4.2. Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang dengan latar belakang pendidikan diploma tiga keperawatan. Partisipan yang berusia 20-40 tahun
sebanyak 68,42 dan status kepegawaian pegawai tidak tetap adalah 73,69. Karakteristik demografi partisipan secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel
4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan n=19
NO Karakteristik
Frekuensi f Persentase
1. Jenis Kelamin :
Laki-Laki Perempuan
1
18
5,27 94,73
2. Umur :
20-40 41-60
13 6
68,42 31,58
3. Tingkat Pendidikan :
SMASPK Diploma
- 19
- 100
4. Status kepegawaian :
Pegawai tidak tetap Pegawai tetap
14 5
73,69 26,31
4.3. Proses Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan
Proses pengembangan audit dokumentasi keperawatan akan dijelaskan menjadi 2 tahap penelitian action research. Tahap pertama menjelaskan tentang
tahap reconnaissance mulai dari pendekatan kepada lahan penelitian sampai dengan mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua menjelaskan siklus
action research mulai dari tahap planning, action dan observation serta reflection.
4.3.1. Tahap reconnaissance
Tahap ini dilaksanakan peneliti selama 4 bulan mulai bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Peneliti membaur dengan lahan penelitian
Universita Sumatera Utara
untuk mencari data awal dan masalah yang diteliti. Pendekatan dengan pihak manajemen terkait juga diupayakan untuk mendapatkan ijin penelitian.
Tahap reconnaisance dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang: 1 setting tempat penelitian dan partisipan, 2 persepsi perawat tentang audit
dokumentasi keperawatan, 3 audit yang pernah dilaksanakan di ruangan, 4 pengetahuan perawat tentang audit keperawatan dan 5 kepuasan perawat
terhadap audit dokumentasi keperawatan.
4.3.1.1. Setting tempat penelitian dan partisipan
Ruang Perawatan Intensif dibagi menjadi 3 unit perawatan intensif dengan kapasitas 19 tempat tidur. Unit perawatan intensif tersebut adalah Pediatric
Intensive Care Unit PICU, Intensive Cardiac Care Unit ICCU dan Intensive Care Unit ICU. Kapasitas tempat tidur ruang ICU=7 TT, PICU=4 TT dan
ICCU=8 TT. Pada tahun 2013 PICU baru dibentuk dan belum berfungsi secara optimal, karena sedang membekali perawat dengan pelatihan khusus. Secara
umum denah Ruang Perawatan Intensif digambarkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Denah Ruang Perawatan Intensif
PICU ICCU
ICU
Nurse station
Nurse station Nurse station
Universita Sumatera Utara
Jumlah perawat di Ruang Perawatan Intensif sebanyak 24 orang, 1 orang kepala ruang dan 23 orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan
DIII keperawatan dan satu orang lulusan SPK sedang melaksanakan tugas belajar D3 Keperawatan. Pegawai tetap berjumlah 15 orang 62,5 dan 9 37,5
orang merupakan pegawai orientasi dan kontrak. Ruang Perawatan Intensif
menggunakan metode penugasan kasus dan dinas terbagi dalam 3 shift dinas. 4.3.1.2. Persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan
Persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dijelaskan menjadi enam pokok bahasan, yaitu:
1. Pengalaman audit Partisipan mengungkapkan bahwa mereka mempunyai pengalaman audit
berupa akreditasi, ronde keperawatan dan supervisi. Ronde keperawatan di rumah sakit rutin dilakukan oleh supervisor keperawatan. Ronde keperawatan
mengevaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan dan prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan. Kelengkapan dokumentasi keperawatan dilakukan oleh
petugas rekam medis. Status pasien yang dikirim ke rekam medis belum lengkap maka akan dikembalikan ke ruangan oleh petugas rekam medis. Hal ini sesuai
dengan pernyataan partisipan di bawah ini: “kadang tiba-tiba ada status pasien pulang yang sudah diantar
ke rekam medis dikembalikan ke ruangan untuk dilengkapi kembali” Partisipan 6.
2. Manfaat audit bagi pasien dan perawat Partisipan menyatakan bahwa audit sangat bermanfaat untuk perawat dan
pasien. Bagi perawat audit bermanfaat untuk memperbaiki kekurangan perawat,
Universita Sumatera Utara
mengingatkan perawat, dan meningkatkan perawatan kepada pasien. Audit akan mendorong perawat untuk bertindak hati-hati dan tidak melakukan kesalahan.
Audit akan menemukan kekurangan dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan dan diberikan pemecahan atas masalah tersebut. Audit bermanfaat bagi pasien
karena dengan perawatan yang baik akan mempercepat kesembuhan pasien dan meminimalkan biaya perawatan. Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan di
bawah ini: “kita disuruh memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan”
Partisipan 2. “... supaya perawat berhati-hati dan tidak melakukan kesalahan
yang sama bu” Partisipan 3.
3. Tim audit Partisipan mengungkapkan bahwa audit dokumentasi keperawatan
membutuhkan tim tersendiri yang beranggotakan perawat tetapi tugasnya khusus untuk mengaudit. Tim khusus tersebut diperlukan karena perawat harus
melakukan asuhan keperawatan yang sebaik-baiknya terhadap pasien sehingga perawat ruangan akan berfokus dalam merawat pasien. Tim audit yang
beranggotakan perawat akan sangat menguntungkan karena tim sudah mengetahui tugas dan tanggung jawab perawat serta prosedur tindakan perawatan sehingga
mudah untuk memberikan masukan, bimbingan dan saran atas kekurangan perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisipan di bawah ini: “perawat akan sibuk melakukan askep ke pasien jadi maunya
perawat yang menjadi tim tidak melakukan tindakan langsung ke pasien sehingga memang khusus melakukan audit”Partisipan 4.
