Keunggulan Komparatif Analisis Daya Saing Komoditas Tembakau

koefisien Domestic Resources Cost Ratio DRCR dan Private Cost Ratio PCR dapat dilihat pada lampiran 5. Komoditas tembakau aseli dilahan perbukitan Desa Simongagrok Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto memiliki keunggulan komparatif jika koefisien nilai DRCR 1 dan memiliki keunggulan kompetitif jika koefisien nilai PCR 1. Indikator rasio daya saing disajikan pada tabel 21 sebagai berikut. Tabel 21. Indikator Rasio Daya Saing Lahan Perbukitan No. Indikator Rasio Nilai 1 Domestic Resources Cost Ratio DRCR 0,624 2 Private Cost Ratio PCR 0,654 Sumber: Tabel Hasil Perhitungan PAM Policy Analysis Matrix Tabel 21. Tabel 21 menunjukkan kemampuan daya saing tembakau aseli di Desa Simongagrok, Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto. Cara perhitungan nilai koefisien Domestic Resources Cost Ratio DRCR dan Private Cost Ratio PCR dapat dilihat pada lampiran 6.

6.4.1. Keunggulan Komparatif

Usahatani Tembakau Aseli Konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing keunggulan potensial dalam artian daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dikatakan juga memiliki efisiensi secara ekonomi. Hasil perhitungan keunggulan komparatif untuk lahan sawah dan lahan perbukitan ditampilkan pada lampiran 5 dan 6. Berdasarkan tabel 20 dan 21 dapat disimpulkan bahwa sistem usahatani lahan sawah di Desa Kedungwaru Kecamatan Kemlagi Kabupaten Mojokerto menunjukkan komoditas tembakau aseli mempunyai keunggulan komparatif, yang ditunjukkan oleh besaran nilai koefisien DRCR 1. Hasil analisis sistem usahatani tembakau aseli dilahan sawah diperoleh nilai koefisien DRCR sebesar 0,674. Artinya untuk menghemat satu unit devisa sebesar Rp 9.030,- melalui pengembangan usahatani tembakau aseli untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri dibutuhkan pengorbanan sumberdaya domestik sebesar 60 atau Rp 608.622,- dan untuk hasil analisis sistem usahatani tembakau aseli di lahan perbukitan diperoleh nilai koefisien DRCR sebesar 0,624. Artinya untuk menghemat satu unit devisa sebesar Rp 9.030,- melalui pengembangan usahatani tembakau aseli untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri dibutuhkan pengorbanan sumberdaya domestik sebesar 50 atau Rp 563.473,- Menurut penelitian Thomas Santoso, 2001, komoditas Tembakau aseli di wilayah Jawa pada lahan sawah memiliki keunggulan komparatif sebagaimana ditunjukkan melalui nilai koefisien DRCR sebesar 0,65 – 0,99 dan untuk lahan perbukitan nilai koefisien DRCR sebesar 0,60 – 0,97. Berdasarkan perbandingan secara deskriptif penelitian ini dan penelitian terdahulu, dapat dinyatakan bahwa Kabupaten Mojokerto memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik daripada wilayah Jawa yang telah diteliti oleh Thomas Santoso. Dikarenakan penggunaan dari budget sosial, harga sosial dan faktor domestik pada usahatani tembakau aseli di Kabupaten Mojokerto lebih efisen dan daya saing yang dicapai pada keunggulan komparatif lebih berpotensi. Sehingga untuk semakin meningkat keunggulan komparatif tembakau aseli di Mojokerto diperlukan beberapa perbaikan dalam berusahatani salah satu contohnya adalah usaha peningkatan produktivitas. Dalam upaya peningkatan produkstivitas tembakau aseli dibutuhkan berbagai macam penyuluhan yang mampu memberikan pengetahuan penerapan teknologi baru dalam berusahatani. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi Desa Kedungwaru Lahan Sawah dan Desa Simongagrok Lahan Perbukitan untuk keunggulan komparatif yang lebih efisien yaitu pada lahan perbukitan yang dikarenakan penggunaan di tingkat harga sosial, biaya sosial, input tradable dan faktor domestik lebih efiesien dan menghasilkan satu-satuan output tembakau pada harga sosial diperlukan korbanan biaya sumberdaya domestik pada harga sosial lebih kecil dari satu. Atau dengan kata lain untuk menghasilkan satu-satuan devisa harus mengorbankan biaya imbangan sumberdaya domestik yang lebih kecil. Ditinjau dari hasil tersebut, usahatani tembakau aseli dengan keunggulan komparatifnya akan lebih menguntungkan memenuhi kebutuhan produksi tembakau aseli dalam negeri dibandingkan mengimpor tembakau aseli dari luar negeri. Karena tembakau aseli dalam negeri memiliki mutu yang bagus dan harga yang murah.

6.4.2. Keunggulan Kompetitif Usahatani Tembakau