Dari permasalahan yang ditemukan maka disusunlah tahap planning untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan
action, observation dan reflection.
4.3.2. Tahap planning, action dan observation, serta reflection
Pelaksanaan action research pada penelitian ini adalah satu siklus action research. iklus action research pengembangan audit dokumentasi keperawatan di
Ruang Perawatan Intensif RS Santa Elisabeth Medan melalui tahapan planning, action dan observation serta reflection. Setiap tahapan action research mencakup
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.
4.3.2.1. Tahap Planning.
Setelah merumuskan masalah pada tahap reconnaisance maka pada tahap planning disusunlah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap
penelitian berikutnya. Tahap planning dilaksanakan pada tanggal 1-14 April 2013 dan bertujuan untuk mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan di
Ruang Perawatan Intensif. Tahap ini direncanakan beberapa kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Adapun beberapa kegiatan
itu adalah mengembangkan audit dokumentasi keperawatan dan menyusun proposal seminar audit dokumentasi keperawatan. Strategi yang dipakai dalam
tahap ini adalah melakukan pendekatan kepada pihak manajerial RS supaya mendukung terlaksananya program, pendekatan dengan kepala ruang perawatan
intensif supaya memberikan ijin kepada perawat untuk melaksanakan program audit dokumentasi keperawatan, dan pendekatan kepada perawat yang telah
Universita Sumatera Utara
bersedia menjadi partisipan untuk meluangkan waktu melaksanakan audit dokumentasi keperawatan.
4.3.2.2. Tahap Action.
Kegiatan utama yang dilakukan, yaitu pertemuan dengan staf manajerial RS, pemberian materi tentang dokumentasi keperawatan, seminar tentang audit
dokumentasi keperawatan, dan pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan. Sedangkan pada tahap observation dilaksanakan kegiatan
pemeriksaan kelengkapan dokumentasi keperawatan dan self report untuk mengobservasi pengetahuan dan kepuasan perawat tentang audit dokumentasi
keperawatan.
Pertemuan dengan staf manajerial RS. Tanggal 29 April 2013 diadakan
pertemuan dengan Wadir Pelayanan Keperawatan, Kasie Diklat, Kasie SDM, dan kelompok kerja Pokja Akreditasi. Peneliti menyampaikan keinginan dari
perawat Ruang Perawatan Intensif untuk diadakan seminar audit dokumentasi keperawatan. Pihak Wadir Keperawatan, Kasie Diklat, dan Kasie SDM sangat
mendukung untuk diadakan seminar tentang audit dokumentasi keperawatan. Mereka akan menyampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan akan
mempermudah operasional seminar. Seminar audit disetujui untuk dilaksanakan dan pihak RS meminta supaya seminar dilaksanakan untuk seluruh perawat di RS
bukan hanya di Unit Perawatan Intensif. RS bersedia melengkapi prosedur administrasi untuk mempermudah pelaksanaan seminar, misalnya: membuat surat
ke narasumber dan undangan ke perawat, menyediakan tempat dan perlengkapan seminar.
