Karakteristik Demografi Partisipan Outcome action research Dampak Action Research

4.2. Karakteristik Demografi Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 19 orang dengan latar belakang pendidikan diploma tiga keperawatan. Partisipan yang berusia 20-40 tahun sebanyak 68,42 dan status kepegawaian pegawai tidak tetap adalah 73,69. Karakteristik demografi partisipan secara lebih rinci akan dijelaskan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan n=19 NO Karakteristik Frekuensi f Persentase 1. Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan 1 18 5,27 94,73 2. Umur : 20-40 41-60 13 6 68,42 31,58 3. Tingkat Pendidikan : SMASPK Diploma - 19 - 100 4. Status kepegawaian : Pegawai tidak tetap Pegawai tetap 14 5 73,69 26,31

4.3. Proses Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan

Proses pengembangan audit dokumentasi keperawatan akan dijelaskan menjadi 2 tahap penelitian action research. Tahap pertama menjelaskan tentang tahap reconnaissance mulai dari pendekatan kepada lahan penelitian sampai dengan mendapatkan masalah yang akan diteliti. Tahap kedua menjelaskan siklus action research mulai dari tahap planning, action dan observation serta reflection.

4.3.1. Tahap reconnaissance

Tahap ini dilaksanakan peneliti selama 4 bulan mulai bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Peneliti membaur dengan lahan penelitian Universita Sumatera Utara untuk mencari data awal dan masalah yang diteliti. Pendekatan dengan pihak manajemen terkait juga diupayakan untuk mendapatkan ijin penelitian. Tahap reconnaisance dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang: 1 setting tempat penelitian dan partisipan, 2 persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan, 3 audit yang pernah dilaksanakan di ruangan, 4 pengetahuan perawat tentang audit keperawatan dan 5 kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan.

4.3.1.1. Setting tempat penelitian dan partisipan

Ruang Perawatan Intensif dibagi menjadi 3 unit perawatan intensif dengan kapasitas 19 tempat tidur. Unit perawatan intensif tersebut adalah Pediatric Intensive Care Unit PICU, Intensive Cardiac Care Unit ICCU dan Intensive Care Unit ICU. Kapasitas tempat tidur ruang ICU=7 TT, PICU=4 TT dan ICCU=8 TT. Pada tahun 2013 PICU baru dibentuk dan belum berfungsi secara optimal, karena sedang membekali perawat dengan pelatihan khusus. Secara umum denah Ruang Perawatan Intensif digambarkan pada Gambar 4.2. Gambar 4.2. Denah Ruang Perawatan Intensif PICU ICCU ICU Nurse station Nurse station Nurse station Universita Sumatera Utara Jumlah perawat di Ruang Perawatan Intensif sebanyak 24 orang, 1 orang kepala ruang dan 23 orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan DIII keperawatan dan satu orang lulusan SPK sedang melaksanakan tugas belajar D3 Keperawatan. Pegawai tetap berjumlah 15 orang 62,5 dan 9 37,5 orang merupakan pegawai orientasi dan kontrak. Ruang Perawatan Intensif menggunakan metode penugasan kasus dan dinas terbagi dalam 3 shift dinas. 4.3.1.2. Persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan Persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dijelaskan menjadi enam pokok bahasan, yaitu: 1. Pengalaman audit Partisipan mengungkapkan bahwa mereka mempunyai pengalaman audit berupa akreditasi, ronde keperawatan dan supervisi. Ronde keperawatan di rumah sakit rutin dilakukan oleh supervisor keperawatan. Ronde keperawatan mengevaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan dan prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan. Kelengkapan dokumentasi keperawatan dilakukan oleh petugas rekam medis. Status pasien yang dikirim ke rekam medis belum lengkap maka akan dikembalikan ke ruangan oleh petugas rekam medis. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini: “kadang tiba-tiba ada status pasien pulang yang sudah diantar ke rekam medis dikembalikan ke ruangan untuk dilengkapi kembali” Partisipan 6. 2. Manfaat audit bagi pasien dan perawat Partisipan menyatakan bahwa audit sangat bermanfaat untuk perawat dan pasien. Bagi perawat audit bermanfaat untuk memperbaiki kekurangan perawat, Universita Sumatera Utara mengingatkan perawat, dan meningkatkan perawatan kepada pasien. Audit akan mendorong perawat untuk bertindak hati-hati dan tidak melakukan kesalahan. Audit akan menemukan kekurangan dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan dan diberikan pemecahan atas masalah tersebut. Audit bermanfaat bagi pasien karena dengan perawatan yang baik akan mempercepat kesembuhan pasien dan meminimalkan biaya perawatan. Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini: “kita disuruh memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan” Partisipan 2. “... supaya perawat berhati-hati dan tidak melakukan kesalahan yang sama bu” Partisipan 3. 3. Tim audit Partisipan mengungkapkan bahwa audit dokumentasi keperawatan membutuhkan tim tersendiri yang beranggotakan perawat tetapi tugasnya khusus untuk mengaudit. Tim khusus tersebut diperlukan karena perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang sebaik-baiknya terhadap pasien sehingga perawat ruangan akan berfokus dalam merawat pasien. Tim audit yang beranggotakan perawat akan sangat menguntungkan karena tim sudah mengetahui tugas dan tanggung jawab perawat serta prosedur tindakan perawatan sehingga mudah untuk memberikan masukan, bimbingan dan saran atas kekurangan perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini: “perawat akan sibuk melakukan askep ke pasien jadi maunya perawat yang menjadi tim tidak melakukan tindakan langsung ke pasien sehingga memang khusus melakukan audit”Partisipan 4. Universita Sumatera Utara “lebih bagus perawat yang mengaudit dibanding orang lain. Sudah tahu dia konsepnya misalkan SPOnya dan dia tahu kelemahannya. Kalau dari umum belum tentu dia mengatakan kelemahannya” Partisipan 7. 4. Pentingnya dokumentasi keperawatan Partisipan menyatakan bahwa dokumentasi sangat penting bagi perawat karena merupakan bukti bahwa perawat sudah melaksanakan tindakan keperawatan, melindungi perawat dari hukum dan sebagai alat untuk melaksanakan tindakan keperawatan secara berkesinambungan. Hal ini sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini: “untuk melakukan tindakan keperawatan secara berkelanjutan. Jadi bisa melihat dari shift sebelumnya apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan” Partisipan 6. 5. Kendala perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan Dalam penelitian ini, partisipan mengungkapkan ada banyak kendala yang dihadapi perawat dalam melakukan audit dokumentasi keperawatan adalah karena perawat dihadapkan pada situasi pasien kritis dan terkait dengan pribadi perawat sendiri. Kondisi pasien yang kritis menuntut perawat lebih berfokus untuk melakukan observasi dan melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien dibandingkan dengan mencatat ke status pasien. Perawat juga memiliki andil yang besar dalam dokumentasi keperawatan karena tidak semua perawat memperhatikan pendokumentasian pada pasien, ada beberapa perawat yang memang meluangkan waktu mendokumentasikan tindakan keperawatan yang baru dilaksanakannya. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan sebagai berikut: “...waktu memang terbatas karena pasien kami kritis”Partisipan 7 Universita Sumatera Utara “pribadi perawatnya sendiri sih bu. Kalau dia mau mendokumentasikan ya pasti bisa” Partisipan 4. 6. Sikap perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan Partisipan mengungkapkan bahwa pada prinsipnya perawat menyatakan bersedia dilakukan audit dokumentasi keperawatan karena dengan diaudit mereka akan ditunjukkan kelemahan mereka untuk menjadi lebih baik lagi sehingga dapat memperbaiki kelemahan tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kemauan perawat untuk berubah tinggi. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini: “ga pa-pa. kami tidak pernah diberikan hukuman kok. Hanya ditegur saja” Partisipan 11.