Universita Sumatera Utara
“lebih bagus perawat yang mengaudit dibanding orang lain. Sudah tahu dia konsepnya misalkan SPOnya dan dia tahu
kelemahannya. Kalau dari umum belum tentu dia mengatakan kelemahannya” Partisipan 7.
4. Pentingnya dokumentasi keperawatan Partisipan menyatakan bahwa dokumentasi sangat penting bagi perawat
karena merupakan bukti bahwa perawat sudah melaksanakan tindakan keperawatan, melindungi perawat dari hukum dan sebagai alat untuk
melaksanakan tindakan keperawatan secara berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini:
“untuk melakukan tindakan keperawatan secara berkelanjutan. Jadi bisa melihat dari shift sebelumnya apa yang sudah dilakukan
dan apa yang belum dilakukan” Partisipan 6.
5. Kendala perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan Dalam penelitian ini, partisipan mengungkapkan ada banyak kendala yang
dihadapi perawat dalam melakukan audit dokumentasi keperawatan adalah karena perawat dihadapkan pada situasi pasien kritis dan terkait dengan pribadi perawat
sendiri. Kondisi pasien yang kritis menuntut perawat lebih berfokus untuk melakukan observasi dan melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien
dibandingkan dengan mencatat ke status pasien. Perawat juga memiliki andil yang besar dalam dokumentasi keperawatan karena tidak semua perawat
memperhatikan pendokumentasian pada pasien, ada beberapa perawat yang memang meluangkan waktu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang baru
dilaksanakannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan sebagai berikut:
“...waktu memang terbatas karena pasien kami kritis”Partisipan 7
Universita Sumatera Utara
“pribadi perawatnya sendiri sih bu. Kalau dia mau mendokumentasikan ya pasti bisa” Partisipan 4.
6. Sikap perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan Partisipan mengungkapkan bahwa pada prinsipnya perawat menyatakan
bersedia dilakukan audit dokumentasi keperawatan karena dengan diaudit mereka akan ditunjukkan kelemahan mereka untuk menjadi lebih baik lagi sehingga dapat
memperbaiki kelemahan tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kemauan perawat untuk berubah tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan di
bawah ini: “ga pa-pa. kami tidak pernah diberikan hukuman kok. Hanya ditegur
saja” Partisipan 11.
4.3.1.3. Audit yang sudah dilakukan di ruangan.
Ruang Perawatan Intensif melakukan pengendalian mutu berupa: pengukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan ruang intensif, ronde
keperawatan, dan kegiatan panitia pengendalian mutu RS.
Kepuasan pasien terhadap pelayanan ruang intensif. Kepala ruang
perawatan intensif mennyatakan bahwa hasil angket kepuasan pasien tiap bulan menunjukkan rata-rata 60-80 pasien merasa puas terhadap pelayanan ruang
perawatan intensif. Kepuasan perawat belum diukur secara tersendiri karena kuesioner kepuasan yang ada digunakan untuk mengukur kepuasan pasien
keluarga terhadap team work di Ruang Perawatan Intensif.
Ronde keperawatan. Wadir pelayanan keperawatan secara rutin
melakukan ronde keperawatan ke ruangan dengan tujuan mensurvei secara
Universita Sumatera Utara
langsung pelaksanaan keperawatan. Jadwal ronde keperawatan untuk setiap ruangan adalah 1 kali dalam 2 bulan. Evaluasi pelaksanaan keperawatan diadakan
rapat bersama supervisor setiap 6 bulan sekali dan Wadir pelayanan keperawatan bertanggung jawab dan menindaklanjuti masalah yang ada.
Kegiatan panitia pengendalian mutu RS. Kepala ruang perawatan
intensif Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, menyatakan bahwa Panitia pengendalian mutu memang sudah ada, namun belum terlaksana secara maksimal.
Kegiatan panitia pengendalian mutu lebih difokuskan pada pencapaian dimensi mutu perawat yaitu menyelenggarakan kegiatan pelatihan pelatihan penanganan
gawat darurat PPGD bagi para perawat, manajemen asuhan keperawatan, resusitasi jantung paru sementara RJPS, pelatihan elektro kardiografi EKG
dasar, dan pelatihan penggunaan alat-alat di ruang perawatan intensif. Kepala ruang menyatakan bahwa kelengkapan dokumentasi keperawatan hanya mencapai
60-80. Selain data kualitatif yang diperoleh, dalam penelitian ini juga memantau
data kuantitatif sesuai dengan indikator mutu pelayanan keperawatan yaitu pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dan kepuasan
perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan.
4.3.1.4. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan
Berdasarkan hasil kuesioner KPP-ADK maka diperoleh data bahwa 63,2 pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan adalah baik
sedangkan 36,8 partisipan menunjukkan kurang baik dengan skor rata-rata 14.
Universita Sumatera Utara
4.3.1.5. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan
Berdasarkan hasil kuesioner KKP maka didapatkan data bahwa 42,1 perawat merasa puas terhadap audit dokumentasi keperawatan dan 57,9
menunjukkan kurang puas dengan skor rata-rata 53,42. Tahap reconnaissance yang sudah dilaksanakan menemukan beberapa
permasalahan yang ada di Ruang Perawatan Intensif terkait dengan mutu dokumentasi keperawatan. Berdasarkan data yang sudah ditemukan dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar ada beberapa masalah yang muncul pada di Ruang Perawatan Intensif sebagai berikut:
1. Pengendalian mutu di ruangan dilaksanakan oleh panitia pengendalian mutu pada tingkat rumah sakit.
2. Panitia pengendalian mutu memang sudah ada tetapi belum berfungsi secara maksimal
3. Data kelengkapan dokumentasi keperawatan 60-80 4. Belum ada tim audit dokumentasi keperawatan di ruang perawatan
intensif 5. Pengalaman perawat dalam audit hanya sebatas pada pelaksanaan ronde
keperawatan, supervisi dan akreditasi rumah sakit 6. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan
menunjukkan hasil 36,8 kurang baik 7. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan
menunjukkan 57,9 kurang puas.