Universita Sumatera Utara
Pemberian materi tentang dokumentasi keperawatan. Tanggal 29 April
2013 pukul 11.00-13.00 WIB diberikan materi tentang dokumentasi keperawatan NANDA, NOC dan NIC untuk perawat di RS Santa Elisabeth Medan. Pemberian
materi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang cara mendokumentasikan asuhan keperawatan diikuti oleh 24 perawat dari perwakilan
tiap ruang perawatan, Kasie SDM, Wadir Pelayanan keperawatan, dan Kasie Diklat. Materi yang diberikan dikelompokkan menjadi dua materi yaitu
dokumentasi keperawatan NANDA, NOC, NIC dan teori keperawatan Orlando yang dikenal dengan “Discipline Nursing Process”. Materi adalah dokumentasi
keperawatan NANDA, NOC dan NIC yang dibawakan seorang dosen STIKes
Santa Elisabeth Medan, yaitu Ibu Siti Meilan.,S.Kep.,Ns, sedangkan peneliti memberikan materi tentang “discipline nursing process” yang mengutamakan
proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Teori “discipline nursing process”
merupakan teori praktek reflektif
yang berdasarkan adanya masalah dan untuk menyelesaikan
situasi
yang
bermasalah
. M
asalah
yang tidak
ditemukan tidak akan dapat diselesaikan
sehingga
ketika menggunakan
teori
“discipline nursing process”
maka sentralitas pasien
selalu diutamakan
Seminar audit dokumentasi keperawatan. Seminar “Aplikasi Action
Research dalam Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan” pada hari . peserta tampak antusias bahkan meminjam beberapa buku rujukan
yang disarankan oleh narasumber dan meminta supaya diberikan contoh kasus cara pendokumentasian yang lebih nyata. Dokumentasi selama seminar bisa
dilihat pada lampiran 4.
Universita Sumatera Utara
Rabu tanggal 8 Mei 2013 pukul 10.00–13.30 WIB. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan.
Seminar diikuti oleh 60 perawat dari seluruh bagian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Ada dua materi yang diberikan dalam seminar ini, yaitu action
research dan audit dokumentasi keperawatan. Materi tentang action research diberikan oleh peneliti sendiri dengan waktu presentasi 30 menit. Sedangkan
materi tentang audit dokumentasi keperawatan diberikan oleh bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dengan waktu presentasi selama 45 menit. Dokumentasi
selama seminar dapat dilihat pada lampiran 4. Selama pemberian materi peserta tampak antusias dan memperhatikan
penjelasan dari narasumber. Pada saat diskusi peserta cenderung tertarik dan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang diberikan. Selain itu, salah
satu perawat Ruang Perawatan Intensif mengungkapkan bahwa sebenarnya perawat Ruang Perawatan Intensif sudah melaksanakan tindakan keperawatan
dengan benar akan tetapi dokumentasi keperawatan belum dilaksanakan dengan baik. Ada kecenderungan perawat dengan seoptimal mungkin bekerja tetapi
karena tidak mendokumentasikan maka dinilai tidak bagus kerjanya. Kasie sumber daya manusia mengungkapkan bahwa asuhan keperawatan
dilaksanakan dengan baik diawali dengan perumusan diagnosa dan direncanakan terlebih dahulu baru dilaksanakan. Kendala yang dihadapi oleh Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan adalah perawat lebih mengutamakan melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan mengesampingkan pendokumentasian. Hal ini
mengakibatkan sering terjadi perencanaan tidak terdokumentasi. Perawat terus
Universita Sumatera Utara
mengembangkan teknik pendokumentasian yang sederhana bahkan sudah mulai mengembangkan pendokumentasian NANDA, NOC, dan NIC. Bahkan sudah
mulai ada upaya untuk memasukkan pendokumentasian NANDA, NOC, dan NIC ke dalam sistem komputerisasi.
Pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan. Langkah-
langkah dalam mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan adalah:
1. Pembentukan tim audit dokumentasi keperawatan
Tim audit dokumentasi keperawatan disusun pada tanggal 15 April 2013. Tim audit yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang sekretaris dan satu orang
anggota disahlan oleh kepala ruang dan akan diusahakan untuk diajukan ke pihak manajerial untuk penerbitan Surat Keputusan Direktur Tim audit yang telah
dibentuk sepakat untuk mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan program audit dokumentasi keperawatan.
2. Penyusunan uraian tugas tim audit.
Tim audit yang dipilih menyusun uraian tugas, yaitu: menyusun dan mempelajari instrumen evaluasi, meneliti kelengkapan data audit, menjelaskan
ketidaksesuaian yang ditemukan kepada pihak auditee, membuat konsep surat pernyataan penyerahan data audit, membuat kertas kerja audit terkait dengan
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor, auditor membuat laporan kemajuan, menyiapkan data dan ikut dalam pembahasan akhir, membuat konsep
dan menandatangani berita acara hasil audit. Rangkaian uraian tugas tim audit ini diadopsi dari tugas penanggung jawab audit oleh Suardi 2004 dan disesuaikan
Universita Sumatera Utara
dengan keadaan yang ada di Ruang Perawatan Intensif. Kegiatan ini berlangsung selama enam hari yaitu pada tanggal 22-27 April 2013.
3. Penetapan instrumen evaluasi yang akan dipakai
Selama enam hari 22-27 April 2013 bersamaan dengan penyusunan uraian tugas tim audit, tim yang sudah terpilih menyusun program audit
dokumentasi keperawatan dan memutuskan memakai instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI. Instrumen tersebut dipakai dengan
mempertimbangkan saran dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit KARS merekomendasikan instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI pada
akreditasi RS.
4. Penyusunan alur audit dokumentasi keperawatan
Pada tanggal 22-27 April 2013, tim audit dokumentasi keperawatan menyusun alur audit dokumentasi keperawatan pada Gambar 4.2. Alur audit yang
disusun mengadopsi teori PDCA, sehingga alur yang dibuat memiliki 4 langkah yaitu Plan, Do, Check dan Act.
Tahap Plan. Pada tahap ini dikumpulkan semua dokumen yang akan diaudit dan tim audit harus mengetahui uraian tugasnya. Tim audit harus
mempersiapkan format-format untuk mengevaluasi dokumentasi keperawatan. Tahap Do. Pada tahap ini perawat ruangan melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan sesuai dengan teknik pendokumentasian sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Tahap Check. Pada tahap inilah tim audit dokumentasi keperawatan mulai bekerja untuk melakukan evaluasi atas pendokumentasian asuhan keperawatan
Universita Sumatera Utara
yang sudah dilaksanakan oleh perawat. Adapun rangkaian kegiatan dalam tahap ini adalah rapat pembukaan, menggunakan daftar periksa, mengaudit dokumentasi
keperawatan, mengumpulkan dan memverifikasi informasi, temuan audit, pertemuan tim audit, rapat penutupan, dan pelaporan audit.
Tahap Act. Pada tahap ini pihak manajemen rumah sakit
mempertimbangkan masukan dan saran yang sudah dibuat oleh tim audit pada laporan yang sudah diberikan. Mereka mengadakan pertemuan untuk meninjau
ulang hasil dari audit dan memutuskan rencana tindakan berikutnya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.3. Alur Audit Dokumentasi Keperawatan
Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1 Rapat Pembukaan
2 Menggunakan daftar periksa
4 Mengumpulkan dan memverifikasi informasi
3 Mengaudit dokumentasi keperawatan
7 Rapat penutupan
8 Pelaporan audit
PLAN
Rapat Tinjauan Manajeman
Perbaikan mutu DO
CHECK
ACT
1. DOKUMEN
REKAM MEDIS 2.
URAIAN TUGAS TIM AUDIT
3. DOKUMEN SAK
SPO
5 Hasil temuan
6 Pertemuan tim audit
Universita Sumatera Utara
5. Pelaksanaan program audit dokumentasi keperawatan
Program audit dokumentasi keperawatan berupa evaluasi kelengkapan dokumentasi proses keperawatan pada status pasien yang dilaksanakan selama 2
minggu. Tiga orang perawat yang terpilih menjadi tim audit dokumentasi keperawatan menyesuaikan waktu dinas untuk melaksanakan audit dokumentasi
keperawatan pada tanggal 6-18 Mei 2013.
Rapat Pembukaan. Kegiatan audit dokumentasi keperawatan dimulai
dengan Rapat Pembukaan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Mei 2013 pukul 13.00-14.00 WIB yang diikuti 9 orang perawat dinas pagi dan sore. Pada rapat
pembukaan dijelaskan tentang pelaksanaan program audit kepada kepala ruang dan perawat Ruang Perawatan Intensif berupa evaluasi kelengkapan dokumentasi
keperawatan pada status pasien.
