjadi 38 - 40 °C dan dilakukan pada hari ke empat waktu pemeraman daun tembakau. Tujuan dasar dari pengikatan warna ini untuk mendapatkan warna daun yang kekuning-kuningan tua sacara merata disetiap ikatan. Daun tembakau yang sudah mempunyai warna kekuning-kuningan tua secara marata, maka persiapan untuk tahap ketiga yaitu fese penggeringan daun tembakau yang kegiatanya berupa pelepasan ikatan, perajangan daun kedalam mesin perajang dan penjemuran daun dibawah terik matahari sun-curing . Sebelum daun dirajang pangkal gagangnya dipotong atau dibuang 34 bagian dan ibu tulang daun yang letaknya berada pada tengah-tengah helai daun kanan-kiri ikut juga dipotong, karena tembakau aseli dirajang halus. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya setelah pelepasan ikatan yaitu peranjangan, sebelumnya helai-halaian daun dicampur jadi satu tanpa memperhatikan lagi letak daun pada posisi batangnya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan berat ringannya daun setelah dirajang, karena juga dapat menentukan harga krosok rajangan tembakau waktu penimbangan. Proses peranjangan daun dilakukan dengan cara digulung melingkar sesuai kapasitas tangan orang yang merajang. Selesai penggulungan, daun dimasukkan kedalam mesin perajang yang gulungan daun tersebut dipegang dengan tangan kiri dan didorong masuk kedalam mesin perajang oleh tangan kanan kemudian mata pisau bergerak naik turun yang diputar oleh tangan orang lain dan gulungan keluar dari masin perajang yang bentuknya menjadi pipih kecil-kecil dengan panjang ± 30 cm. Kegiatan yang terakhir yaitu, penjemuran krosok hasil rajangan diletakkan pada sebuah alat penjemur yang terbuat dari anyaman bambu yang panjangnya 2 m dan lebar 1 m. Krosok tersebut ditata secara horisontal dengan ketebalan atau tumpukan krosok 10 cm. Penjemuran tersebut dilakukan ditempat yang bisa memberikan sinar matahari sepenuhnya dan pada umumnya dijemur dengan ketinggihan 1,5 m dari permukaan tanah. Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk menjaga krosok dari hewan- hewan yang ada disekitar agar tidak merusak krosok yang telah ditata secara rapi. Dalam waktu 3-4 hari, penjemuran dibawah sinar matahari daun akan menjadi kering, krosok yang sudah kering kemudian ditaruh ditempat kardus yang dilapisi plastik.

2.4. Konsep Daya Saing