Universita Sumatera Utara
Dari permasalahan yang ditemukan maka disusunlah tahap planning untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan
action, observation dan reflection.
4.3.2. Tahap planning, action dan observation, serta reflection
Pelaksanaan action research pada penelitian ini adalah satu siklus action research. iklus action research pengembangan audit dokumentasi keperawatan di
Ruang Perawatan Intensif RS Santa Elisabeth Medan melalui tahapan planning, action dan observation serta reflection. Setiap tahapan action research mencakup
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.
4.3.2.1. Tahap Planning.
Setelah merumuskan masalah pada tahap reconnaisance maka pada tahap planning disusunlah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap
penelitian berikutnya. Tahap planning dilaksanakan pada tanggal 1-14 April 2013 dan bertujuan untuk mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan di
Ruang Perawatan Intensif. Tahap ini direncanakan beberapa kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Adapun beberapa kegiatan
itu adalah mengembangkan audit dokumentasi keperawatan dan menyusun proposal seminar audit dokumentasi keperawatan. Strategi yang dipakai dalam
tahap ini adalah melakukan pendekatan kepada pihak manajerial RS supaya mendukung terlaksananya program, pendekatan dengan kepala ruang perawatan
intensif supaya memberikan ijin kepada perawat untuk melaksanakan program audit dokumentasi keperawatan, dan pendekatan kepada perawat yang telah
Universita Sumatera Utara
bersedia menjadi partisipan untuk meluangkan waktu melaksanakan audit dokumentasi keperawatan.
4.3.2.2. Tahap Action.
Kegiatan utama yang dilakukan, yaitu pertemuan dengan staf manajerial RS, pemberian materi tentang dokumentasi keperawatan, seminar tentang audit
dokumentasi keperawatan, dan pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan. Sedangkan pada tahap observation dilaksanakan kegiatan
pemeriksaan kelengkapan dokumentasi keperawatan dan self report untuk mengobservasi pengetahuan dan kepuasan perawat tentang audit dokumentasi
keperawatan.
Pertemuan dengan staf manajerial RS. Tanggal 29 April 2013 diadakan
pertemuan dengan Wadir Pelayanan Keperawatan, Kasie Diklat, Kasie SDM, dan kelompok kerja Pokja Akreditasi. Peneliti menyampaikan keinginan dari
perawat Ruang Perawatan Intensif untuk diadakan seminar audit dokumentasi keperawatan. Pihak Wadir Keperawatan, Kasie Diklat, dan Kasie SDM sangat
mendukung untuk diadakan seminar tentang audit dokumentasi keperawatan. Mereka akan menyampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan akan
mempermudah operasional seminar. Seminar audit disetujui untuk dilaksanakan dan pihak RS meminta supaya seminar dilaksanakan untuk seluruh perawat di RS
bukan hanya di Unit Perawatan Intensif. RS bersedia melengkapi prosedur administrasi untuk mempermudah pelaksanaan seminar, misalnya: membuat surat
ke narasumber dan undangan ke perawat, menyediakan tempat dan perlengkapan seminar.
Universita Sumatera Utara
Pemberian materi tentang dokumentasi keperawatan. Tanggal 29 April
2013 pukul 11.00-13.00 WIB diberikan materi tentang dokumentasi keperawatan NANDA, NOC dan NIC untuk perawat di RS Santa Elisabeth Medan. Pemberian
materi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang cara mendokumentasikan asuhan keperawatan diikuti oleh 24 perawat dari perwakilan
tiap ruang perawatan, Kasie SDM, Wadir Pelayanan keperawatan, dan Kasie Diklat. Materi yang diberikan dikelompokkan menjadi dua materi yaitu
dokumentasi keperawatan NANDA, NOC, NIC dan teori keperawatan Orlando yang dikenal dengan “Discipline Nursing Process”. Materi adalah dokumentasi
keperawatan NANDA, NOC dan NIC yang dibawakan seorang dosen STIKes
Santa Elisabeth Medan, yaitu Ibu Siti Meilan.,S.Kep.,Ns, sedangkan peneliti memberikan materi tentang “discipline nursing process” yang mengutamakan
proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Teori “discipline nursing process”
merupakan teori praktek reflektif
yang berdasarkan adanya masalah dan untuk menyelesaikan
situasi
yang
bermasalah
. M
asalah
yang tidak
ditemukan tidak akan dapat diselesaikan
sehingga
ketika menggunakan
teori
“discipline nursing process”
maka sentralitas pasien
selalu diutamakan
Seminar audit dokumentasi keperawatan. Seminar “Aplikasi Action
Research dalam Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan” pada hari . peserta tampak antusias bahkan meminjam beberapa buku rujukan
yang disarankan oleh narasumber dan meminta supaya diberikan contoh kasus cara pendokumentasian yang lebih nyata. Dokumentasi selama seminar bisa
dilihat pada lampiran 4.
Universita Sumatera Utara
Rabu tanggal 8 Mei 2013 pukul 10.00–13.30 WIB. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan.