4.3.1.3. Audit yang sudah dilakukan di ruangan.

Ruang Perawatan Intensif melakukan pengendalian mutu berupa: pengukuran kepuasan pasien terhadap pelayanan ruang intensif, ronde keperawatan, dan kegiatan panitia pengendalian mutu RS. Kepuasan pasien terhadap pelayanan ruang intensif. Kepala ruang perawatan intensif mennyatakan bahwa hasil angket kepuasan pasien tiap bulan menunjukkan rata-rata 60-80 pasien merasa puas terhadap pelayanan ruang perawatan intensif. Kepuasan perawat belum diukur secara tersendiri karena kuesioner kepuasan yang ada digunakan untuk mengukur kepuasan pasien keluarga terhadap team work di Ruang Perawatan Intensif. Ronde keperawatan. Wadir pelayanan keperawatan secara rutin melakukan ronde keperawatan ke ruangan dengan tujuan mensurvei secara Universita Sumatera Utara langsung pelaksanaan keperawatan. Jadwal ronde keperawatan untuk setiap ruangan adalah 1 kali dalam 2 bulan. Evaluasi pelaksanaan keperawatan diadakan rapat bersama supervisor setiap 6 bulan sekali dan Wadir pelayanan keperawatan bertanggung jawab dan menindaklanjuti masalah yang ada. Kegiatan panitia pengendalian mutu RS. Kepala ruang perawatan intensif Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, menyatakan bahwa Panitia pengendalian mutu memang sudah ada, namun belum terlaksana secara maksimal. Kegiatan panitia pengendalian mutu lebih difokuskan pada pencapaian dimensi mutu perawat yaitu menyelenggarakan kegiatan pelatihan pelatihan penanganan gawat darurat PPGD bagi para perawat, manajemen asuhan keperawatan, resusitasi jantung paru sementara RJPS, pelatihan elektro kardiografi EKG dasar, dan pelatihan penggunaan alat-alat di ruang perawatan intensif. Kepala ruang menyatakan bahwa kelengkapan dokumentasi keperawatan hanya mencapai 60-80. Selain data kualitatif yang diperoleh, dalam penelitian ini juga memantau data kuantitatif sesuai dengan indikator mutu pelayanan keperawatan yaitu pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dan kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan.

4.3.1.4. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan

Berdasarkan hasil kuesioner KPP-ADK maka diperoleh data bahwa 63,2 pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan adalah baik sedangkan 36,8 partisipan menunjukkan kurang baik dengan skor rata-rata 14. Universita Sumatera Utara

4.3.1.5. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan

Berdasarkan hasil kuesioner KKP maka didapatkan data bahwa 42,1 perawat merasa puas terhadap audit dokumentasi keperawatan dan 57,9 menunjukkan kurang puas dengan skor rata-rata 53,42. Tahap reconnaissance yang sudah dilaksanakan menemukan beberapa permasalahan yang ada di Ruang Perawatan Intensif terkait dengan mutu dokumentasi keperawatan. Berdasarkan data yang sudah ditemukan dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada beberapa masalah yang muncul pada di Ruang Perawatan Intensif sebagai berikut: 1. Pengendalian mutu di ruangan dilaksanakan oleh panitia pengendalian mutu pada tingkat rumah sakit. 2. Panitia pengendalian mutu memang sudah ada tetapi belum berfungsi secara maksimal 3. Data kelengkapan dokumentasi keperawatan 60-80 4. Belum ada tim audit dokumentasi keperawatan di ruang perawatan intensif 5. Pengalaman perawat dalam audit hanya sebatas pada pelaksanaan ronde keperawatan, supervisi dan akreditasi rumah sakit 6. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan menunjukkan hasil 36,8 kurang baik 7. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan menunjukkan 57,9 kurang puas. Universita Sumatera Utara Dari permasalahan yang ditemukan maka disusunlah tahap planning untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan action, observation dan reflection.

