tidak dengan tiba-tiba atau suatu kebetulan dan bukan hasil dari angan-angan belaka. Melainkan melalui kerjasama tim yang baik sesuai dengan standar yang
telah ditentukan. Deming dalam Gitlow et al. juga menyatakan bahwa mutu merupakan kesesuaian dengan kebutuhan konsumen.
A da sepuluh indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, yaitu:
angka infeksi nosokomial, angka kejadian klien jatuhkecelakaan, tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan, tingkat kepuasan klien terhadap
pengelolaan nyeri dan kenyamanan, tingkat kepuasan klien terhadap informasipendidikan kesehatan, tingkat kepuasan klien terhadap asuhan
keprawatan, upaya mempertahankan integritas kulit, tingkat kepuasan perawat, kombinasi kerja antara perawat profesional dan non profesional, dan total jam
asuhan keperawatan per klien per hari Marquis Huston, 1998.
2.1.1. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam QA
Storesund dan Mc Murray 2009, Koch, Webb, dan Williams 1995, Harvey 1991, serta Robb, Mackie, dan Elcock 2007 menemukan lima faktor
yang mempengaruhi mutu keperawatan yaitu: kohesivitas team work dalam lingkungan kerja yang kompleks dengan tingkat stres yang tinggi, Komunikasi
yang cepat, efektif dan saling menghormati, pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh melalui pendidikan formal ataupun informalpengalaman,
manajemen organisasi termasuk pendekatan kepemimpinan yang dipakai, dan lingkungan fisik.
Universita Sumatera Utara
Storesund dan McMurray 2009 menemukan bahwa kohesivitas team work dalam lingkungan kerja yang kompleks dan tingkat stres yang tinggi dapat
mempengaruhi mutu pelayanan. Mereka mengatakan dukungan dan kerja sama dalam tim merupakan faktor penting yang mempengaruhi mutu pekerjaan mereka
di ICU. Pola budaya organisasi di ICU menunjukkan bahwa dukungan dapat berkontribusi dalam meningkatkan atau menurunkan mutu pelayanan. Mutu kerja
meningkat dan semangat semakin kuat pada saat hubungan baik perawat dengan rekan sejawat terbina. Bekerja sama sebagai sebuah tim, meskipun ada nilai staf
yang berbeda, untuk menemukan sudut pandang bersama, memiliki efek positif tidak hanya QA tetapi untuk pasien saat mereka mendapatkan pelayanan di rumah
sakit. Komunikasi yang cepat, efektif dan saling menghormati dapat
mempengaruhi mutu pelayanan Storesund Mc Murray, 2009. Mereka mengatakan penting bagi perawat untuk menekankan komunikasi dalam menjaga
mutu pelayanan. Keluarga dan penyedia layanan kesehatan, termasuk perawat, dokter dan staf kesehatan lainnya bergantung pada komunikasi yang tepat untuk
mencapai yang terbaik bagi pasien. Storesund dan Mc Murray juga mengemukakan bahwa saling menghormati antar profesi adalah faktor mutu yang
paling penting. Mereka menyatakan bahwa komunikasi yang tidak sopan dari dokter ke perawat paling sering mengakibatkan ketidakpuasan antara perawat
Dilihat dari sisi pengetahuan perawat, Storesund dan McMurray 2009 mengemukakan bahwa s
.
emua informan menganggap pengetahuan sebagai dasar untuk memberikan mutu perawatan yang baik. Karena ICU sebagai tempat
Universita Sumatera Utara
merawat dan mengelola pasien dengan penyakit kritis, maka dengan kondisi yang berubah secara cepat, perawat ICU perlu pengetahuan dan keterampilan khusus
untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, dan merespon secara tepat dan cepat terhadap fluktuasi status kesehatan pasien. Storesund dan McMurray menyatakan
bahwa perlu bagi perawat untuk meningkatkan pengetahuan mereka secara individual dan pentingnya meningkatkan pengetahuan dari pengalaman yang
sudah didapatkan
Keberhasilan program penjaminan mutu juga dipengaruhi oleh manajemen organisasi yang dipakai termasuk karakteristik organisasi Koch et al. 1995 dan
Harvey, 1991. Organisasi yang mempunyai komitmen posisif akan berdampak pada mutu pelayanan yang baik. Harvey juga menyatakan bahwa karakter perawat
juga menentukan mutu pelayanan. Pemimpin yang menggunakan pendekatan Bottom-up memiliki efek yang paling positif dibandingkan dengan pendekatan
top-down. . Koch et al. 1995 sependapat dengan pernyataan tersebut,
bahwa perawat terlatih akan memberikan mutu pelayanan yang baik didukung dengan pendidikan yang berkelanjutan. Staf terlatih dan pendidikan berkelanjutan
yang kurang memadai akan menyebabkan mutu pelayanan jauh dari yang diinginkan.
Koch et al. 1995 menambahkan selain faktor tersebut, lingkungan fisik juga berpengaruh pada mutu pelayanan. Pernyataan tersebut didukung oleh Robb
et al. 2007 bahwa ketersediaan alat atau fasilitas akan meningkatkan tindakan perawat mematuhi standar yang sudah ditetapkan. Robb et al. meneliti tentang
survey audit kualitas perawat di London Utara. Hasil audit menunjukkan bahwa
Universita Sumatera Utara
perbaikan tindakan perawat terjadi seiring dengan peningkatan ketersediaan fasilitas.
Sebenarnya faktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap tercapainya QA adalah perawat dan lingkungan fisik. Dalam melaksanakan pekerjaannya
perawat diharapkan saling mendukung dan bekerja sama dalam tim
Hal tersebut didukung oleh Stavropoulou dan Stroubouki 2009, yang menyatakan bahwa melalui pendidikan formal, siswa perawat belajar tentang
esensi jaminan mutu secara umum dan bagaimana program jaminan mutu dapat berkontribusi pada perbaikan sistem perawatan kesehatan secara umum. Program
penjaminan mutu yang ditanamkan sejak dini melalui pendidikan formal akan meningkatkan mutu pelayanan kepada siswa perawat, maka saat menjadi perawat
diharapkan mereka bisa memberikan mutu pelayanan yang optimal. . Mutu kinerja
perawat akan terbukti secara nyata pada saat berkomunikasi dengan cepat, efektif dan menghormati orang lain termasuk dalam melakukan kolaborasi dengan
rekan-rekan dari profesi kesehatan lain. Selain itu, perawat dikatakan profesional apabila memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan di bidangnya. Sehingga
seorang perawat diharapkan terus meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan formal ataupun non formal.
2.1.2. Tujuan QA dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit