adalah perawat memberikan yang terbaik kepada pasien.
2.1.3. Hambatan QA
Hal ini menunjukkan bahwa QA sangat penting untuk memberikan perawatan terbaik untuk pasien.
Teng, Hsiao, dan Chou 2010 didukung oleh Einy dan Scher 2008 mengemukakan beberapa hambatan yang dihadapi oleh seorang perawat dalam
mempertahankan QA adalah Perawat menerima tekanan waktu. Teng et al. menyatakan bahwa tekanan waktu yang diterima perawat akan mengurangi
kehandalan akuntabilitas, responsiveness dan jaminan mutu bagi pasien. Einy dan Scher 2008 menyatakan bahwa hambatan QA adalah perawat tidak konsisten
melaksanakan suatu program. Mereka menemukan perawat Neonatal Intensive Care Unit NICU di Israel tidak konsisten mengikuti bentuk terintegrasi dari
perkembangan perawatan seperti yang sudah disediakan. Tekanan waktu atau kelebihan beban kerja akan mengganggu pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Menurut Gillies 2004 mengatakan apabila terjadi tekanan waktu pada perawat maka seorang perawat administrator
sebaiknya menyesuaikan jadwal dan tugas perawat. Selain itu, perawat seharusnya memiliki komitmen bahwa dalam merawat pasien akan menggunakan tindakan
keperawatan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Prosedur keperawatan dapat berupa standar asuhan keperawatan atau standar prosedur
operasional. Perawat yang tidak konsisten dalam melaksanakan prosedur perawatan akan mengurangi kehandalan akuntabilitas, tanggung jawab dan
jaminan mutu yang pasien yang rasakan.
Universita Sumatera Utara
2.1.4. Peran dan Tantangan Perawat Administrator dalam QA
QA tidak terlepas dari peran seorang perawat administrator. Harvey 1991 mengemukakan peran perawat administrator untuk mencapai mutu pelayanan
keperawatan dalam sebuah rumah sakit adalah ketrampilan perawat administrator. Tiga tantangan yang dihadapi oleh perawat administrator dalam melaksanakan
program QA adalah perawat kurang memiliki rasa persaudaraan Price, Fitzgerald, Kinsman, 2007, lingkungan kerja yang berhubungan dengan tim multidisiplin
Einy Scher, 2008, dan harus meningkatkan pengetahuan tentang mutu pelayanan keperawatan Harvey Kitson, 1996.
Harvey 1991 menyatakan perawat administrator diharapkan mampu melakukan pendekatan yang tepat dalam mencapai mutu keperawatan dan dia
menyarankan menggunakan pendekatan bottom-up untuk pengukuran mutu. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan bottom-up untuk implementasi terlihat
mengakibatkan respon staf yang lebih menguntungkan dan hasil program yang positif. Harvey juga menunjukkan bahwa proses pelaksanaan program jaminan
mutu adalah lebih penting daripada instrumen itu sendiri. Proses pelaksanaan program inilah yang memerlukan keahlian dan ketrampilan perawat administator
dalam mengelola perawat pelaksana. Price et al. 2007 menemukan bahwa perawat saling menyalahkan satu
sama lain untuk manfaat tidak disadari. Hal ini merupakan tantangan bagi perawat administrator untuk memperbaiki komitmen organisasi. Einy dan Scher 2008
menyatakan bahwa keberadaan tim multidisiplin yang lain dalam bekerjasama dengan perawat menjadi salah satu tantangan bagi perawat untuk bisa
Universita Sumatera Utara
mengembangkan diri dan terbuka terhadap tim multidisiplin. Peningkatan mutu dapat bermanfaat bagi praktik keperawatan, tapi perawat mempunyai tantangan
dalam bekerjasama yaitu adanya sikap menyalahkan satu sama lain untuk potensi manfaat tidak disadari. Hal ini merupakan tantangan bagi perawat administrator
untuk menghilangkan masalah intern dalam profesi keperawatan itu sendiri. Harvey dan Kitson 1996 dan Price et al. 2007 menemukan bahwa
seorang perawat harus terus mengembangkan pengetahuan tentang mutu dalam pelayanan keperawatan. Mereka menyatakan bahwa perawat manajer dan klinis
harus memahami konsep peningkatan mutu dan bagaimana hal itu berlaku untuk praktek keperawatan di departemen yang berbeda. Kemampuan dan pengetahuan
seorang perawat manajer tentang konsep peningkatan mutu dan bagaimana hal itu berlaku untuk praktek keperawatan di departemen yang berbeda memegang
peranan penting untuk mencapai keberhasilan suatu program QA. Keberhasilan suatu penjaminan mutu terletak pada proses pelaksanaan itu sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa pendekatan bottom-up untuk implementasi mengakibatkan respon staf yang menguntungkan dan hasil program yang positif.
Mutu dalam pelayanan kesehatan terus dikembangkan dari tahun ke tahun. Prinsip-prinsip dasar seperti team work, dukungan fasilitas dan komitmen
organisasi sangat penting untuk peningkatan mutu. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa proses lmplementasi dikelola secara efisien dan seefektif
mungkin. Hasil yang diinginkan selalu didukung dengan fasilitas dan alat yang memenuhi persayaratan jaminan mutu. Perawat administrator dapat memberikan
dukungan dengan menyediakan alat dan fasilitas yang dibutuhkan untuk
Universita Sumatera Utara
menunjukkan mutu pelayanan yang disampaikan. Perawat pelaksana akan melakukan pekerjaannya dengan baik apabila didukung oleh alat dan fasilitas
yang memadai.
2.1.5. Instrumen QA