Seminar diikuti oleh 60 perawat dari seluruh bagian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Ada dua materi yang diberikan dalam seminar ini, yaitu action
research dan audit dokumentasi keperawatan. Materi tentang action research diberikan oleh peneliti sendiri dengan waktu presentasi 30 menit. Sedangkan
materi tentang audit dokumentasi keperawatan diberikan oleh bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dengan waktu presentasi selama 45 menit. Dokumentasi
selama seminar dapat dilihat pada lampiran 4. Selama pemberian materi peserta tampak antusias dan memperhatikan
penjelasan dari narasumber. Pada saat diskusi peserta cenderung tertarik dan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang diberikan. Selain itu, salah
satu perawat Ruang Perawatan Intensif mengungkapkan bahwa sebenarnya perawat Ruang Perawatan Intensif sudah melaksanakan tindakan keperawatan
dengan benar akan tetapi dokumentasi keperawatan belum dilaksanakan dengan baik. Ada kecenderungan perawat dengan seoptimal mungkin bekerja tetapi
karena tidak mendokumentasikan maka dinilai tidak bagus kerjanya. Kasie sumber daya manusia mengungkapkan bahwa asuhan keperawatan
dilaksanakan dengan baik diawali dengan perumusan diagnosa dan direncanakan terlebih dahulu baru dilaksanakan. Kendala yang dihadapi oleh Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan adalah perawat lebih mengutamakan melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan mengesampingkan pendokumentasian. Hal ini
mengakibatkan sering terjadi perencanaan tidak terdokumentasi. Perawat terus
Universita Sumatera Utara
mengembangkan teknik pendokumentasian yang sederhana bahkan sudah mulai mengembangkan pendokumentasian NANDA, NOC, dan NIC. Bahkan sudah
mulai ada upaya untuk memasukkan pendokumentasian NANDA, NOC, dan NIC ke dalam sistem komputerisasi.
Pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan. Langkah-
langkah dalam mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan adalah:
1. Pembentukan tim audit dokumentasi keperawatan
Tim audit dokumentasi keperawatan disusun pada tanggal 15 April 2013. Tim audit yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang sekretaris dan satu orang
anggota disahlan oleh kepala ruang dan akan diusahakan untuk diajukan ke pihak manajerial untuk penerbitan Surat Keputusan Direktur Tim audit yang telah
dibentuk sepakat untuk mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan program audit dokumentasi keperawatan.
2. Penyusunan uraian tugas tim audit.
Tim audit yang dipilih menyusun uraian tugas, yaitu: menyusun dan mempelajari instrumen evaluasi, meneliti kelengkapan data audit, menjelaskan
ketidaksesuaian yang ditemukan kepada pihak auditee, membuat konsep surat pernyataan penyerahan data audit, membuat kertas kerja audit terkait dengan
pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor, auditor membuat laporan kemajuan, menyiapkan data dan ikut dalam pembahasan akhir, membuat konsep
dan menandatangani berita acara hasil audit. Rangkaian uraian tugas tim audit ini diadopsi dari tugas penanggung jawab audit oleh Suardi 2004 dan disesuaikan
Universita Sumatera Utara
dengan keadaan yang ada di Ruang Perawatan Intensif. Kegiatan ini berlangsung selama enam hari yaitu pada tanggal 22-27 April 2013.
3. Penetapan instrumen evaluasi yang akan dipakai
Selama enam hari 22-27 April 2013 bersamaan dengan penyusunan uraian tugas tim audit, tim yang sudah terpilih menyusun program audit
dokumentasi keperawatan dan memutuskan memakai instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI. Instrumen tersebut dipakai dengan
mempertimbangkan saran dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit KARS merekomendasikan instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI pada
akreditasi RS.
4. Penyusunan alur audit dokumentasi keperawatan
Pada tanggal 22-27 April 2013, tim audit dokumentasi keperawatan menyusun alur audit dokumentasi keperawatan pada Gambar 4.2. Alur audit yang
disusun mengadopsi teori PDCA, sehingga alur yang dibuat memiliki 4 langkah yaitu Plan, Do, Check dan Act.
Tahap Plan. Pada tahap ini dikumpulkan semua dokumen yang akan diaudit dan tim audit harus mengetahui uraian tugasnya. Tim audit harus
mempersiapkan format-format untuk mengevaluasi dokumentasi keperawatan. Tahap Do. Pada tahap ini perawat ruangan melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan sesuai dengan teknik pendokumentasian sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Tahap Check. Pada tahap inilah tim audit dokumentasi keperawatan mulai bekerja untuk melakukan evaluasi atas pendokumentasian asuhan keperawatan
Universita Sumatera Utara
yang sudah dilaksanakan oleh perawat. Adapun rangkaian kegiatan dalam tahap ini adalah rapat pembukaan, menggunakan daftar periksa, mengaudit dokumentasi
keperawatan, mengumpulkan dan memverifikasi informasi, temuan audit, pertemuan tim audit, rapat penutupan, dan pelaporan audit.
Tahap Act. Pada tahap ini pihak manajemen rumah sakit
mempertimbangkan masukan dan saran yang sudah dibuat oleh tim audit pada laporan yang sudah diberikan. Mereka mengadakan pertemuan untuk meninjau
ulang hasil dari audit dan memutuskan rencana tindakan berikutnya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan.
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.3. Alur Audit Dokumentasi Keperawatan
Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
1 Rapat Pembukaan
2 Menggunakan daftar periksa
4 Mengumpulkan dan memverifikasi informasi
3 Mengaudit dokumentasi keperawatan
7 Rapat penutupan
8 Pelaporan audit
PLAN
Rapat Tinjauan Manajeman
Perbaikan mutu DO
CHECK
ACT
1. DOKUMEN
REKAM MEDIS 2.
URAIAN TUGAS TIM AUDIT
3. DOKUMEN SAK
SPO
5 Hasil temuan
6 Pertemuan tim audit
Universita Sumatera Utara
5. Pelaksanaan program audit dokumentasi keperawatan
Program audit dokumentasi keperawatan berupa evaluasi kelengkapan dokumentasi proses keperawatan pada status pasien yang dilaksanakan selama 2
minggu. Tiga orang perawat yang terpilih menjadi tim audit dokumentasi keperawatan menyesuaikan waktu dinas untuk melaksanakan audit dokumentasi
keperawatan pada tanggal 6-18 Mei 2013.