4.3.2. Tahap planning, action dan observation, serta reflection

Pelaksanaan action research pada penelitian ini adalah satu siklus action research. iklus action research pengembangan audit dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif RS Santa Elisabeth Medan melalui tahapan planning, action dan observation serta reflection. Setiap tahapan action research mencakup kegiatan yang dilakukan oleh peneliti.

4.3.2.1. Tahap Planning.

Setelah merumuskan masalah pada tahap reconnaisance maka pada tahap planning disusunlah rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahap penelitian berikutnya. Tahap planning dilaksanakan pada tanggal 1-14 April 2013 dan bertujuan untuk mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif. Tahap ini direncanakan beberapa kegiatan untuk mendukung tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Adapun beberapa kegiatan itu adalah mengembangkan audit dokumentasi keperawatan dan menyusun proposal seminar audit dokumentasi keperawatan. Strategi yang dipakai dalam tahap ini adalah melakukan pendekatan kepada pihak manajerial RS supaya mendukung terlaksananya program, pendekatan dengan kepala ruang perawatan intensif supaya memberikan ijin kepada perawat untuk melaksanakan program audit dokumentasi keperawatan, dan pendekatan kepada perawat yang telah Universita Sumatera Utara bersedia menjadi partisipan untuk meluangkan waktu melaksanakan audit dokumentasi keperawatan.

4.3.2.2. Tahap Action.

Kegiatan utama yang dilakukan, yaitu pertemuan dengan staf manajerial RS, pemberian materi tentang dokumentasi keperawatan, seminar tentang audit dokumentasi keperawatan, dan pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan. Sedangkan pada tahap observation dilaksanakan kegiatan pemeriksaan kelengkapan dokumentasi keperawatan dan self report untuk mengobservasi pengetahuan dan kepuasan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan. Pertemuan dengan staf manajerial RS. Tanggal 29 April 2013 diadakan pertemuan dengan Wadir Pelayanan Keperawatan, Kasie Diklat, Kasie SDM, dan kelompok kerja Pokja Akreditasi. Peneliti menyampaikan keinginan dari perawat Ruang Perawatan Intensif untuk diadakan seminar audit dokumentasi keperawatan. Pihak Wadir Keperawatan, Kasie Diklat, dan Kasie SDM sangat mendukung untuk diadakan seminar tentang audit dokumentasi keperawatan. Mereka akan menyampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan akan mempermudah operasional seminar. Seminar audit disetujui untuk dilaksanakan dan pihak RS meminta supaya seminar dilaksanakan untuk seluruh perawat di RS bukan hanya di Unit Perawatan Intensif. RS bersedia melengkapi prosedur administrasi untuk mempermudah pelaksanaan seminar, misalnya: membuat surat ke narasumber dan undangan ke perawat, menyediakan tempat dan perlengkapan seminar. Universita Sumatera Utara Pemberian materi tentang dokumentasi keperawatan. Tanggal 29 April 2013 pukul 11.00-13.00 WIB diberikan materi tentang dokumentasi keperawatan NANDA, NOC dan NIC untuk perawat di RS Santa Elisabeth Medan. Pemberian materi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang cara mendokumentasikan asuhan keperawatan diikuti oleh 24 perawat dari perwakilan tiap ruang perawatan, Kasie SDM, Wadir Pelayanan keperawatan, dan Kasie Diklat. Materi yang diberikan dikelompokkan menjadi dua materi yaitu dokumentasi keperawatan NANDA, NOC, NIC dan teori keperawatan Orlando yang dikenal dengan “Discipline Nursing Process”. Materi adalah dokumentasi keperawatan NANDA, NOC dan NIC yang dibawakan seorang dosen STIKes Santa Elisabeth Medan, yaitu Ibu Siti Meilan.,S.Kep.,Ns, sedangkan peneliti memberikan materi tentang “discipline nursing process” yang mengutamakan proses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Teori “discipline nursing process” merupakan teori praktek reflektif yang berdasarkan adanya masalah dan untuk menyelesaikan situasi yang bermasalah . M asalah yang tidak ditemukan tidak akan dapat diselesaikan sehingga ketika menggunakan teori “discipline nursing process” maka sentralitas pasien selalu diutamakan Seminar audit dokumentasi keperawatan. Seminar “Aplikasi Action Research dalam Pengembangan Audit Dokumentasi Keperawatan” pada hari . peserta tampak antusias bahkan meminjam beberapa buku rujukan yang disarankan oleh narasumber dan meminta supaya diberikan contoh kasus cara pendokumentasian yang lebih nyata. Dokumentasi selama seminar bisa dilihat pada lampiran 4. Universita Sumatera Utara Rabu tanggal 8 Mei 2013 pukul 10.00–13.30 WIB. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan. Seminar diikuti oleh 60 perawat dari seluruh bagian di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Ada dua materi yang diberikan dalam seminar ini, yaitu action research dan audit dokumentasi keperawatan. Materi tentang action research diberikan oleh peneliti sendiri dengan waktu presentasi 30 menit. Sedangkan materi tentang audit dokumentasi keperawatan diberikan oleh bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.D dengan waktu presentasi selama 45 menit. Dokumentasi selama seminar dapat dilihat pada lampiran 4. Selama pemberian materi peserta tampak antusias dan memperhatikan penjelasan dari narasumber. Pada saat diskusi peserta cenderung tertarik dan memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang diberikan. Selain itu, salah satu perawat Ruang Perawatan Intensif mengungkapkan bahwa sebenarnya perawat Ruang Perawatan Intensif sudah melaksanakan tindakan keperawatan dengan benar akan tetapi dokumentasi keperawatan belum dilaksanakan dengan baik. Ada kecenderungan perawat dengan seoptimal mungkin bekerja tetapi karena tidak mendokumentasikan maka dinilai tidak bagus kerjanya. Kasie sumber daya manusia mengungkapkan bahwa asuhan keperawatan dilaksanakan dengan baik diawali dengan perumusan diagnosa dan direncanakan terlebih dahulu baru dilaksanakan. Kendala yang dihadapi oleh Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah perawat lebih mengutamakan melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dan mengesampingkan pendokumentasian. Hal ini mengakibatkan sering terjadi perencanaan tidak terdokumentasi. Perawat terus Universita Sumatera Utara mengembangkan teknik pendokumentasian yang sederhana bahkan sudah mulai mengembangkan pendokumentasian NANDA, NOC, dan NIC. Bahkan sudah mulai ada upaya untuk memasukkan pendokumentasian NANDA, NOC, dan NIC ke dalam sistem komputerisasi. Pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan. Langkah- langkah dalam mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan adalah:

1. Pembentukan tim audit dokumentasi keperawatan

Tim audit dokumentasi keperawatan disusun pada tanggal 15 April 2013. Tim audit yang terdiri dari satu orang ketua, satu orang sekretaris dan satu orang anggota disahlan oleh kepala ruang dan akan diusahakan untuk diajukan ke pihak manajerial untuk penerbitan Surat Keputusan Direktur Tim audit yang telah dibentuk sepakat untuk mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan program audit dokumentasi keperawatan.

2. Penyusunan uraian tugas tim audit.

Tim audit yang dipilih menyusun uraian tugas, yaitu: menyusun dan mempelajari instrumen evaluasi, meneliti kelengkapan data audit, menjelaskan ketidaksesuaian yang ditemukan kepada pihak auditee, membuat konsep surat pernyataan penyerahan data audit, membuat kertas kerja audit terkait dengan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh auditor, auditor membuat laporan kemajuan, menyiapkan data dan ikut dalam pembahasan akhir, membuat konsep dan menandatangani berita acara hasil audit. Rangkaian uraian tugas tim audit ini diadopsi dari tugas penanggung jawab audit oleh Suardi 2004 dan disesuaikan Universita Sumatera Utara dengan keadaan yang ada di Ruang Perawatan Intensif. Kegiatan ini berlangsung selama enam hari yaitu pada tanggal 22-27 April 2013.

3. Penetapan instrumen evaluasi yang akan dipakai

Selama enam hari 22-27 April 2013 bersamaan dengan penyusunan uraian tugas tim audit, tim yang sudah terpilih menyusun program audit dokumentasi keperawatan dan memutuskan memakai instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI. Instrumen tersebut dipakai dengan mempertimbangkan saran dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit KARS merekomendasikan instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI pada akreditasi RS.

4. Penyusunan alur audit dokumentasi keperawatan

Pada tanggal 22-27 April 2013, tim audit dokumentasi keperawatan menyusun alur audit dokumentasi keperawatan pada Gambar 4.2. Alur audit yang disusun mengadopsi teori PDCA, sehingga alur yang dibuat memiliki 4 langkah yaitu Plan, Do, Check dan Act. Tahap Plan. Pada tahap ini dikumpulkan semua dokumen yang akan diaudit dan tim audit harus mengetahui uraian tugasnya. Tim audit harus mempersiapkan format-format untuk mengevaluasi dokumentasi keperawatan. Tahap Do. Pada tahap ini perawat ruangan melakukan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan teknik pendokumentasian sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. Tahap Check. Pada tahap inilah tim audit dokumentasi keperawatan mulai bekerja untuk melakukan evaluasi atas pendokumentasian asuhan keperawatan Universita Sumatera Utara yang sudah dilaksanakan oleh perawat. Adapun rangkaian kegiatan dalam tahap ini adalah rapat pembukaan, menggunakan daftar periksa, mengaudit dokumentasi keperawatan, mengumpulkan dan memverifikasi informasi, temuan audit, pertemuan tim audit, rapat penutupan, dan pelaporan audit. Tahap Act. Pada tahap ini pihak manajemen rumah sakit mempertimbangkan masukan dan saran yang sudah dibuat oleh tim audit pada laporan yang sudah diberikan. Mereka mengadakan pertemuan untuk meninjau ulang hasil dari audit dan memutuskan rencana tindakan berikutnya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan. Universita Sumatera Utara Gambar 4.3. Alur Audit Dokumentasi Keperawatan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan 1 Rapat Pembukaan 2 Menggunakan daftar periksa 4 Mengumpulkan dan memverifikasi informasi 3 Mengaudit dokumentasi keperawatan 7 Rapat penutupan 8 Pelaporan audit PLAN Rapat Tinjauan Manajeman Perbaikan mutu DO CHECK ACT 1. DOKUMEN REKAM MEDIS 2. URAIAN TUGAS TIM AUDIT 3. DOKUMEN SAK SPO 5 Hasil temuan 6 Pertemuan tim audit Universita Sumatera Utara

5. Pelaksanaan program audit dokumentasi keperawatan

Program audit dokumentasi keperawatan berupa evaluasi kelengkapan dokumentasi proses keperawatan pada status pasien yang dilaksanakan selama 2 minggu. Tiga orang perawat yang terpilih menjadi tim audit dokumentasi keperawatan menyesuaikan waktu dinas untuk melaksanakan audit dokumentasi keperawatan pada tanggal 6-18 Mei 2013. Rapat Pembukaan. Kegiatan audit dokumentasi keperawatan dimulai dengan Rapat Pembukaan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 6 Mei 2013 pukul 13.00-14.00 WIB yang diikuti 9 orang perawat dinas pagi dan sore. Pada rapat pembukaan dijelaskan tentang pelaksanaan program audit kepada kepala ruang dan perawat Ruang Perawatan Intensif berupa evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien. Menggunakan daftar periksa. Tim audit menggunakan instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI untuk mengevaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien yang di rawat di ruang perawatan intensif pada bulan April 2013. Kelengkapan dokumentasi keperawatan dilakukan dengan membandingkan hasil dokumentasi pada status pasien dengan standar yang sudah ditetapkan oleh RS. Ruang Perawatan Intensif memiliki dokumen yang berisi standar yang harus dicapai, yaitu Standar Asuhan Keperawatan SAK untuk sepuluh diagnosa yang sering muncul di Ruang Perawatan Intensif meliputi trauma kapitis, stroke hemorhagic, demam berdarah dengue, stroke non hemorhagic, gagal ginjal kronis, gagal jangtung kongestif, meningitis, infark miokard akut, pneumonia + gagal napas, TB paru, pemakain ventilator mekanik. Universita Sumatera Utara Penerapan SAK di RS ditetapkan oleh Direktur RS Santa Elisabeth Medan dengan no. SK 038-ADir-RSESKVI2011. Sistem pendokumentasian keperawatan sudah memakai komputerisasi dengan format dokumentasi asuhan keperawatan sesuai dengan SAK yang sudah ditetapkan. Format dokumentasi keperawatan dilampirkan pada status pasien. Mengaudit Dokumentasi keperawatan. Hari Jumat tanggal 10 Mei 2013 dan hari Senin tanggal 13 Mei 2013, tim audit melakukan audit evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan pada status pasien dengan cara membandingkan hasil dokumentasi keperawatan dengan SAK yang sudah ditetapkan. Evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan dilaksanakan mulai tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan yang ada pada status pasien. Berdasarkan hasil audit dengan membandingkan dokumentasi keperawatan pada status pasien yang sudah diisi dengan SAK yang ada maka ditemukan bahwa kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 69 . Secara lebih rinci hasil bisa dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Hasil evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan No Dokumen Proses Keperawatan Prosentase 1 Pengkajian 67 2 Perumusan Diagnosa Keperawatan 65 3 Perencanaan 65 4 Implementasi 84 5 Evaluasi 64 Kelengkapan dokumentasi keperawatan 69 Mengumpulkan dan memverifikasi hasil temuan. Setelah didapatkan data tentang kelengkapan dokumentasi keperawatan, tim audit mengumpulkan dan Universita Sumatera Utara memverifikasi hasil temuan kepada kepala ruang dan perawat ruang perawatan intensif pada hari Selasa tanggal 14 Mei 2013 pukul 13.00-15.00 WIB. Kepala ruang dan perawat ruang perawatan intensif mengakui bahwa hasil yang ditemukan adalah benar. Kepala ruang menyatakan bahwa memang rata-rata perawat kurang memperhatikan dokumentasi keperawatan, tetapi karena keadaan pasien yang kritis perawat cenderung melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan keadaan pasien saat itu dan mencatat pada lembar implementasi keperawatan tanpa memperhatikan bahwa pengkajian dan diagnosa keperawatan yang muncul sebelumnya tidak sesuai lagi dengan keadaan pasien saat itu. Pertemuan tim audit. Setelah mendapatkan data kelengkapan dokumentasi keperawatan, pada hari Kamis tanggal 16 Mei 2013 pukul 13.00- 16.00 WIB tim audit berkumpul untuk menganalisa permasalahan yang menyebabkan kelengkapan dokumentasi keperawatan 69 . Tim audit melakukan diskusi dan menganalisa masalah yang ditemukan dan merumuskannya dalam bentuk laporan kemajuan berupa fishbone diagram Gambar 4.4. Berdasarkan diskusi tim audit, kelengkapan dokumentasi keperawatan adalah 69 dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber daya manusia SDM, sarana dan prasarana, lingkungan kerja, komunikasi, prosedur, dan individu pasien. Faktor SDM. Perawat ruang perawatan intensif seharusnya memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan baik secara manual atau komputerisasi. Tetapi tim audit menganalisa bahwa perawat ruang perawatan intensif belum cukup terampil dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan karena 62,5 perawat adalah perawat Universita Sumatera Utara tetap. Perawat tetap sudah memiliki masa kerja lebih dari 3 tahun sehingga ketrampilan mereka dalam melaksanakan tindakan keperawatan akan membutuhkan waktu yang singkat dalam melakukan tindakan keperawatan. Perawat kontrak dan orientasi memerlukan lebih banyak waktu dalam melakukan tindakan keperawatan sehingga mereka akan memiliki waktu yang terbatas dalam mendokumentasikan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan. Selain itu, tidak semua perawat Ruang Perawatan Intensif dalam hal ini adalah perawat kontrak dan orientasi belum ahli mengoperasionalkan komputer untuk memasukkan data pengakajian sampai dengan perencanaan keperawatan. Faktor sarana dan prasarana. Sistem dokumentasi keperawatan di Rumah Sakit Santa Elisabeth sudah menggunakan sistem komputerisasi, sehingga apabila terjadi kerusakan printer akan memiliki pengaruh yang besar terhadap kelengkapan dokumentasi keperawatan. Printer yang rusak tidak bisa digunakan untuk mencetak asuhan keperawatan pasien mulai pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, dan perencanaan maka perawat akan menuliskan tindakan keperawatan yang mereka lakukan pada status pasien. Sehingga besar kemungkinan terjadi ketidaksesuaian antara diagnosa yang muncul pada saat pengkajian dan tindakan keperawatan yang dilakukan. Faktor lingkungan kerja . Suara alat yang khas meningkatkan stress perawat dan membuat perawat berfokus untuk melakukan tindakan keperawatan dan mengobservasi pasien dibandingkan mendokumentasikan tindakan di status pasien. Universita Sumatera Utara Faktor komunikasi. Kurangnya komunikasi antara dokter-pasien dan keluarga; antara dokter-perawat. Keadaan pasien yang kritis menyebabkan adanya ketegangan perawat dan dokter dalam merawat pasien. Selain itu, pasien dirawat di ruangan perawatan intensif yang membutuhkan privasi tersendiri dan keluarga tidak diijinkan menemani pasien selama 24 jam. Faktor prosedur. Prosedur penyediaan obat dan alat kesehatan terlalu rumit. Ketersediaan obat dan prosedur yang rumit menyebabkan obat yang diterima perawat lama sehingga perawat mengalami kendala dalam melakukan implementasi tindakan keperawatan. Faktor individu. Pasien dengan penyakit sangat kompleks menyebabkan perawat dituntut melakukan observasi secara ketat untuk melihat perkembangan pasien. Observasi yang ketat menyebabkan perawat mengalami tingkat stress yang tinggi dan menyebabkan fokus tindakan perawat adalah mengobservasi saja dan melalaikan pendokumentasian yang seharusnya dikerjakan. Universita Sumatera Utara Gambar 4.4. Fishbone Diagram Laporan Kemajuan Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan KELENGKAPAN DOKUMENTASI KEPERAWATAN 69 SUMBER DAYA MANUSIA SARANA DAN PRASARANA FAKTOR LINGKUNGAN KOMUNIKASI PASIEN PROSEDUR DOKTER-PERAWAT KURANG PERAWAT-PASIEN- KELUARGA KURANG PERAWAT BELUM AHLI MENGOPERASIONALKAN KOMPUTER 62,5 PEGAWAI TETAP PASIEN DENGAN PENYAKIT YANG SANGAT KOMPLEKS LINGKUNGAN KRITIS SUARA ALAT YANG KHAS KOMPUTER DI RUANGAN TERSENTRALISASI PROSEDUR PENYEDIAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN PERAWAT TERLATIH DI RUANGAN BELUM MEMENUHI SYARAT ALAT RUSAK PRINTER Universita Sumatera Utara Rapat penutupan audit . Setelah dilakukan analisa tentang kemungkinan penyebab kelengkapan dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif 69, maka pada hari Sabtu tanggal 18 Mei 2013 pukul 13.00-14.00 WIB. Pada rapat ini tim audit mempresentasikan hasil penemuan terhadap evaluasi kelengkapan dokumentasi keperawatan yang sudah dilaksanakan. Perawat ruang perawatan intensif memperhatikan dengan baik dan memberikan komentar bahwa memang kesulitan mereka adalah dalam hal menulis di status pasien dan mereka berjanji untuk memperbaiki perilaku mereka untuk mendokumentasikan dengan baik.