Menggunakan daftar periksa. Tim audit menggunakan instrumen
evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI untuk mengevaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien yang di rawat di ruang perawatan
intensif pada bulan April 2013. Kelengkapan dokumentasi keperawatan dilakukan dengan membandingkan hasil dokumentasi pada status pasien dengan standar
yang sudah ditetapkan oleh RS. Ruang Perawatan Intensif memiliki dokumen yang berisi standar yang harus dicapai, yaitu Standar Asuhan Keperawatan SAK
untuk sepuluh diagnosa yang sering muncul di Ruang Perawatan Intensif meliputi trauma kapitis, stroke hemorhagic, demam berdarah dengue, stroke non
hemorhagic, gagal ginjal kronis, gagal jangtung kongestif, meningitis, infark miokard akut, pneumonia + gagal napas, TB paru, pemakain ventilator mekanik.
Universita Sumatera Utara
Penerapan SAK di RS ditetapkan oleh Direktur RS Santa Elisabeth Medan dengan no. SK 038-ADir-RSESKVI2011. Sistem pendokumentasian keperawatan
sudah memakai komputerisasi dengan format dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan SAK yang sudah ditetapkan. Format dokumentasi keperawatan
dilampirkan pada status pasien.
Mengaudit Dokumentasi keperawatan. Hari Jumat tanggal 10 Mei 2013
dan hari Senin tanggal 13 Mei 2013, tim audit melakukan audit evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien dengan cara
membandingkan hasil dokumentasi keperawatan dengan SAK yang sudah ditetapkan. Evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan dilaksanakan mulai
tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan yang ada pada status pasien. Berdasarkan
hasil audit dengan membandingkan dokumentasi keperawatan pada status pasien yang sudah diisi dengan SAK yang ada maka ditemukan bahwa kelengkapan
dokumentasi keperawatan adalah 69 . Secara lebih rinci hasil bisa dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan
No Dokumen Proses Keperawatan
Prosentase
1 Pengkajian
67 2
Perumusan Diagnosa Keperawatan 65
3 Perencanaan
65 4
Implementasi 84
5 Evaluasi
64 Kelengkapan dokumentasi keperawatan
69
Mengumpulkan dan memverifikasi hasil temuan.
Setelah didapatkan data tentang kelengkapan dokumentasi keperawatan, tim audit mengumpulkan dan
Universita Sumatera Utara
memverifikasi hasil temuan kepada kepala ruang dan perawat ruang perawatan intensif pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2013 pukul 13.00-15.00 WIB. Kepala
ruang dan perawat ruang perawatan intensif mengakui bahwa hasil yang ditemukan adalah benar. Kepala ruang menyatakan bahwa memang rata-rata
perawat kurang memperhatikan dokumentasi keperawatan, tetapi karena keadaan pasien yang kritis perawat cenderung melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan keadaan pasien saat itu dan mencatat pada lembar implementasi keperawatan tanpa memperhatikan bahwa pengkajian dan diagnosa keperawatan
yang muncul sebelumnya tidak sesuai lagi dengan keadaan pasien saat itu.
Pertemuan tim audit. Setelah mendapatkan data kelengkapan
dokumentasi keperawatan, pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2013 pukul 13.00- 16.00 WIB tim audit berkumpul untuk menganalisa permasalahan yang
menyebabkan kelengkapan dokumentasi keperawatan 69 . Tim audit melakukan diskusi dan menganalisa masalah yang ditemukan dan merumuskannya dalam
bentuk laporan kemajuan berupa fishbone diagram Gambar 4.4. Berdasarkan diskusi tim audit, kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 69 dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia SDM, sarana dan prasarana, lingkungan kerja, komunikasi, prosedur, dan individu pasien.