Rapat Pembukaan. Kegiatan audit dokumentasi keperawatan dimulai
dengan Rapat Pembukaan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Mei 2013 pukul 13.00-14.00 WIB yang diikuti 9 orang perawat dinas pagi dan sore. Pada rapat
pembukaan dijelaskan tentang pelaksanaan program audit kepada kepala ruang dan perawat Ruang Perawatan Intensif berupa evaluasi kelengkapan dokumentasi
keperawatan pada status pasien.
Menggunakan daftar periksa. Tim audit menggunakan instrumen
evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI untuk mengevaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien yang di rawat di ruang perawatan
intensif pada bulan April 2013. Kelengkapan dokumentasi keperawatan dilakukan dengan membandingkan hasil dokumentasi pada status pasien dengan standar
yang sudah ditetapkan oleh RS. Ruang Perawatan Intensif memiliki dokumen yang berisi standar yang harus dicapai, yaitu Standar Asuhan Keperawatan SAK
untuk sepuluh diagnosa yang sering muncul di Ruang Perawatan Intensif meliputi trauma kapitis, stroke hemorhagic, demam berdarah dengue, stroke non
hemorhagic, gagal ginjal kronis, gagal jangtung kongestif, meningitis, infark miokard akut, pneumonia + gagal napas, TB paru, pemakain ventilator mekanik.
Universita Sumatera Utara
Penerapan SAK di RS ditetapkan oleh Direktur RS Santa Elisabeth Medan dengan no. SK 038-ADir-RSESKVI2011. Sistem pendokumentasian keperawatan
sudah memakai komputerisasi dengan format dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan SAK yang sudah ditetapkan. Format dokumentasi keperawatan
dilampirkan pada status pasien.
Mengaudit Dokumentasi keperawatan. Hari Jumat tanggal 10 Mei 2013
dan hari Senin tanggal 13 Mei 2013, tim audit melakukan audit evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien dengan cara
membandingkan hasil dokumentasi keperawatan dengan SAK yang sudah ditetapkan. Evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan dilaksanakan mulai
tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan yang ada pada status pasien. Berdasarkan
hasil audit dengan membandingkan dokumentasi keperawatan pada status pasien yang sudah diisi dengan SAK yang ada maka ditemukan bahwa kelengkapan
dokumentasi keperawatan adalah 69 . Secara lebih rinci hasil bisa dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan
No Dokumen Proses Keperawatan
Prosentase
1 Pengkajian
67 2
Perumusan Diagnosa Keperawatan 65
3 Perencanaan
65 4
Implementasi 84
5 Evaluasi
64 Kelengkapan dokumentasi keperawatan
69
Mengumpulkan dan memverifikasi hasil temuan.
Setelah didapatkan data tentang kelengkapan dokumentasi keperawatan, tim audit mengumpulkan dan
Universita Sumatera Utara
memverifikasi hasil temuan kepada kepala ruang dan perawat ruang perawatan intensif pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2013 pukul 13.00-15.00 WIB. Kepala
ruang dan perawat ruang perawatan intensif mengakui bahwa hasil yang ditemukan adalah benar. Kepala ruang menyatakan bahwa memang rata-rata
perawat kurang memperhatikan dokumentasi keperawatan, tetapi karena keadaan pasien yang kritis perawat cenderung melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan keadaan pasien saat itu dan mencatat pada lembar implementasi keperawatan tanpa memperhatikan bahwa pengkajian dan diagnosa keperawatan
yang muncul sebelumnya tidak sesuai lagi dengan keadaan pasien saat itu.
Pertemuan tim audit. Setelah mendapatkan data kelengkapan
dokumentasi keperawatan, pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2013 pukul 13.00- 16.00 WIB tim audit berkumpul untuk menganalisa permasalahan yang
menyebabkan kelengkapan dokumentasi keperawatan 69 . Tim audit melakukan diskusi dan menganalisa masalah yang ditemukan dan merumuskannya dalam
bentuk laporan kemajuan berupa fishbone diagram Gambar 4.4. Berdasarkan diskusi tim audit, kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 69 dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia SDM, sarana dan prasarana, lingkungan kerja, komunikasi, prosedur, dan individu pasien.
Faktor SDM. Perawat ruang perawatan intensif seharusnya memiliki
keahlian dan pengalaman yang cukup dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan baik secara manual atau komputerisasi. Tetapi tim audit menganalisa
bahwa perawat ruang perawatan intensif belum cukup terampil dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan karena 62,5 perawat adalah perawat
Universita Sumatera Utara
tetap. Perawat tetap sudah memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun sehingga ketrampilan mereka dalam melaksanakan tindakan keperawatan akan
membutuhkan waktu yang singkat dalam melakukan tindakan keperawatan. Perawat kontrak dan orientasi memerlukan lebih banyak waktu dalam melakukan
tindakan keperawatan sehingga mereka akan memiliki waktu yang terbatas dalam mendokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Selain itu, tidak
semua perawat Ruang Perawatan Intensif dalam hal ini adalah perawat kontrak dan orientasi belum ahli mengoperasionalkan komputer untuk memasukkan data
pengakajian sampai dengan perencanaan keperawatan.
Faktor sarana dan prasarana. Sistem dokumentasi keperawatan di
Rumah Sakit Santa Elisabeth sudah menggunakan sistem komputerisasi, sehingga apabila terjadi kerusakan printer akan memiliki pengaruh yang besar terhadap
kelengkapan dokumentasi keperawatan. Printer yang rusak tidak bisa digunakan untuk mencetak asuhan keperawatan pasien mulai pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan maka perawat akan menuliskan tindakan keperawatan yang mereka lakukan pada status pasien. Sehingga besar
kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara diagnosa yang muncul pada saat pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan.