4.3.2.3. Tahap observation. Pada tahap observation dilakukan pengukuran terhadap pengetahuan dan

kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan dan kepuasan perawat kembali diukur pada tanggal 20-24 Mei 2013. Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa hampir seluruh perawat 94,7 memiliki pengetahuan tentang audit dokumentasi keperawatan adalah baik. Data tentang kepuasan perawat didapatkan hasil bahwa 42,1 perawat menyatakan puas dan 57,9 perawat menyatakan kurang puas terhadap audit dokumentasi keperawatan.

4.3.2.4. Tahap Reflection.

Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi persepsi perawat setelah dilakukan audit dokumentasi keperawatan, merumuskan faktor yang mendukung penelitian dan merumuskan faktor yang menghambat penelitian. Universita Sumatera Utara Persepsi perawat setelah dilakukan audit dokumentasi keperawatan. FGD yang dilaksanakan pada tahap reflection mendapatkan data tentang:

1. Pengalaman audit

Partisipan mengungkapkan bahwa setelah dilaksanakan audit dokumentasi keperawatan mereka baru menyadari bahwa selama ini mereka melakukan kesalahan yaitu melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mereka buat hanya satu diagnosa keperawatan saja sehingga sering terjadi perawat melaksanakan tindakan keperawatan tidak sesuai dengan rencana keperawatan. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini. “saya berpendapat bahwa dalam menyusun diagnosa keperawatan dan perencanaan sebaiknya tidak hanya satu diagnosa saja, karena perawat shift dinas yang lain mungkin menemukan diagnosa yang berbeda sehingga antara implementasi dan evaluasi akan nyambung apabila diagnosa lebih dari dua.” Partisipan 3.

2. Manfaat audit

Partisipan mengungkapkan beberapa manfaat audit dokumentasi keperawatan. Audit bermanfaat bagi perawat sebagai bahan intropeksi diri atas asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien, meminimalkan kesalahan perawat dan untuk memperbaiki apa yang seharusnya dilakukan. Manfaat audit dokumentasi keperawatan bagi pasien adalah untuk mempercepat kesembuhan pasien. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan saat FGD pada akhir penelitian seperti tercantum di bawah ini. “kalau dokumentasi diaudit maka perawat akan melaksanakan asuhan keperawatan dengan sebenar-benarnya. Kalau perawatannya makin bagus sesuai dengan masukan yang diberikan pada audit yaitu segala tindakan perawat harus sesuai dengan SPO. Universita Sumatera Utara Hal ini akan meminimalkan kesalahan perawat sehingga pasien akan lebih cepat sembuhnya.” Partisipan 3.

3. Kendala perawat dalam melakukan audit

Partisipan mengungkapkan dalam melaksanakan audit dokumentasi keperawatan, perawat mempunyai kendala waktu terbatas, kondisi pasien kritis, dan belum bisa mengelola waktu dengan baik. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan dibawah ini. “Kami mendapatkan teori tentang audit juga baru-baru ini saja bu, jadi audit yang kami lakukan adalah masih perdana. Sehingga kami memang belum bisa mengelola waktu kami dengan baik bu.” Partisipan 3.