Faktor SDM. Perawat ruang perawatan intensif seharusnya memiliki
keahlian dan pengalaman yang cukup dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan baik secara manual atau komputerisasi. Tetapi tim audit menganalisa
bahwa perawat ruang perawatan intensif belum cukup terampil dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan karena 62,5 perawat adalah perawat
Universita Sumatera Utara
tetap. Perawat tetap sudah memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun sehingga ketrampilan mereka dalam melaksanakan tindakan keperawatan akan
membutuhkan waktu yang singkat dalam melakukan tindakan keperawatan. Perawat kontrak dan orientasi memerlukan lebih banyak waktu dalam melakukan
tindakan keperawatan sehingga mereka akan memiliki waktu yang terbatas dalam mendokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Selain itu, tidak
semua perawat Ruang Perawatan Intensif dalam hal ini adalah perawat kontrak dan orientasi belum ahli mengoperasionalkan komputer untuk memasukkan data
pengakajian sampai dengan perencanaan keperawatan.
Faktor sarana dan prasarana. Sistem dokumentasi keperawatan di
Rumah Sakit Santa Elisabeth sudah menggunakan sistem komputerisasi, sehingga apabila terjadi kerusakan printer akan memiliki pengaruh yang besar terhadap
kelengkapan dokumentasi keperawatan. Printer yang rusak tidak bisa digunakan untuk mencetak asuhan keperawatan pasien mulai pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan maka perawat akan menuliskan tindakan keperawatan yang mereka lakukan pada status pasien. Sehingga besar
kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara diagnosa yang muncul pada saat pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan.
Faktor lingkungan kerja . Suara alat yang khas meningkatkan stress
perawat dan membuat perawat berfokus untuk melakukan tindakan keperawatan dan mengobservasi pasien dibandingkan mendokumentasikan tindakan di status
pasien.
Universita Sumatera Utara
Faktor komunikasi. Kurangnya komunikasi antara dokter-pasien dan
keluarga; antara dokter-perawat. Keadaan pasien yang kritis menyebabkan adanya ketegangan perawat dan dokter dalam merawat pasien. Selain itu, pasien dirawat
di ruangan perawatan intensif yang membutuhkan privasi tersendiri dan keluarga tidak diijinkan menemani pasien selama 24 jam.
Faktor prosedur. Prosedur penyediaan obat dan alat kesehatan terlalu
rumit. Ketersediaan obat dan prosedur yang rumit menyebabkan obat yang diterima perawat lama sehingga perawat mengalami kendala dalam melakukan
implementasi tindakan keperawatan.
Faktor individu. Pasien dengan penyakit sangat kompleks menyebabkan
perawat dituntut melakukan observasi secara ketat untuk melihat perkembangan pasien. Observasi yang ketat menyebabkan perawat mengalami tingkat stress yang
tinggi dan menyebabkan fokus tindakan perawat adalah mengobservasi saja dan melalaikan pendokumentasian yang seharusnya dikerjakan.
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.4. Fishbone Diagram Laporan Kemajuan Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan
KELENGKAPAN DOKUMENTASI
KEPERAWATAN 69
SUMBER DAYA MANUSIA
SARANA DAN PRASARANA FAKTOR LINGKUNGAN
KOMUNIKASI PASIEN
PROSEDUR
DOKTER-PERAWAT KURANG
PERAWAT-PASIEN- KELUARGA KURANG
PERAWAT BELUM AHLI MENGOPERASIONALKAN
KOMPUTER
62,5 PEGAWAI TETAP
PASIEN DENGAN PENYAKIT YANG SANGAT KOMPLEKS
LINGKUNGAN KRITIS
SUARA ALAT YANG KHAS
KOMPUTER DI RUANGAN TERSENTRALISASI
PROSEDUR PENYEDIAAN OBAT DAN ALAT
KESEHATAN PERAWAT TERLATIH DI RUANGAN
BELUM MEMENUHI SYARAT
ALAT RUSAK PRINTER
Universita Sumatera Utara
Rapat penutupan audit . Setelah dilakukan analisa tentang kemungkinan
penyebab kelengkapan dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif 69, maka pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.00-14.00 WIB. Pada
rapat ini tim audit mempresentasikan hasil penemuan terhadap evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan yang sudah dilaksanakan. Perawat ruang
perawatan intensif memperhatikan dengan baik dan memberikan komentar bahwa memang kesulitan mereka adalah dalam hal menulis di status pasien dan mereka
berjanji untuk memperbaiki perilaku mereka untuk mendokumentasikan dengan baik.
