Pola Sebaran Vegetasi Pada Kelas Hutan Alam

Dua atau lebih populasi mungkin saja mempunyai kerapatan, frekuensi, dominansi, dan indeks nilai penting yang sama, tetapi kemungkinan mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran spasialnya spatial dispersion pattern. Berdasarkan Ludwig dan Reynolds 1988 serta Waite 2000, pola penyebaran jenis secara spasial di dalam komunitas dapat diduga dengan rasio nilai keragaman atau varians populasi σ 2 dan nilai rata-rata populasi atau mean μ sebagai berikut : 1. Apabila σ 2 = μ, maka sebarannya membentuk pola acak random 2. Apabila σ 2 μ, maka sebarannya membentuk pola seragam uniform. 3. Apabila σ 2 μ, maka sebarannya membentuk pola bergerombol Cluster. Tabel 28 menunjukkan hasil uji statistik 10 jenis vegetasi dengan indeks nilai penting tertinggi pada kawasan kelas hutan alam berupa tipe sebaran dan sebaran uji berdasarkan nilai ragam populasi σ 2 dan nilai rata-rata populasi μ, serta nilai indeks sebaran dispersion indexID dan tipe sebaran menurut nilai ID berdasarkan rasio keragaman atau varians sampel S 2 dan nilai rata-rata sampel atau mean ẍ . Tabel 22. Hasil Uji Statistik dalam Menentukan Tipe Sebaran dan Sebaran Uji Pada Kelas Hutan Alam dari 10 Jenis Vegetasi Dengan Indeks Nilai Penting Tertinggi Pada Kawasan Kelas Hutan Alam No Urut Nama Jenis Ragam σ 2 Rata2 μ Tipe Sebaran Sebaran Uji 1 Pometia pinnata 3,0865385 1,125 Cluster Binomial - 2 Pometia coreacea 0,9846154 0,800 Cluster Binomial - 3 Alstonia scholaris 0,8044872 0,625 Cluster Binomial - 4 Antiaris toxicaria 0,5102564 0,450 Cluster Binomial - 5 Pimelodendron amb. 0,3871795 0,350 Cluster Binomial - 6 Cananga odorata 0,3974359 0,250 Cluster Binomial - 7 Sterculia macrophylla 0,2153846 0,200 Cluster Binomial - 8 Vitex pinnata 0,2153846 0,200 Cluster Binomial - 9 Haplolobus lanceolathus 0,3179487 0,200 Cluster Binomial - 10 Alstonia macrophylla 0,1435897 0,100 Cluster Binomial - Berdasarkan Ludwig dan Reynolds 1988 dan Waite 2000, dengan menggunakan rasio perbandingan nilai ragam populasi σ 2 dan nilai rata-rata populasi μ dari masing-masing jenis di atas ternyata nilai ragam populasi cenderung lebih besar dari nilai rata-rata populasi, sehingga pola sebaran masing-masing jenis yang terbentuk pada Tabel 20 di atas cenderung berkelompok Cluster. Sehingga uji sebaran peluang yang berlaku adalah Sebaran Binomial Negatif Tabel 23. Tabel 23. Hasil Uji Peluang Sebaran Poisson dan Sebaran Binomial Negatif Terhadap Tipe Sebaran Acak Random dan Berkelompok Cluster Pada Kelas Hutan Alam SEBARAN POISSON SEBARAN BINOMIAL NEGATIF x O e m x Px Ex Χ 2 S 2 k F Px Ex Χ 2 2 2,71828 4,275 0,013912 0,556484 3,744477 5,794231 12,02953 0,262197 0,025786 1,031442 0,909508 1 4 2,71828 4,275 1 0,059474 2,378967 1,104575 5,794231 12,02953 0,262197 0,081132 3,245298 0,175508 2 3 2,71828 4,275 2 0,127126 5,085042 0,854939 5,794231 12,02953 0,262197 0,138273 5,530900 1,158122 3 5 2,71828 4,275 6 0,181155 7,246185 0,696276 5,794231 12,02953 0,262197 0,169188 6,767536 0,461643 4 8 2,71828 4,275 24 0,193609 7,744361 0,008439 5,794231 12,02953 0,262197 0,166353 6,654107 0,272227 5 8 2,71828 4,275 120 0,165536 6,621428 0,287017 5,794231 12,02953 0,262197 0,139575 5,583002 1,046369 6 3 2,71828 4,275 720 0,117944 4,717768 0,625450 5,794231 12,02953 0,262197 0,103689 4,147567 0,317514 7 3 2,71828 4,275 5040 0,072030 2,881208 0,004898 5,794231 12,02953 0,262197 0,069909 2,796378 0,014827 8 3 2,71828 4,275 40320 0,038491 1,539646 1,385147 5,794231 12,02953 0,262197 0,043534 1,741355 0,909744 