4. Kendala perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan

Partisipan mengungkapkan bahwa ada beberapa kendala dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan di rumah sakit. Kendala tersebut adalah perawat tidak ahli menggunakan komputer, perawat yang membuat pengkajian sampai rencana keperawatan adalah perawat yang sama, perawat tidak membaca rencana keperawatan shift dinas sebelumnya, dan perawat Ruang Perawatan Intensif tidak membuat pengkajian dan rencana keperawatan baru bagi pasien pindahan dari ruangan lain. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit sebenarnya sudah komputerisasi tetapi ada beberapa perawat tidak berani menggunakan komputer dengan alasan tidak ahli. Perawat membuat pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan dan membuat perencanaan memakai komputer kemudian diprint. Implementasi dan evaluasi tidak didokumentasikan di komputer tetapi perawat masih mencatat di lembar Universita Sumatera Utara implementasi dan evaluasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan partisipan di bawah ini: “terkadang perawat yang menerima pasien pindahan dari ruangan tidak membuat pengkajian sampai dengan renpra yang baru. Sehingga sering diagnosa keperawatan yang diruangan sebelumnya itu yang ada di status pasien, sedangkan diagnosa keperawatan yang baru sesuai dengan keadaan pasien yang dirawat di Ruang Perawatan Intensif sangat jauh berbeda dengan diagnosa di ruangan. Ditambah lagi perawat icu melakukan implementasi sesuai dengan diagnosa keperawatan yang terbaru, tetapi tidak dibuat print yang baru jadi seolah-olah diagnosa, implementasi dan evaluasi sangat bertolak belakang.” Partisipan 2.

5. Kesan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan.

Pada saat diminta memberikan kesan terhadap audit yang telah dilaksanakan, partisipan merasa terkesan senang dan bangga menjadi tim audit karena tidak mendapatkan ilmu tersebut di bangku perkuliahan. Tetapi di sisi lain partisipan mengatakan bahwa audit membutuhkan waktu diluar pekerjaan mereka sebagai perawat, sehingga mereka mengusulkan supaya tim audit diberikan insentif atau pada saat melakukan audit mereka dibebastugaskan sementara dari pekerjaan sebagai perawat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan partisipan di bawah ini: “Saya juga senang bu. Tetapi capek ya bu jadi tim audit karena ada tambahan pekerjaan baru di samping menjadi perawat biasa. Maunya bu, nanti kalau memang tim ini disahkan oleh direksi maka kamipun mendapatkan insentif kami atau pada saat kami mengaudit jam kerja kami di icu bisa kami tinggalkan untuk mengaudit selama beberapa hari, sehingga kami bisa lebih berfokus terhadap audit.” Partisipan 3. Faktor yang menghambat penelitian. Selama melaksanakan penelitian ada beberapa faktor yang menghambat penelitian, yaitu waktu untuk berkumpul terbatas karena perawat dinas selama 3 shift, perawat kurang berani Universita Sumatera Utara mengungkapkan perasaan atau memberikan masukan kritik atas terlaksananya audit dokumentasi keperawatan, komunikasi perawat dalam ruang perawatan intensif kurang, dan perawat dihadapkan pada situasi pasien yang kritis. Pengambilan data kelengkapan dokumentasi keperawatan yang semula direncanakan dalam waktu satu minggu menjadi dua minggu karena waktu yang tidak sesuai antara anggota tim audit. Faktor yang mendukung penelitian. Faktor yang mendukung penelitian ini adalah kemauan perawat untuk berubah sangat tinggi dan manajemen RS sangat mendukung untuk dilaksanakan perubahan. Kesediaan perawat untuk dilakukan interview atau diskusi ulang merupakan faktor yang menunjang kelancaran kegiatan penelitian. Pengambilan data berupa interview, FGD atau diskusi yang direncanakan dilaksanakan sekali untuk mengetahui persepsi perawat tentang audit dokumentasi keperawatan memerlukan data tambahan melalui interview dengan beberapa perawat. Siklus action research secara keseluruhan digambarkan dalam gambar 4.5.

4.4. Outcome action research

Setelah dilakukan rangkaian kegiatan penelitian maka hasil dari penelitian akan terlihat dari beberapa perubahan di Ruang Perawatan Intensif. Outcome dari penelitian berupa terciptanya alur audit dokumentasi keperawatan, tersusunnya uraian tugas tim audit dokumentasi keperawatan dan kesepakatan pemakaian instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan milik Depkes RI. Secara rinci outcome penelitian bisa dilihat pada tabel 4.3. Universita Sumatera Utara Tabel 4.3. Outcome Penelitian Indikator Sebelum Sesudah Alur audit dokumentasi keperawatan Tidak ada sudah ada alur audit dokumentasi keperawatan berdasarkan teori PDCA Uraian tugas tim audit Tidak ada sudah ada Format instrumen evaluasi dokumentasi keperawatan Depkes RI Depkes RI