4.3.2.3. Tahap observation. Pada tahap observation dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan dan
kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dan kepuasan perawat kembali diukur
pada tanggal 20-24 Mei 2013. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa hampir seluruh perawat 94,7 memiliki pengetahuan tentang audit
dokumentasi keperawatan adalah baik. Data tentang kepuasan perawat didapatkan hasil bahwa 42,1 perawat menyatakan puas dan 57,9 perawat menyatakan
kurang puas terhadap audit dokumentasi keperawatan.
4.3.2.4. Tahap Reflection.
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi persepsi perawat setelah dilakukan audit dokumentasi keperawatan, merumuskan faktor yang mendukung
penelitian dan merumuskan faktor yang menghambat penelitian.
Universita Sumatera Utara
Persepsi perawat setelah dilakukan audit dokumentasi keperawatan.
FGD yang dilaksanakan pada tahap reflection mendapatkan data tentang:
1. Pengalaman audit
Partisipan mengungkapkan bahwa setelah dilaksanakan audit dokumentasi keperawatan mereka baru menyadari bahwa selama ini mereka melakukan
kesalahan yaitu melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mereka buat
hanya satu diagnosa keperawatan saja sehingga sering terjadi perawat melaksanakan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan rencana keperawatan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini. “saya berpendapat bahwa dalam menyusun diagnosa keperawatan
dan perencanaan sebaiknya tidak hanya satu diagnosa saja, karena perawat shift dinas yang lain mungkin menemukan diagnosa yang
berbeda sehingga antara implementasi dan evaluasi akan nyambung apabila diagnosa lebih dari dua.” Partisipan 3.
2. Manfaat audit
Partisipan mengungkapkan beberapa manfaat audit dokumentasi keperawatan. Audit bermanfaat bagi perawat sebagai bahan intropeksi diri atas
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien, meminimalkan kesalahan perawat dan untuk memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan. Manfaat audit
dokumentasi keperawatan bagi pasien adalah untuk mempercepat kesembuhan pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan saat FGD pada
akhir penelitian seperti tercantum di bawah ini. “kalau dokumentasi diaudit maka perawat akan melaksanakan
asuhan keperawatan dengan sebenar-benarnya. Kalau perawatannya makin bagus sesuai dengan masukan yang diberikan
pada audit yaitu segala tindakan perawat harus sesuai dengan SPO.
Universita Sumatera Utara
Hal ini akan meminimalkan kesalahan perawat sehingga pasien akan lebih cepat sembuhnya.” Partisipan 3.
3. Kendala perawat dalam melakukan audit
Partisipan mengungkapkan dalam melaksanakan audit dokumentasi keperawatan, perawat mempunyai kendala waktu terbatas, kondisi pasien kritis,
dan belum bisa mengelola waktu dengan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini.
“Kami mendapatkan teori tentang audit juga baru-baru ini saja bu, jadi audit yang kami lakukan adalah masih perdana. Sehingga kami
memang belum bisa mengelola waktu kami dengan baik bu.” Partisipan 3.
4. Kendala perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan
Partisipan mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di rumah sakit. Kendala tersebut adalah
perawat tidak ahli menggunakan komputer, perawat yang membuat pengkajian sampai rencana keperawatan adalah perawat yang sama, perawat tidak membaca
rencana keperawatan shift dinas sebelumnya, dan perawat Ruang Perawatan Intensif tidak membuat pengkajian dan rencana keperawatan baru bagi pasien
pindahan dari ruangan lain. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit sebenarnya sudah komputerisasi tetapi ada beberapa perawat tidak
berani menggunakan komputer dengan alasan tidak ahli. Perawat membuat pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan
memakai komputer kemudian diprint. Implementasi dan evaluasi tidak didokumentasikan di komputer tetapi perawat masih mencatat di lembar
Universita Sumatera Utara
implementasi dan evaluasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini:
“terkadang perawat yang menerima pasien pindahan dari ruangan tidak membuat pengkajian sampai dengan renpra yang baru.
Sehingga sering diagnosa keperawatan yang diruangan sebelumnya itu yang ada di status pasien, sedangkan diagnosa keperawatan
yang baru sesuai dengan keadaan pasien yang dirawat di Ruang Perawatan Intensif sangat jauh berbeda dengan diagnosa di
ruangan. Ditambah lagi perawat icu melakukan implementasi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang terbaru, tetapi tidak dibuat print
yang baru jadi seolah-olah diagnosa, implementasi dan evaluasi sangat bertolak belakang.” Partisipan 2.
5. Kesan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan.
Pada saat diminta memberikan kesan terhadap audit yang telah dilaksanakan, partisipan merasa terkesan senang dan bangga menjadi tim audit
karena tidak mendapatkan ilmu tersebut di bangku perkuliahan. Tetapi di sisi lain partisipan mengatakan bahwa audit membutuhkan waktu diluar pekerjaan mereka
sebagai perawat, sehingga mereka mengusulkan supaya tim audit diberikan insentif atau pada saat melakukan audit mereka dibebastugaskan sementara dari
pekerjaan sebagai perawat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini:
“Saya juga senang bu. Tetapi capek ya bu jadi tim audit karena ada tambahan pekerjaan baru di samping menjadi perawat biasa.
Maunya bu, nanti kalau memang tim ini disahkan oleh direksi maka kamipun mendapatkan insentif kami atau pada saat kami mengaudit
jam kerja kami di icu bisa kami tinggalkan untuk mengaudit selama beberapa hari, sehingga kami bisa lebih berfokus terhadap audit.”
Partisipan 3.
Faktor yang menghambat penelitian. Selama melaksanakan penelitian
ada beberapa faktor yang menghambat penelitian, yaitu waktu untuk berkumpul terbatas karena perawat dinas selama 3 shift, perawat kurang berani
Universita Sumatera Utara
mengungkapkan perasaan atau memberikan masukan kritik atas terlaksananya audit dokumentasi keperawatan, komunikasi perawat dalam ruang perawatan
intensif kurang, dan perawat dihadapkan pada situasi pasien yang kritis. Pengambilan data kelengkapan dokumentasi keperawatan yang semula
direncanakan dalam waktu satu minggu menjadi dua minggu karena waktu yang tidak sesuai antara anggota tim audit.
Faktor yang mendukung penelitian. Faktor yang mendukung penelitian
ini adalah kemauan perawat untuk berubah sangat tinggi dan manajemen RS sangat mendukung untuk dilaksanakan perubahan. Kesediaan perawat untuk
dilakukan interview atau diskusi ulang merupakan faktor yang menunjang
kelancaran kegiatan penelitian. Pengambilan data berupa interview, FGD atau
diskusi yang direncanakan dilaksanakan sekali untuk mengetahui persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan memerlukan data tambahan melalui
interview dengan beberapa perawat. Siklus action research secara keseluruhan digambarkan dalam gambar 4.5.
4.4. Outcome action research
Setelah dilakukan rangkaian kegiatan penelitian maka hasil dari penelitian akan terlihat dari beberapa perubahan di Ruang Perawatan Intensif. Outcome dari
penelitian berupa terciptanya alur audit dokumentasi keperawatan, tersusunnya uraian tugas tim audit dokumentasi keperawatan dan kesepakatan pemakaian
instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan milik Depkes RI. Secara rinci outcome penelitian bisa dilihat pada tabel 4.3.
Universita Sumatera Utara