Faktor lingkungan kerja . Suara alat yang khas meningkatkan stress
perawat dan membuat perawat berfokus untuk melakukan tindakan keperawatan dan mengobservasi pasien dibandingkan mendokumentasikan tindakan di status
pasien.
Universita Sumatera Utara
Faktor komunikasi. Kurangnya komunikasi antara dokter-pasien dan
keluarga; antara dokter-perawat. Keadaan pasien yang kritis menyebabkan adanya ketegangan perawat dan dokter dalam merawat pasien. Selain itu, pasien dirawat
di ruangan perawatan intensif yang membutuhkan privasi tersendiri dan keluarga tidak diijinkan menemani pasien selama 24 jam.
Faktor prosedur. Prosedur penyediaan obat dan alat kesehatan terlalu
rumit. Ketersediaan obat dan prosedur yang rumit menyebabkan obat yang diterima perawat lama sehingga perawat mengalami kendala dalam melakukan
implementasi tindakan keperawatan.
Faktor individu. Pasien dengan penyakit sangat kompleks menyebabkan
perawat dituntut melakukan observasi secara ketat untuk melihat perkembangan pasien. Observasi yang ketat menyebabkan perawat mengalami tingkat stress yang
tinggi dan menyebabkan fokus tindakan perawat adalah mengobservasi saja dan melalaikan pendokumentasian yang seharusnya dikerjakan.
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.4. Fishbone Diagram Laporan Kemajuan Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan
KELENGKAPAN DOKUMENTASI
KEPERAWATAN 69
SUMBER DAYA MANUSIA
SARANA DAN PRASARANA FAKTOR LINGKUNGAN
KOMUNIKASI PASIEN
PROSEDUR
DOKTER-PERAWAT KURANG
PERAWAT-PASIEN- KELUARGA KURANG
PERAWAT BELUM AHLI MENGOPERASIONALKAN
KOMPUTER
62,5 PEGAWAI TETAP
PASIEN DENGAN PENYAKIT YANG SANGAT KOMPLEKS
LINGKUNGAN KRITIS
SUARA ALAT YANG KHAS
KOMPUTER DI RUANGAN TERSENTRALISASI
PROSEDUR PENYEDIAAN OBAT DAN ALAT
KESEHATAN PERAWAT TERLATIH DI RUANGAN
BELUM MEMENUHI SYARAT
ALAT RUSAK PRINTER
Universita Sumatera Utara
Rapat penutupan audit . Setelah dilakukan analisa tentang kemungkinan
penyebab kelengkapan dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif 69, maka pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.00-14.00 WIB. Pada
rapat ini tim audit mempresentasikan hasil penemuan terhadap evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan yang sudah dilaksanakan. Perawat ruang
perawatan intensif memperhatikan dengan baik dan memberikan komentar bahwa memang kesulitan mereka adalah dalam hal menulis di status pasien dan mereka
berjanji untuk memperbaiki perilaku mereka untuk mendokumentasikan dengan baik.
4.3.2.3. Tahap observation. Pada tahap observation dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan dan
kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dan kepuasan perawat kembali diukur
pada tanggal 20-24 Mei 2013. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa hampir seluruh perawat 94,7 memiliki pengetahuan tentang audit
dokumentasi keperawatan adalah baik. Data tentang kepuasan perawat didapatkan hasil bahwa 42,1 perawat menyatakan puas dan 57,9 perawat menyatakan
kurang puas terhadap audit dokumentasi keperawatan.
4.3.2.4. Tahap Reflection.
Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi persepsi perawat setelah dilakukan audit dokumentasi keperawatan, merumuskan faktor yang mendukung
penelitian dan merumuskan faktor yang menghambat penelitian.
Universita Sumatera Utara
Persepsi perawat setelah dilakukan audit dokumentasi keperawatan.
FGD yang dilaksanakan pada tahap reflection mendapatkan data tentang:
1. Pengalaman audit
Partisipan mengungkapkan bahwa setelah dilaksanakan audit dokumentasi keperawatan mereka baru menyadari bahwa selama ini mereka melakukan
kesalahan yaitu melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mereka buat
hanya satu diagnosa keperawatan saja sehingga sering terjadi perawat melaksanakan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan rencana keperawatan.
Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini. “saya berpendapat bahwa dalam menyusun diagnosa keperawatan
dan perencanaan sebaiknya tidak hanya satu diagnosa saja, karena perawat shift dinas yang lain mungkin menemukan diagnosa yang
berbeda sehingga antara implementasi dan evaluasi akan nyambung apabila diagnosa lebih dari dua.” Partisipan 3.
2. Manfaat audit
Partisipan mengungkapkan beberapa manfaat audit dokumentasi keperawatan. Audit bermanfaat bagi perawat sebagai bahan intropeksi diri atas
asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien, meminimalkan kesalahan perawat dan untuk memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan. Manfaat audit
dokumentasi keperawatan bagi pasien adalah untuk mempercepat kesembuhan pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan saat FGD pada
akhir penelitian seperti tercantum di bawah ini. “kalau dokumentasi diaudit maka perawat akan melaksanakan
asuhan keperawatan dengan sebenar-benarnya. Kalau perawatannya makin bagus sesuai dengan masukan yang diberikan
pada audit yaitu segala tindakan perawat harus sesuai dengan SPO.
Universita Sumatera Utara
Hal ini akan meminimalkan kesalahan perawat sehingga pasien akan lebih cepat sembuhnya.” Partisipan 3.
3. Kendala perawat dalam melakukan audit
Partisipan mengungkapkan dalam melaksanakan audit dokumentasi keperawatan, perawat mempunyai kendala waktu terbatas, kondisi pasien kritis,
dan belum bisa mengelola waktu dengan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini.