9 2,71828 4,275 362880 0,018283 0,731332 0,731332 5,794231 12,02953 0,262197 0,025365 1,014619 1,014619 10 2,71828 4,275 3628800 0,007816 0,312644 0,312644 5,794231 12,02953 0,262197 0,013967 0,558663 0,558663 11 1 2,71828 4,275 39916800 0,003038 0,121505 6,351623 5,794231 12,02953 0,262197 0,007324 0,292960 1,706397 12 2,71828 4,275 4,79 X 10 8 0,001082 0,043286 0,043286 5,794231 12,02953 0,262197 0,003681 0,147225 0,147225 13 2,71828 4,275 6,23 X 10 9 0,000356 0,014234 0,014234 5,794231 12,02953 0,262197 0,001782 0,071265 0,071265 14 2,71828 4,275 8,72 X 10 10 0,000109 0,004347 0,004347 5,794231 12,02953 0,262197 0,000834 0,033367 0,033367 15 2,71828 4,275 1,31 X 10 6 3,1 X 10 -5 0,001239 0,001239 5,794231 12,02953 0,262197 0,000379 0,015165 0,015165 16 2,71828 4,275 2,09 X 10 13 8,27 X 10 -6 0,000331 0,000331 5,794231 12,02953 0,262197 0,000168 0,006710 0,006710 Jumlah 40 1,000000 40,000000 16,17025 1,000000 40,000000 8,993254 Keterangan : Px : Peluang ditemukan x individu pada plot x : Kemungkinan ditemukan x individu dalam suatu plot O : Jumlah plot aktual observed e : Konstanta logaritma natural 2.71828 m : Jumlah rata-rata individu per plot actual x : nilai faktorial x E x : Jumlah plot optimal hasil uji expected plot X 2 : Nilai peubah khy-kuadrat S 2 : Ragam sampel k : Parameter tingkat kelompok F : Konstanta bebas 8 6 Bila dilakukan uji khy-kuadrat X 2 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 23 dengan jumlah plot di atas N = 40 30 sampel untuk lebih memastikan tipe sebaran yang terjadi di dalam populasi pada komunitas kawasan daerah tangkapan air kelas hutan tanaman, maka dari hasil uji tersebut seperti pada Tabel Lampiran 1 nilai khy-kuadrat X 2 yang diperoleh = 8,9933. Bila dibandingkan nilai khy-kuadrat X 2 hasil perhitungan di atas dengan nilai khy-kuadrat tabel pada taraf db = 0,975 – 0,025 20,707 – 66,766, dimana nilai khy-kuadrat hasil perhitungan lebih kecil dari nilai khy-kuadrat tabel pada taraf lebih kecil dari db = 0,975, maka hasil yang diperoleh signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran individu secara umum yang terjadi pada komunitas kelas hutan alam terdispersi secara berkelompok cluster seperti yang dikemukakan oleh Ludwig Reynolds 1988 dan Waite 2000. Dalam uji lanjut N30 Sebaran Normal |d|, nilai |d| = 9,2116. Berdasarkan Ludwig Reynolds 1988 dan Waite 2000, maka pola sebaran yang terbentuk adalah pola sebaran berkelompok cluster karena |d|1,96. Perlu dilakukan uji statistik lanjut untuk membuktikan pola sebaran yang terbentuk pada seluruh unit sampling atau di dalam habitat tersebut, maka dilakukan pendekatan berdasarkan indeks sebaran dispersion indexID melalui rasio ragam sampel S 2 dan nilai rata-rata sampel ẍ , dimana diperoleh Indeks of Dispersion ID = 1,355. Berdasarkan Ludwig Reynolds 1988 dan Waite 2000 bila nilai ID 1 seperti di atas, maka pola sebaran yang terbentuk pada kawasan kelas hutan alam cenderung berkelompok Cluster. Dengan demikian kedua uji di atas dapat membuktikan bahwa pola sebaran jenis secara umum yang terjadi pada kawasan kelas hutan alam adalah berbentuk berkelompok Cluster. Tabel 21 memperlihatkan hasil uji sebaran Poisson dan Binomial Negatif terhadap tipe sebaran acak random dan berkelompok Cluster pada kelas hutan alam, dimana kita dapat membandingkan proporsi jumlah plot aktual observation plot dan plot optimal hasil perhitungan expected plot, yaitu plot dengan tanpa individu maupun berisi 1, 2, 3, atau 4 individu dan seterusnya dan peluang dalam menemukan plot-plot tersebut.