4.5. Dampak Action Research

Pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui dampak yang bisa dinilai secara statistik. Dampak positif menunjukkan pengetahuan perawat mengalami peningkatan. Pengetahuan Perawat. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi mengalami peningkatan skor setelah dilakukan seminar dan kegiatan penelitian. Uji statistik wilcoxon terhadap pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan menunjukkan p=0,014 sehingga bisa disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan perawat sebelum dan sesudah dilaksanakan penelitian. Tabel 4.4. Perbedaan Pengetahuan Perawat tentang Audit Dokumentasi Keperawatan Pre dan Post Penelitian Nilai Pre Post Rata-rata skor 14 18 Prosentase: Baik Kurang Baik 63,20 36,80 94,70 5,30 p-value 0,014 Kepuasan perawat. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan apabila dilihat dari nilai rata-rata mengalami peningkatan dari skor awal 53,42 menjadi 54,68. Tetapi dengan uji statistik Wilcoxon menunjukkan Universita Sumatera Utara tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kepuasan perawat dengan nilai p=1,000. Tabel 4.5. Perbedaan Kepuasan Perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan Pre dan Post Penelitian Nilai Pre Post Rata-rata skor 53,42 54,68 Prosentase: Puas Kurang Puas 42,1 57,9 42,1 57,9 p-value 1,000 Universita Sumatera Utara Gambar 4.5. Siklus action research pengembangan audit dokumentasi keperawatan Ruang Perawatan Intensif PERMASALAHAN: Sistem audit dokumentasi keperawatan belum optimal PLANNING: 1. Tujuan: Mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan 2. Rencana pelaksanaan: a. Merencanakan pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan b. Menyusun materi dokumentasi keperawatan c. Menyusun proposal seminar audit dokumentasi keperawatan 3. Strategi: a. Pendekatan dengan pihak manajerial RS b. Kerjasama dengan kepala ruang perawatan intensif c. Kerjasama dengan perawat ruang intensif REFLECTION: 1. Tersusun uraian tugas dan wewenang tim audit 2. Tercipta alur audit dok. Kep. 3. Pembakuan pemakaian format ceklist kelengkapan dokumentasi keperawatan Depkes RI 4. Peningkatan pengetahuan perawat 5. Kepuasan perawat tidak mengalami peningkatan 6. Faktor yang menghambat : a. Keterbatasan waktu b. Perawat dihadapkan pada situasi pasien yang kritis c. Perawat kurang pandai mengelola waktu 7. Faktor yang mendukung: a. Kemauan perawat untuk berubah tinggi b. Dukungan dari manajerial RS ACTION: 1. Mengembangkan sistem audit dokumentasi keperawatan: a. Membentuk tim audit b. Tim audit menyusun uraian tugas tim audit c. Tim audit menetapkan pemakaian checklist kelengkapan dokumentasi Depkes RI d. Tim audit menyusun alur audit dok. Keperawatan e. Tim audit melaksanakan program audit dokumentasi keperawatan f. Tim audit menyusun laporan kemajuan 2. Memberikan materi dokumentasi keperawatan 3. Mengadakan seminar audit dokumentasi keperawatan OBSERVATION: 1. Mengukur pengetahuan perawat 2. Mengukur kepuasan perawat 3. Mengukur kelengkapan dokumentasi keperawatan Revised plan RECONNAISSANCE: 1. Gugus kendali mutu memang sudah ada tetapi belum berfungsi secara maksimal 2. kelengkapan dokumentasi keperawatan 60-80 3. Belum ada tim audit dokumentasi keperawatan 4. Pengalaman audit: ronde keperawatan, supervisi dan akreditasi 5. Pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan 36,8 kurang baik 6. Kepuasan perawat terhadap audit dokumentasi keperawatan 57,9 kurang puas. Universita Sumatera Utara Tabel 4.5. Kegiatan pada siklus action research PLANNING ACTION OBSERVATION REFLECTION 1-14 April 2013 15 April 2013 – 19 Mei 2013 20-24 Mei 2013 25-31 Mei 2013 a. Merencanakan pengembangan sistem audit dokumentasi keperawatan a. Membentuk tim audit 15 April 2013 e. Mengevaluasi kegiatan penelitian yang sudah dilakukan b. Tim audit menyusun uraian tugas 22-27 April 2013 f. Menentukan faktor pendukung perubahan c. Tim audit menetapkan instrumen evaluasi yang akan dipakai g. Menentukan faktor penghambat perubahan d. Tim audit menyusun alur audit dok. Keperawatan 22-27 April 2013 e. Tim audit melaksanakan program audit dokumentasi keperawatan 6-18 Mei 2013 b. Menyusun materi dokumentasi keperawatan Memberikan materi dokumentasi keperawatan 29 April 2013 c. Menyusun proposal seminar audit dokumentasi keperawatan Mengadakan seminar audit dokumentasi keperawatan 8 Mei 2013 a. Mengukur pengetahuan perawat tentang audit dokumentasi keperawatan b. Mengukur kepuasan kerja perawat tentang audit dokumentasi keperawatan c. Mengolah hasil pengambilan data akhir proses penelitian Universita Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Pembahasan membahas kesenjangan antara pelaksanaan penelitian dengan teori dan peneliti memberikan argumentasi atau alasan kenapa terjadi kesenjangan tersebut. Pada bab ini akan dibahas proses pelaksanaan action research, pengembangan audit dokumentasi keperawatan di Unit Perawatan Intensif, pelajaran yang didapat oleh peneliti lesson learned dan keterbatasan penelitian.

5.1. Proses pelaksanaan action research

Penelitian action research membutuhkan keterlibatan secara aktif dari partisipan, sehingga program yang telah dibuat peneliti bisa berubah sesuai dengan keadaan dan kemampuan partisipan. Pelaksanaan audit dokumentasi keperawatan yang semula direncanakan satu minggu, tetapi pada pelaksanaannya terlaksana selama dua minggu. Keadaan ini terjadi karena di ruang perawatan intensif menggunakan 3 shift dinas, beban kerja perawat tinggi dan menggunakan metode penugasan kasus. Kondisi tersebut diatasi dengan cara peneliti dan partisipan menggunakan waktu istirahat dinas pagi dan partisipan yang dinas sore datang lebih awal. Pengalaman peneliti tersebut sesuai dengan pengalaman Simpson 2008 yang meneliti tentang perubahan perilaku siswa dalam belajar di kelas dengan menggunakan metode action research. Simpson menyatakan bahwa selama melakukan proses penelitian ada beberapa perubahan program yang dibuat oleh peneliti. Universita Sumatera Utara