Budidaya Usahatani Tembakau Aseli

bahwa: 1 Usahatani padi domestik masih memiliki daya saing, sebagaimana tercermin dari koefisien DRCR kisaran 0,81-0,97 dan PCR kisaran 0,78-0,83 untuk wilayah Jawa, sementara untuk luar Jawa antara 0,63-0,93 dan 0,60-0,71. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa, di Jawa maupun di luar Jawa yang secara tradisional merupakan daerah sentra produksi padi masih mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif; 2 Analisis dekomposisi input produksi menunjukkan bahwa pada MH harga Urea, SP-36 dan ZA yang dibayar petani lebih mahal dari harga sosialnya dengan tingkat proteksi nominal negatif masing-masing 4, 15, dan 21. Sedangkan untuk MK petani cenderung membeli harga Urea, SP-36 dan ZA lebih murah masing-masing 15, 3 dan 2 dari harga sosialnya; 3 Secara umum petani menikmati proteksi harga output dari pemerintah, sebagaimana tercermin dari nilai koefisien proteksi nominal terhadap output NPCO yang lebih besar dari satu, dengan kisaran 1,06-1,28; 4 Secara keseluruhan, petani memperoleh proteksi efektif EPC dari pemerintah dengan kisaran 1,07-1,32. Dalam penelitian terdahulu mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan sekarang dengan Persamaan tersebut adalah komoditas yang diteliti yaitu tembakau aseli Rajangan, metode analisis yang diterapakan yaitu Policy Analisis Matrix PAM dengan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Sedangkan perbedaanya dengan penelitian terdahulu dan sekarang adalah pada obyek yang diteliti yaitu meliputi dua lokasi dan karakteristik lahan yang berbeda dengan satu komoditas tembakau aseli.

2.2. Budidaya Usahatani Tembakau Aseli

Tanaman tembakau aseli atau rajangan merupakan tumbuhan herba semusim yang ditanam untuk diambil daunya Prabowo1999 . Tumbuhan ini termasuk dalam famili solanaceae. Kriteria yang ada pada budidaya tanaman tembakau aseli meliputi syarat pertumbuhan, pengadaan benih unggul, persiapan pembibitan, persemaian, pemeliharan pembibitan, pengolahan tanah, pemindahan bibit, penanaman, penyiraman, sulaman, pemupukan, penyiangan dan pembubunan, pemangkasan pucuk wiwil dan pembuangan tunas, pengendalian hama dan penyakit. Pada syarat pertumbuhan tembakau aseli memerlukan curah hujan rata – rata 2000 mmtahun, lalu suhu udara berkisar antara 21 – 32 derajat C dengan pH tanah 5 – 6 dan keadaan lahan dicirikan seperti tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase dan ketinggian tanah 2000 – 3000 m dpl. Pengadaan benih unggul untuk tembakau aseli yang dilakukan dengan pemilihan varietas atau galur yang unggul, mempunyai sifat seperti sifat induknya dan murni, benih bernas berisi dan tidak rusak, dalam satu gram kurang lebih berisi ada 12.000 butir biji, daya kecambah minimal 80 dan bebas dari hama dan penyakit. Kegiatan yang selanjutnya yaitu persiapan pembibitan dengan menyediakan lahan khusus untuk persemaian agar menghasilkan bibit yang kuat, sehat dan benar – benar harus dipetimbangkan kesuburan dan kesehatan tanah, penyinaran matahari yang secara langsung, tidak mudah tergenang air, drainase baik, mudah memperoleh air serta bebas hama dan penyakit. Adapun hal – hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pembibitan ini, yaitu : a. Sebelum tanah diolah, terlebih dahulu dibersihkan dari sisa – sisa tanaman yang sebelumnya. b. Tanah pembibitan hendaknya dapat penyinaran matahari penuh dan secara langsung. c. Tanah dicangkul 3 – 4 kali sedalam 15 cm lalu dibuat bedengan ukuran 1X8 m dan tinggi guludan 25 cm. d. Bedengan dibuat membujur kearah Utara – Selatan agar bibit memperoleh sinar matahari yang cukup setiap hari dan diberi atap yang dapat dibuka dan ditutup. e. Atap bedengan menghadap kearah Timur, tinggi tiang sebelah Timur 80 – 100 cm dan tinggi tiang sebelah barat 50 – 80 cm, jarak antar bedengan 1 m. Agar tidak tergenang air maka dibuat parit pembuangan dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm disekitar bedengan. f. Pupuk diberikan 3 – 4 hari sebelum benih ditabur dengan jenis dan dosis sebagai berikut : 1. SP – 36 : 35 - 70 grM2 2. ZA : 35 - 70 grM2 3. ZK : 25 – 35 grM2 Dosis pupuk yang diberikan tergantung tingkat kesuburan tanah, untuk pupuk SP – 36 agar pupuk digerus dahulu sebelum diberikan kebibit. Persemaian merupakan benih tembakau yang dikecambahkan. Langkah – langkah yang harus diperhatikan dalam persemaian benih tembakau, antara lain : a. Benih dikambahkan pada kain terlebih dahulu dan ditaruh diatas bata merah lalu direndam dalam ember berisi air. b. 23 bagian yang tertutup kain untuk pengecambahan direndam kedalam air. c. Pengecambahan dilakukan selama 3 hari dan ditempatkan pada tempat yang gelap. d. Benih yang telah pecah kulitnya dimasukkan kedalam gembor air dan diaduk lalu disiramkan pada bedengan. e. Benih yang daya kecambahannya diatas 80 dibutuhkan 2 gram per 10 M2. f. Pertanaman satu hektar memerlukan 80 – 100 M2 maka diperlukan benih sebanyak 16 – 20 gram. g. Sebelum benih ditabur dan permukaan bedengan diratakan dan dipadatkan. h. Setelah benih ditabur, bedengan ditaburi pasir atau abu dapur tipis – tipis dan tebalnya 2 mm. Kegiatan selanjutnya pada budidaya tanaman tembakau aseli yaitu pemeliharaan bibit. Pemeliharaan bibit meliputi empat macam, sebagai berikut : a. Penyiraman Penyiraman bibit harus dilakukan secara teratur pagi dan sore hari setelah benih ditabur. Penyiraman tersebut dilakukan karena untuk menjaga perkembangan bibit dan menjaga kelembaban tanah pembibitan b. Pengendalian hama dan penyakit Sebaiknya sebelum bibit disemprot dengan pestisida, bibit perlu disiram dengan air terlebih dahulu. Untuk menghindari penyakit lanas Phythopora nicotianae , pembibitan disemprot dengan bubur Bordeaux BB ½ - 1 . Penyemprotan dilakukan tipis –tipis saja, bila lapisan BB terlalu tebal menyebabkan tanaman seolah terbakar. Penyemprotan dilakukan setelah bibit berumur 2 – 3 minggu dengan interval seminggu sekali. Bila sering turun hujan penyemprotan harus sering lebih dilakukan. c. Penjarangan Jarak bibit yang terlalu rapat akan menyebabkan pertumbuhan batang cenderung tinggi dan daun memanjang, sehingga perlu dilakukan penjarangan agar pertumbuhanya baik. Penjarangan dilaksanakan pada bibit berumr 12 hari setelah sebar, bersamaan dengan penjarangan dilakukan penyiangan untuk membersihkan rumput. d. Pembukaan atap bedengan Setelah bibit berumur 2 – 3 minggu, atap bedengan perlu dibuka pada pagi hari dan ditutup pada siang hari. Bila bibit sudah mempunyai daun dengan lebar 5 cm atau 5 hari sebelum bibit dicabut untuk dipindahkan kelapangan, atap bedengan dapat dibuka sepanjang hari. Pengolahan tanah untuk tanaman tembakau aseli, tanah harus dibersihkan dari sisa – sisa tanaman yang sebelumnya ataupun gulma – gulma yang ada diareal pertanaman. Pembersihan ini dilakukan dengan cara membabat sisa – sisa tanaman ataupun gulma kemudian membakarnya. Hal ini berguna untuk mecagah serangan hama dan penyakit. Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah struktur tanah dari padat menjadi gembur, pengolahan tanah dilakukan 2 kali dengan selang waktu 7 hari, kemudian dibuat guludan dengan ukuran 150 cm untuk 2 baris tanaman. Diantara guludan dibuat got selebar 30 cm, jarak antar guludan 90 cm dan jarak antar baris 40 cm dan jarak antar tanaman dalam baris 35 cm. Tinggi guludan 15 – 20 cm. Pemindahan bibit dapat dilakukan apabila bibit sudah berumur 40 hari setelah sebar benih. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari dan sore itu juga harus ditanam untuk mengurangi kematian pada bibit. Untuk mencegah kerusakan pada akar sebelum dilakukan pembibitan bedengan perlu disiram lebih dahulu. Bibit yang sudah dicabut ditempatkan di tempat yang teduh atau ditaruh dikeranjang, untuk menjaga agar bibit jangan sampai layu. Penanaman bibit yang akan ditanam diletakkan pada lubang tanam yang sudah dibuat sesuai dengan jarak tanamnya. Bibit diusahakan lurus keatas dan tidak menekuk atau rebah. Untuk menutup lubang yang ada, gunakan tanah yang gembur jangan mengambil tanah yang berbentuk bungkahan. Kedalaman penanaman hanya sebatas pangkal batang atau leher akar. Waktu tanam yang baik adalah pada sore hari, agar tanaman tidak terlalu stress akibat terkena sinar matahari. Setelah ditanam perlu dilakukan penyiraman, dengan cara menyiram pada pangkal batang dan mengelilingi bibit dan diusahakan bibit tidak rebah atau roboh terkena air. Penyiraman tanaman tembakau yang baru ditanam perlu mendapat siraman awal sampai tanaman tersebut benar – benar hidup, artinya tidak layu saat terkena sinar matahari disiang hari. Air yang dibutuhkan 1 liter per tanaman, siraman awal dilakukan selama 3 – 5 hari berturut – turut atau sampai tanaman benar – benar kelihatan hidup. Jeda waktu penyiraman lebih lama atau bila diperlukan, atau tergantung kondisi tanaman dan tanah. Hal tersebut dilakukan kerena tanaman tembakau aseli tidak banyak mememrlukan air. Apabila terlalu banyak air maka perkembangan tanaman tembakau menjadi tidak normal atau bias juga mati. Tanah ringan memerlukan intensitas penyiraman lebih sering dari pada tanah berat. Sulaman bibit yang baru ditanam ditanah perlu dilakukan sedini mungkin agar pertumbuhan tanaman seragam. Sulaman dilakukan mulai umur tanaman 1 hari hingga berumur maksimal 1 minggu. Pemupukan tanaman tembakau dapat dilakukan dengan memberikan 2 kali yaitu pupuk dasar dan pupuk susulan, pemupukan I atau dasar diberikan 13 – 23 dari dosis diberikan 10 hari setelah tanam dan selang waktu 12 – 14 hari setelah pupuk dasar diberikan, pupuk susulan dan dilakukan pembumbunan. Dosis pemberian pupuk ketanaman berbeda-beda berdasarkan pada keadaan tanah pada suatu wilayah tertentu. Pemberian dosis tesebut, antara lain : 1. Tanah gembur atau gembur liat a. Pupuk N sebesar 15 – 65 KgHa b. Pupuk P sebesar 165 – 196 KgHa c. Pupuk K sebesar 165 – 195 KgHa 2. Tanah gembur berpasir a. Pupuk N sebesar 25 KgHa b. Pupuk P sebesar 100 – 150 KgHa c. Pupuk K sebesar 100 – 150 KgHa 3. Tanah berpasir a. Pupuk N sebesar 50 – 60 KgHa b. Pupuk P sebesar 100 – 180 KgHa c. Pupuk K sebesar 150 – 180 KgHa 4. Tanah pasir atau alluvial a. Pupuk N sebesar 70 – 90 KgHa b. Pupuk P sebasar 210 – 270 KgHa c. Pupuk K sebesar 210 – 270 KgHa Penyiangan dan pembubunan pada tembakau dilakukan dengan cara membersihkan gulma di sekitar tanaman dengan tujuan bedengan menjadi gembur dan berongga sehingga tanaman tumbuh awal dengan baik. Pembubunan ringan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan atau 10 – 14 hari setelah bibit ditanam dan pembubunan berat dilakukan setelah pembubunan ringan dengan interval 10 – 15 hari. Pemangkasan pucuk atau wiwil dan pembuangan tunas bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan yang merata, pemangkasan pucuk dilakukan pada waktu kuncup bunga baru muncul sekitar umur 50 hari setelah tanam. Kedalaman pemangkasan pucuk umunya dilakukan dengan membuang 2 – 3 helai daun dibawah tunas daun terakhir. Dengan tujuan untuk menghindari hama ulat pengerek kuncup Heliothis sp . Pengendalian hama dan penyakit diperlukan untuk menjaga tanaman agar tidak dirusak atau dimakan hama yang nantinya akan menimbulkan kerugian. Biasanya hama yang ada pada tanaman tembakau yaitu : a. Ulat Grayak Spodoptera litura gejalanya, berupa lubang – lubang tidak beraturan dan berwarna putih pada luka bekas gigitan. Penggendaliannya, pangkas dan bakar sarang telur dan ulat atau penggenangan kedalam air pada pagi atau sore hari. b. Ulat Tanah Agrotis ypsilon gejalanya, daun terserang berlubang – lubang terutama daun lubang daun muda sehingga tangkai daun mudah rebah atau roboh. Penggendaliannya, pangkas daun sarang telur atau ulat atau penggenangan sementara kedalam air. c. Ulat penggerek kuncup Heliothis sp gejalanya, daun pucuk tanaman terserang berlubang – lubang dan habis. Pengendaliannya, kumpulkan dan musnahkan telur atau ulat, sanitasi kebun. d. Nematoda Meloydogyne sp gejalanya, bagian akar tanaman tmpak bisul – bisul bulat, tanaman kerdil, layu, daun berguguran dan akhirnya mati. e. Kutu – kutuan Aphis sp, Thrips sp, Bemisia sp gejalanya, penyakit yang disebabkan kerena virus dan penggendaliannya predator koksinelid. f. Hama lainya Gangsir Gryllus mitratus , orong – orong Gryllotalpa africana jangkrik Brachytrypes protentosus , semut geni Selonopsis geminita dan belalang banci Engytarus tenuis . Penyakit yang sering menyerang tanaman tembakau yaitu : a. Hangus batang damping off penyebabnya, jamur Rhizoctonia solani dan gejalanya batang tanaman yang terinfeksi akan mongering dan berwarna coklat sampai hitam separti terbakar. Penggendalianya, cabut tanaman yang terserang dan bakar. b. Lanas penyebabnya, Phytophora parasitca var. nicotinae. Gejalanya, timbul bercak – bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang yang terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati. Sedangkan penggendalianya, mencabut tanaman yang terserang dan bakar. c. Patik daun penyebabnya yaitu jamur cercospora nicotiane, dengan gejalanya di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek. Pengendaliannya, desinfeksi bibit, renggangkan jarak tanam, olah tanah secara intenisif dan bakar tanaman yang terserang. d. Bercak coklat penyebabnya, jamur Alternaria longipes dan gejalanya timbul bercak – bercak coklat selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman dipersemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Sedangkan untuk penggendaliannya mencabut dan membakar tanaman yang terserang. e. Busuk daun penyebabnya, bakteri Sclerotium rolfsii dan penggendaliannya mencabut dan membakar tanaman yang terserang. f. Penyakit virus penyebabnya, virus mozaik Tobacco Virus Mazaic TVM, Kerupuk Krul , Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimun Cucumber Mozaik Virus dan gejalanya pertumbuhan tanaman menjadi lambat dengan pengendaliannya menjaga sanitasi kebun, tanaman yang terifeksi dicabut dan dibakar.

2.3. Penanganan Pasca Panen Tembakau