Harga Sosial Usahatani Tembakau

Tabel 15. Biaya Sosial Usahatani Tembakau Aseli Lahan perbukitan Desa Simongagrok Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. N0. Jenis Pembiayaan Jumlah Harga Unit Rp Total Rp 1. Input Tradeble Sarana Produksi a. Pupuk - ZA kg 152 2.500 380.000 - Urea kg 110 1.600 176.000 - SP ‐36 kg 56.4 6.500 366.600 - TSP Kg 52.6 7.500 394.500 c. Insektisida Lt 1 100.250 100.250 1.417.350 2. Faktor Domestik Penggunaan Tenaga Kerja jiwa - Pembibitan 10 15.000 150.000 - Pengolahan Lahan 25 35.000 875.000 - Penanaman 35 35.000 1.225.000 - Pemupukan 8 22.500 180.000 - Pemberantasan H P 5 15.000 75.000 - Pengairan 63 22.500 1.417.500 - Pemanenan 28 15.000 420.000 - Pengangkutan 16 22.500 360.000 - Perajangan 12 22.500 270.000 - Penjemuran 7 15.000 105.000 5.077.500 Bibit Btg 14.450 20.15 291.167 Organik Kandang kg 1 750 43.650 Sewa Tanah 1 1.000.000 1.000.000 Modal 1 430.000 400.000 Rata-Rata 8.259.667 Sumber Pengolahan data primer, 2010

6.2.5. Harga Sosial Usahatani Tembakau

Aseli Harga sosial adalah harga yang seharusnya diterima atau dibayarkan oleh petani. Harga sosial input dan output pada lahan sawah untuk benih sama dengan harga aktual yang berlaku. Hal ini dikarenakan benih berasal dari daerah lokal penelitian dengan tanpa adanya subsidi maupun pajak dari pemerintah. Harga sosial pupuk kimia Urea, SP 36, TSP dan ZA didasarkan pada asumsi bahwa sekalipun sebagian besar telah diproduksi di dalam negeri, namun masih menggunakan komponen yang bersumber dari luar negeri, sehingga pupuk an-organik merupakan input tradable. Pupuk urea untuk usahatani tembakau aseli didasarkan harga FOB rata-rata bulan Mei selanjutnya dikonversi dengan nilai tukar dollar terhadap rupiah rata-rata bulan Agustus 2010. Kontribusi komponen untuk input tradable dari pupuk ZA sebesar 50, pupuk Urea sebesar 50, pupuk SP36 sebesar 40, TSP sebesar 95 dan insektisida 85. Sedangkan kontribusi untuk komponen faktor domestik dari pupuk ZA sebesar 50, pupuk Urea sebesar 50, pupuk SP36 sebesar 60, TSP sebesar 5 dan obat hama dan penyakit sebesar 15. Harga untuk setiap kontribusi input tradable merupakan harga yang dibayarkan oleh petani atau harga sosial dan harga untuk kontribusi faktor domestik merupakan harga aktual sedangkan harga sosial untuk pupuk organik sama dengan harga aktualnya. Harga sosial insektisida didekati dengan harga rata-rata aktual di lokasi penelitian, kemudian dikurangi kontribusi sebesar 85 untuk komponen dari input tradable dan sebesar 15 untuk komponen faktor domestik, maka dapat diperoleh harga sosial dari obat pemberantas hama dan penyakit pada lokasi penelitian. Harga sosial tenaga kerja dihitung dengan menggunakan nilai upah aktual yang berlaku di masing-masing lokasi penelitian. Hal ini didasarkan bahwa mekanisme pasar tenaga kerja di sentra-sentra produksi tembakau yang umumnya mempunyai aksesbilitas yang sangat baik mendorong berjalannya pasar tenaga kerja di pedesaan serta makin terintegrasinya pasar tenaga kerja baik antar wilayah maupun antar sektor. Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari modal sendiri. Meskipun dasarnya bagi petani sebagai pengeluaran, namun hasil dari pengeluaran tersebut tidak dirasakan secara langsung oleh petani, yang mana pengeluaran tersebut akan dirasakan oleh masyarakat umum. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan penaksiran harga sosialnya karena dalam analisis ekonomi, pajak, pungutan dan bunga modal ini tidak diperhitungkan walaupun dalam analisis finansial merupakan pengeluaran. Memperkirakan harga sosial lahan merupakan hal penting terutama untuk usaha pertanian, karena penilaian atas lahan sangat berbeda, tergantung pihak yang memanfaatkannya, tujuan serta lokasinya. Lahan yang berbeda bisa berbeda nilainya bagi orang atau pihak yang berbeda. Soetriono, 2003, mengatakan bahwa harga sosial tanah, misal ditanami tebu maka dicari opportunity cost penggunaan tanah selain ditanami tebu, maka harga sosial lahan usahatani tebu adalah pendapatan yang diperoleh jika ditanami selain tebu. Gittenger, 1986, menaksir harga sosial lahan dengan menggunakan nilai sewa yang diperhitungkan tiap musim. Sedangkan World Bank dalam Budiharsono, 1989, menaksir harga sosial lahan sebesar 100 dari sewa lahan yang berlaku dengan asumsi sewa lahan finansial lebih tinggi dibandingkan secara ekonomi karena tidak adanya subsidi input dari pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Gittenger yaitu sesuai dengan harga sewa lahan pada saat penelitian. Sedangkan untuk lebih intensif pada lahan sawah disajikan pada tabel 16 sebagai berikut : Tabel 16. Komponen Input-Output Fisik Usahatani Tembakau Aseli Untuk Lahan Sawah Desa Kedungwaru Pada Harga Sosial Sumber : - Pengolahan data primer, 2010 - Commodity Price Data, Worldbank 2009 Komponen Jumlah Harga Rp Nilai Rp Kontribusi Input Tradebel Pupuk Kg - ZA 140 2.300 161.000 50 - Urea 120 1.600 96.000 50 - SP ‐36 45 6.500 117.000 40 - TSP 56 7.500 399.000 95 Insektisida Lt 1 112.000 95.200 85 868.200 Faktor Domestik Bibit Btg 18.400 17,40 320.160 100 Tenaga Kerja HOK - Pembibitan 6 12.500 75.000 100 - Pengolahan Lahan 16 35.000 560.000 100 - Penanaman 28 35.000 980.000 100 - Pemupukan 6 22.500 135.000 100 - Pemberantasan H P 8 15.000 120.000 100 - Pengairan 39 15.000 585.000 100 - Pemanenan 22 15.000 330.000 100 - Pengangkutan 8 22.500 180.000 100 - Perajangan 9 22.500 202.500 100 - Penjemuran 4 15.000 60.000 100 Sewa Tanah - - 1.400.000 100 Modal - - 450.000 100 Pupuk Kg - ZA 140 2.300 161.000 50 - Urea 120 1.600 96.000 50 - SP ‐36 45 6.500 175.500 60 - TSP 56 7.500 21.000 5 - Pupuk Organik 1 600 150.000 100 Insektisida Lt 1 112.000 16.800 15 6.017.960 Out – Put Kg Ha 502 19.500 9.789.000 Sedangkan harga sosial pada lahan perbukitan Desa Simongagrok Kecamatan Dawarblandong Harga sosial input dan output pada lahan perbukitan untuk benih sama dengan harga aktual yang berlaku. Hal ini dikarenakan benih berasal dari daerah lokal penelitian dengan tanpa adanya subsidi maupun pajak dari pemerintah. Harga sosial pupuk kimia Urea, SP 36, TSP dan ZA didasarkan pada asumsi bahwa sekalipun sebagian besar telah diproduksi di dalam negeri, namun masih menggunakan komponen yang bersumber dari luar negeri, sehingga pupuk an-organik merupakan input tradable. Pupuk urea untuk usahatani tembakau aseli didasarkan harga FOB rata-rata bulan Mei selanjutnya dikonversi dengan nilai tukar dollar terhadap rupiah rata-rata bulan Agustus 2010. Kontribusi komponen untuk input tradable dari pupuk ZA sebesar 50, pupuk Urea sebesar 50, pupuk SP36 sebesar 40, TSP sebesar 95 dan insektisida 85. Sedangkan kontribusi untuk komponen faktor domestik dari pupuk ZA sebesar 50, pupuk Urea sebesar 50, pupuk SP36 sebesar 60, TSP sebesar 5 dan obat hama dan penyakit sebesar 15. Harga untuk setiap kontribusi input tradable merupakan harga yang dibayarkan oleh petani atau harga sosial dan harga untuk kontribusi faktor domestik merupakan harga aktual sedangkan harga sosial untuk pupuk organik sama dengan harga aktualnya. Harga sosial insektisida didekati dengan harga rata-rata aktual di lokasi penelitian, kemudian dikurangi kontribusi sebesar 85 untuk komponen dari input tradable dan sebesar 15 untuk komponen faktor domestik, maka dapat diperoleh harga sosial dari obat pemberantas hama dan penyakit pada lokasi penelitian. Harga sosial tenaga kerja dihitung dengan menggunakan nilai upah aktual yang berlaku di masing-masing lokasi penelitian. Hal ini didasarkan bahwa mekanisme pasar tenaga kerja di sentra-sentra produksi tembakau yang umumnya mempunyai aksesbilitas yang sangat baik mendorong berjalannya pasar tenaga kerja di pedesaan serta makin terintegrasinya pasar tenaga kerja baik antar wilayah maupun antar sektor. Modal kerja yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari modal sendiri. Meskipun dasarnya bagi petani sebagai pengeluaran, namun hasil dari pengeluaran tersebut tidak dirasakan secara langsung oleh petani, yang mana pengeluaran tersebut akan dirasakan oleh masyarakat umum. Oleh karena itu tidak perlu dilakukan penaksiran harga sosialnya karena dalam analisis ekonomi, pajak, pungutan dan bunga modal ini tidak diperhitungkan walaupun dalam analisis finansial merupakan pengeluaran. Memperkirakan harga sosial lahan merupakan hal penting terutama untuk usaha pertanian, karena penilaian atas lahan sangat berbeda, tergantung pihak yang memanfaatkannya, tujuan serta lokasinya. Lahan yang berbeda bisa berbeda nilainya bagi orang atau pihak yang berbeda. Soetriono, 2003, mengatakan bahwa harga sosial tanah, misal ditanami tebu maka dicari opportunity cost penggunaan tanah selain ditanami tebu, maka harga sosial lahan usahatani tebu adalah pendapatan yang diperoleh jika ditanami selain tebu. Gittenger, 1986, menaksir harga sosial lahan dengan menggunakan nilai sewa yang diperhitungkan tiap musim. Sedangkan World Bank dalam Budiharsono, 1989, menaksir harga sosial lahan sebesar 100 dari sewa lahan yang berlaku dengan asumsi sewa lahan finansial lebih tinggi dibandingkan secara ekonomi karena tidak adanya subsidi input dari pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Gittenger yaitu sesuai dengan harga sewa lahan pada saat penelitian. Sedangkan untuk lebih intensif pada lahan perbukitan disajikan pada tabel 17 sebagai berikut : Tabel 17. Komponen Input-Output Fisik Usahatani Tembakau Aseli Untuk Lahan Perbukitan Desa Simongagrok Pada Harga Sosial Komponen Jumlah Harga Rp Nilai Rp Kontribusi Input Tradebel Pupuk Rp.Kg - ZA 152 2.500 190.000 50 - Urea 110 1.600 88.000 50 - SP ‐36 56.4 6.500 146.640 40 - TSP 52.6 7.500 374.775 95 Insektisida Lt 1 100.250 85.212.5 85 884.627.5 Faktor Domestik Bibit Btg 14.450 20.15 291.167 100 Tenaga Kerja HOK - Pembibitan 10 15.000 150.000 100 - Pengolahan Lahan 25 35.000 875.000 100 - Penanaman 35 35.000 1.225.000 100 - Pemupukan 8 22.500 180.000 100 - Pemberantasan H P 5 15.000 75.000 100 - Pengairan 63 22.500 1.417.500 100 - Pemanenan 28 15.000 420.000 100 - Pengangkutan 16 22.500 360.000 100 - Perajangan 12 22.500 270.000 100 - Penjemuran 7 15.000 105.000 100 Sewa Tanah - - 1.000.000 100 Modal - - 430.000 Pupuk Kg - ZA 152 2.500 190.000 50 - Urea 110 1.600 88.000 50 - SP ‐36 56.4 6.500 219.960 60 - TSP 52.6 7.500 19.725 5 - Pupuk Organik 1 900 50.450 100 Insektisida Lt 1 100.250 15.037 15 7.375.039 Out – Put Kg Ha 564 22.500 12.690.000 Sumber : - Pengolahan data primer, 2010 - Commodity Price Data, Worldbank 2009

6.3. Hasil