Hubungan Identifikasi dan Analisis Karakteristik Sistem Usahatani Tembakau

pendidikan responden berpengaruh pada pola berpikir petani dan menyusun strategi berusahatani, karena semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin sulit bagi mereka untuk menerima suatu informasi atau teknologi yang baru karena masih dianggap asing.

6.2. Identifikasi dan Analisis Karakteristik Sistem Usahatani Tembakau

Aseli di Kabupaten Mojokerto Berdasarkan tujuan pertama dalam penelitian ini yang identifikasi dan analisis karakteristik sistem usahatani tembakau aseli diKabupaten Mojokerto, untuk menjawab tujuan tersebut memerlukan perhitungan secara sistematis yang meliputi hubungan Input-Output usahatani tembakau aseli, harga private, biaya private, harga sosial dan biaya sosial usahatani tembakau aseli.

6.2.1. Hubungan

Input-Output Usahatani Tembakau Aseli Koefisien input produksi tembakau aseli adalah jumlah input yang digunakan petani untuk satu kali proses produksi, sedangkan output produksi tembakau aseli adalah jumlah output yang dapat dihasilkan dalam satu kali proses produksi. Komponen input-output produksi tembakau aseli dilahan sawah Desa Kedungwaruh ditampilkan pada lampiran 1. Sedangkan untuk komponen input-output lahan perbukitan Desa Simongagrok pada harga private dan harga sosial ditampilkan pada lampiran 2. Jenis benih yang digunakan adalah Aseli sebanyak 18.400 unitha untuk lahan sawah dan 14.450 uniha untuk lahan perbukitan. Beberapa petani menggunakan benih secara berlebihan karena diduga petani tidak mengetahui kadar tumbuh benih tembakau dengan baik. Terdapat pula petani yang menggunakan benih secara berlebihan dengan asumsi jika ada bibit yang rusak atau mati, maka masih terdapat cadangan bibit yang lain. Petani tembakau aseli dilahan sawah menggunakan pupuk ZA, Urea, SP36, TSP, dengan dosis 140 kg ZA, 120 kg Urea, 45 kg SP36 dan 56 kg TSP. Sedangkan petani tembakau aseli dilahan perbukitan menggunakan pupuk yang sama dengan dosis 152 kg ZA, 110 kg Urea, 56.4 kg SP36 dan 52.6 kg TSP. Pupuk tersebut merupakan pupuk subsidi dari pemerintah dengan HET Harga Eceran Tertinggi masing-masing adalah ZA Rp 1.400,-kg, Urea Rp 600,-kg, Sp36 Rp 2.000,-kg dan TSP Rp 4000,-kg. Tetapi harga yang dibayarkan petani masih di atas HET. Pemakaian obat pemberantas hama dan penyakit tanaman juga tidak kalah pentingnya untuk menjaga kondisi tanaman padi agar dapat bertahan dari serangan hama dan serangga. Tenaga kerja dalam usahatani tembakau aseli adalah tenaga kerja luar upahan. Selain pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan per orang atau beberapa, saat ini banyak pekerjaan yang dilakukan dengan sistem borongan, karena dinilai lebih efisien bagi pemilik usahatani. Biasanya untuk pekerjaan berat dan membutuhkan sumberdaya yang tidak sedikit. Tenaga kerja dalam sistem usahatani tembakau aseli tersebut digunakan untuk pra panen dan pascapanen. Pra panen antara lain: pembibitan, pengolahan lahan borongan, penanaman, pengairan, pemupukan, pemberantasan gulma dan PHT pengendalian hama terpadu. Sedangkan untuk pascapanen adalah pemanenan, pengankutan, perajangan dan penjemuran. Dalam membiayai usahatani tembakau aseli diperlukan sumber kredit atau sumber modal serta tingkat bunga yang harus dibayar. Modal biasanya berasal dari tabungan keluarga, lembaga perkreditan formal, pemilik toko atau pedagang yang menyediakan kebutuhan usahatani dan rentenir. Rata-rata produktivitas tembakau aseli dilahan sawah ialah 502 kgha dan pada lahan perbukitan ialah 564 kgha. Menurut standart yang diterapkan oleh Dinas Perkebunan Kabupaten Mojokerto, potensi produktivitas pada lahan sawah adalah 500 kgha dan pada lahan perbukitan 550 kgha.

6.2.2. Biaya Privat Usahatani Tembakau