“Kami mendapatkan teori tentang audit juga baru-baru ini saja bu, jadi audit yang kami lakukan adalah masih perdana. Sehingga kami
memang belum bisa mengelola waktu kami dengan baik bu.” Partisipan 3.
4. Kendala perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan
Partisipan mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di rumah sakit. Kendala tersebut adalah
perawat tidak ahli menggunakan komputer, perawat yang membuat pengkajian sampai rencana keperawatan adalah perawat yang sama, perawat tidak membaca
rencana keperawatan shift dinas sebelumnya, dan perawat Ruang Perawatan Intensif tidak membuat pengkajian dan rencana keperawatan baru bagi pasien
pindahan dari ruangan lain. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit sebenarnya sudah komputerisasi tetapi ada beberapa perawat tidak
berani menggunakan komputer dengan alasan tidak ahli. Perawat membuat pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan
memakai komputer kemudian diprint. Implementasi dan evaluasi tidak didokumentasikan di komputer tetapi perawat masih mencatat di lembar
Universita Sumatera Utara
implementasi dan evaluasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini:
“terkadang perawat yang menerima pasien pindahan dari ruangan tidak membuat pengkajian sampai dengan renpra yang baru.
Sehingga sering diagnosa keperawatan yang diruangan sebelumnya itu yang ada di status pasien, sedangkan diagnosa keperawatan
yang baru sesuai dengan keadaan pasien yang dirawat di Ruang Perawatan Intensif sangat jauh berbeda dengan diagnosa di
ruangan. Ditambah lagi perawat icu melakukan implementasi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang terbaru, tetapi tidak dibuat print
yang baru jadi seolah-olah diagnosa, implementasi dan evaluasi sangat bertolak belakang.” Partisipan 2.
5. Kesan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan.
Pada saat diminta memberikan kesan terhadap audit yang telah dilaksanakan, partisipan merasa terkesan senang dan bangga menjadi tim audit
karena tidak mendapatkan ilmu tersebut di bangku perkuliahan. Tetapi di sisi lain partisipan mengatakan bahwa audit membutuhkan waktu diluar pekerjaan mereka
sebagai perawat, sehingga mereka mengusulkan supaya tim audit diberikan insentif atau pada saat melakukan audit mereka dibebastugaskan sementara dari
pekerjaan sebagai perawat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini:
“Saya juga senang bu. Tetapi capek ya bu jadi tim audit karena ada tambahan pekerjaan baru di samping menjadi perawat biasa.
Maunya bu, nanti kalau memang tim ini disahkan oleh direksi maka kamipun mendapatkan insentif kami atau pada saat kami mengaudit
jam kerja kami di icu bisa kami tinggalkan untuk mengaudit selama beberapa hari, sehingga kami bisa lebih berfokus terhadap audit.”
Partisipan 3.
Faktor yang menghambat penelitian. Selama melaksanakan penelitian
ada beberapa faktor yang menghambat penelitian, yaitu waktu untuk berkumpul terbatas karena perawat dinas selama 3 shift, perawat kurang berani
Universita Sumatera Utara
mengungkapkan perasaan atau memberikan masukan kritik atas terlaksananya audit dokumentasi keperawatan, komunikasi perawat dalam ruang perawatan
intensif kurang, dan perawat dihadapkan pada situasi pasien yang kritis. Pengambilan data kelengkapan dokumentasi keperawatan yang semula
direncanakan dalam waktu satu minggu menjadi dua minggu karena waktu yang tidak sesuai antara anggota tim audit.
Faktor yang mendukung penelitian. Faktor yang mendukung penelitian
ini adalah kemauan perawat untuk berubah sangat tinggi dan manajemen RS sangat mendukung untuk dilaksanakan perubahan. Kesediaan perawat untuk
dilakukan interview atau diskusi ulang merupakan faktor yang menunjang
kelancaran kegiatan penelitian. Pengambilan data berupa interview, FGD atau
diskusi yang direncanakan dilaksanakan sekali untuk mengetahui persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan memerlukan data tambahan melalui
interview dengan beberapa perawat. Siklus action research secara keseluruhan digambarkan dalam gambar 4.5.
4.4. Outcome action research
Setelah dilakukan rangkaian kegiatan penelitian maka hasil dari penelitian akan terlihat dari beberapa perubahan di Ruang Perawatan Intensif. Outcome dari
penelitian berupa terciptanya alur audit dokumentasi keperawatan, tersusunnya uraian tugas tim audit dokumentasi keperawatan dan kesepakatan pemakaian
instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan milik Depkes RI. Secara rinci outcome penelitian bisa dilihat pada tabel 4.3.
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.3. Outcome Penelitian
Indikator Sebelum
Sesudah
Alur audit dokumentasi keperawatan
Tidak ada sudah ada alur audit
dokumentasi keperawatan berdasarkan teori PDCA
Uraian tugas tim audit Tidak ada
sudah ada Format instrumen evaluasi
dokumentasi keperawatan Depkes RI
Depkes RI
4.5. Dampak Action Research
Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui dampak yang bisa dinilai secara statistik. Dampak positif menunjukkan pengetahuan
perawat mengalami peningkatan.
Pengetahuan Perawat. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi
mengalami peningkatan skor setelah dilakukan seminar dan kegiatan penelitian. Uji statistik wilcoxon terhadap pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi
keperawatan menunjukkan p=0,014 sehingga bisa disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan perawat sebelum dan sesudah
dilaksanakan penelitian.
Tabel 4.4. Perbedaan Pengetahuan Perawat tentang Audit Dokumentasi Keperawatan Pre dan Post Penelitian
Nilai Pre
Post
Rata-rata skor 14
18 Prosentase:
Baik Kurang Baik
63,20 36,80
94,70 5,30
p-value 0,014
Kepuasan perawat.
Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan apabila dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan dari skor
awal 53,42 menjadi 54,68. Tetapi dengan uji statistik Wilcoxon menunjukkan
Universita Sumatera Utara
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kepuasan perawat dengan nilai p=1,000.
