Proses pelaksanaan action research

BAB 5 PEMBAHASAN

Pembahasan membahas kesenjangan antara pelaksanaan penelitian dengan teori dan peneliti memberikan argumentasi atau alasan kenapa terjadi kesenjangan tersebut. Pada bab ini akan dibahas proses pelaksanaan action research, pengembangan audit dokumentasi keperawatan di Unit Perawatan Intensif, pelajaran yang didapat oleh peneliti lesson learned dan keterbatasan penelitian.

5.1. Proses pelaksanaan action research

Penelitian action research membutuhkan keterlibatan secara aktif dari partisipan, sehingga program yang telah dibuat peneliti bisa berubah sesuai dengan keadaan dan kemampuan partisipan. Pelaksanaan audit dokumentasi keperawatan yang semula direncanakan satu minggu, tetapi pada pelaksanaannya terlaksana selama dua minggu. Keadaan ini terjadi karena di ruang perawatan intensif menggunakan 3 shift dinas, beban kerja perawat tinggi dan menggunakan metode penugasan kasus. Kondisi tersebut diatasi dengan cara peneliti dan partisipan menggunakan waktu istirahat dinas pagi dan partisipan yang dinas sore datang lebih awal. Pengalaman peneliti tersebut sesuai dengan pengalaman Simpson 2008 yang meneliti tentang perubahan perilaku siswa dalam belajar di kelas dengan menggunakan metode action research. Simpson menyatakan bahwa selama melakukan proses penelitian ada beberapa perubahan program yang dibuat oleh peneliti. Universita Sumatera Utara Tekanan waktu atau kelebihan beban kerja akan mengganggu pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Gillies 2004 mengatakan apabila terjadi tekanan waktu pada perawat maka seorang perawat administrator sebaiknya menyesuaikan jadwal dan tugas perawat. Pernyataan Gilies tersebut dilakukan oleh kepala ruang perawatan intensif dengan cara memberikan kelonggaran waktu istirahat untuk melakukan diskusi. FGD yang dilakukan memperoleh data bahwa perawat mau memperbaiki kesalahan dalam pekerjaannya dengan cara dilakukan audit dokumentasi keperawatan. Hasil audit bahwa kelengkapan dokumentasi keperawatan menunjukkan angka 69. Kondisi ini dapat terjadi tidak terlepas dengan gaya kepemimpinan yang dipakai oleh manajer. Seorang manajer keperawatan diharapkan mampu pendekatan yang tepat dalam mencapai mutu keperawatan dan dia menyarankan menggunakan pendekatan bottom-up untuk pengukuran mutu Harvey, 1991. Harvey juga menunjukkan bahwa pendekatan bottom-up untuk implementasi terlihat mengakibatkan respon staf yang lebih menguntungkan dan hasil program yang positif. Dukungan dari pihak manajerial baik berupa fasilitas fisik ataupun support untuk perawat sangat mempengaruhi tercapainya mutu pelayanan keperawatan yang diinginkan. Perawat yang mau berubah merupakan aset terbesar untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik lagi daripada penetapan program dari manajer yang tidak diinginkan oleh perawat. Teori keperawatan Orlando “Discipline Nursing Process” dengan teori PDCA dan teori action research memiliki saling keterkaitan satu sama lain. Teori “Discipline Nursing Process” Orlando dipakai untuk melakukan asuhan Universita Sumatera Utara keperawatan ke pasien. Sedangkan PDCA lebih ke arah alur atau proses pelaksanaan dan action research lebih menjelaskan mengenai penelitian atau riset yang dilakukan. Peneliti membuat persamaan langkah-langkah teori Orlando, PDCA dan action research secara rinci pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Langkah-langkah teori Orlando, PDCA dan action research Orlando PDCA Deming Action Research Pengkajian Plan Planning Perumusan Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi Do Action dan Observation Evaluasi Check Pengkajian ulang dan seterusnya Act Reflection

5.2. Pengembangan audit dokumentasi keperawatan di Ruang Perawatan Intensif