Tabel 4.5. Perbedaan Kepuasan Perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan Pre dan Post Penelitian
Nilai Pre
Post
Rata-rata skor 53,42
54,68 Prosentase:
Puas Kurang Puas
42,1 57,9
42,1 57,9
p-value 1,000
Universita Sumatera Utara
Gambar 4.5. Siklus action research pengembangan audit dokumentasi keperawatan Ruang Perawatan Intensif
PERMASALAHAN: Sistem audit dokumentasi keperawatan
belum optimal
PLANNING:
1. Tujuan: Mengembangkan sistem audit
dokumentasi keperawatan 2.
Rencana pelaksanaan: a. Merencanakan pengembangan
sistem audit dokumentasi keperawatan
b. Menyusun materi dokumentasi keperawatan
c. Menyusun proposal seminar audit dokumentasi keperawatan
3. Strategi: a. Pendekatan dengan pihak
manajerial RS b. Kerjasama dengan kepala ruang
perawatan intensif c. Kerjasama dengan perawat ruang
intensif
REFLECTION: 1. Tersusun uraian tugas dan wewenang
tim audit 2. Tercipta alur audit dok. Kep.
3. Pembakuan pemakaian format ceklist kelengkapan dokumentasi
keperawatan Depkes RI 4. Peningkatan pengetahuan perawat
5. Kepuasan perawat tidak mengalami peningkatan
6. Faktor yang menghambat : a. Keterbatasan waktu
b. Perawat dihadapkan pada situasi pasien yang kritis
c. Perawat kurang pandai mengelola waktu
7. Faktor yang mendukung: a. Kemauan perawat untuk berubah
tinggi b. Dukungan dari manajerial RS
ACTION:
1. Mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan:
a. Membentuk tim audit b. Tim audit menyusun uraian tugas
tim audit c. Tim audit menetapkan pemakaian
checklist kelengkapan dokumentasi Depkes RI
d. Tim audit menyusun alur audit dok. Keperawatan
e. Tim audit melaksanakan program audit dokumentasi keperawatan
f. Tim audit menyusun laporan kemajuan
2. Memberikan materi dokumentasi keperawatan
3. Mengadakan seminar audit dokumentasi keperawatan
OBSERVATION:
1. Mengukur pengetahuan perawat 2. Mengukur kepuasan perawat
3. Mengukur kelengkapan dokumentasi keperawatan
Revised plan
RECONNAISSANCE:
1. Gugus kendali mutu memang sudah ada tetapi belum berfungsi secara maksimal
2. kelengkapan dokumentasi keperawatan 60-80 3. Belum ada tim audit dokumentasi keperawatan
4. Pengalaman audit: ronde keperawatan, supervisi dan akreditasi
5. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan 36,8 kurang baik
6. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan 57,9 kurang puas.
Universita Sumatera Utara
Tabel 4.5. Kegiatan pada siklus action research
PLANNING ACTION OBSERVATION
REFLECTION 1-14 April 2013
15 April 2013 – 19 Mei 2013 20-24 Mei 2013
25-31 Mei 2013
a. Merencanakan pengembangan sistem
audit dokumentasi keperawatan
a. Membentuk tim audit 15 April 2013
e. Mengevaluasi kegiatan penelitian
yang sudah dilakukan b. Tim audit menyusun uraian
tugas 22-27 April 2013 f. Menentukan faktor
pendukung perubahan c. Tim audit menetapkan
instrumen evaluasi yang akan dipakai
g. Menentukan faktor penghambat
perubahan d. Tim audit menyusun alur audit
dok. Keperawatan 22-27 April 2013
e. Tim audit melaksanakan program audit dokumentasi
keperawatan 6-18 Mei 2013
b. Menyusun materi dokumentasi keperawatan
Memberikan materi dokumentasi keperawatan 29 April 2013
c. Menyusun proposal
seminar audit dokumentasi keperawatan
Mengadakan seminar audit dokumentasi keperawatan
8 Mei 2013 a. Mengukur pengetahuan
perawat tentang audit dokumentasi keperawatan
b. Mengukur kepuasan kerja perawat tentang audit
dokumentasi keperawatan c. Mengolah hasil pengambilan
data akhir proses penelitian
Universita Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Pembahasan membahas kesenjangan antara pelaksanaan penelitian dengan teori dan peneliti memberikan argumentasi atau alasan kenapa terjadi kesenjangan
tersebut. Pada bab ini akan dibahas proses pelaksanaan action research, pengembangan audit dokumentasi keperawatan di Unit Perawatan Intensif,
pelajaran yang didapat oleh peneliti lesson learned dan keterbatasan penelitian.
5.1. Proses pelaksanaan action research
Penelitian action research membutuhkan keterlibatan secara aktif dari partisipan, sehingga program yang telah dibuat peneliti bisa berubah sesuai
dengan keadaan dan kemampuan partisipan. Pelaksanaan audit dokumentasi keperawatan yang semula direncanakan satu minggu, tetapi pada pelaksanaannya
terlaksana selama dua minggu. Keadaan ini terjadi karena di ruang perawatan intensif menggunakan 3 shift dinas, beban kerja perawat tinggi dan menggunakan
metode penugasan kasus. Kondisi tersebut diatasi dengan cara peneliti dan partisipan menggunakan waktu istirahat dinas pagi dan partisipan yang dinas sore
datang lebih awal. Pengalaman peneliti tersebut sesuai dengan pengalaman Simpson 2008 yang meneliti tentang perubahan perilaku siswa dalam belajar di
kelas dengan menggunakan metode action research. Simpson menyatakan bahwa selama melakukan proses penelitian ada beberapa perubahan program yang dibuat
oleh peneliti.
Universita Sumatera Utara