5.4.4. Pola Sebaran Vegetasi Pada Kelas Hutan Tanaman

Tabel 24 di bawah menunjukkan hasil uji statistik 10 jenis vegetasi dengan indeks nilai penting tertinggi pada kawasan kelas hutan alam berupa tipe sebaran dan sebaran uji berdasarkan nilai ragam populasi σ 2 dan nilai rata-rata populasi μ, serta nilai indeks sebaran dispersion indexID dan tipe sebaran menurut nilai ID berdasarkan rasio keragaman atau varians sampel S 2 dan nilai rata-rata sampel atau mean ẍ . Tabel 24. Hasil Uji Statistik dalam Menentukan Tipe Sebaran dan Sebaran Uji Pada Kelas Hutan Alam dari 10 Jenis Vegetasi Dengan Indeks Nilai Penting Tertinggi Pada Kawasan Kelas Hutan Tanaman No Urut Nama Jenis Ragam σ 2 Rata2 μ Tipe Sebaran Sebaran Uji 1 Pometia pinnata 6.0163399 2.388889 Cluster Binomial - 2 Pometia coreacea 5.7124183 1.777778 Cluster Binomial - 3 Alstonia scholaris 2.6437908 1.055556 Cluster Binomial - 4 Antiaris toxicaria 1.6764706 0.500000 Cluster Binomial - 5 Pimelodendron amb. 0.3300654 0.277778 Cluster Binomial - 6 Cananga odorata 1.7908497 0.444444 Cluster Binomial - 7 Sterculia macrophylla 0.2647059 0.166667 Cluster Binomial - 8 Vitex pinnata 0.1045752 0.111111 Random Poisson 9 Haplolobus lanceolathus 0.0555556 0.055556 Random Poisson 10 Alstonia macrophylla 0.1045752 0.111111 Random Poisson Tabel 24 memperlihatkan 7 jenis pertama memiliki nilai ragam populasi ang cenderung lebih besar dari nilai rata-rata populasi sehingga membentuk pola sebaran berkelompok cluster, sedangkan rasio nilai ragam dan rata-rata ke-3 jenis berikutnya sama atau mendekati 1, sehingga tipe sebarannya cenderung berbentuk acak random. Dengan demikian uji sebaran peluang yang digunakan dalam analisis lanjut pola sebaran yang terbentuk adalah Sebaran Poisson dan Sebaran Binomial Negatif Tabel 25. Bila dilakukan uji khy-kuadrat X 2 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 25 dengan jumlah plot di atas N = 18 30 sampel untuk lebih memastikan tipe sebaran yang terjadi di dalam populasi pada komunitas kawasan daerah tangkapan air kelas hutan tanaman, maka dari hasil uji tersebut seperti pada Tabel Lampiran 2 nilai khy-kuadrat X 2 yang diperoleh = 10.7474. Bila dibandingkan nilai khy-kuadrat X 2 hasil perhitungan di atas dengan nilai khy-kuadrat tabel pada taraf db = 0,975 – 0,025 6,265 – 37,158, dimana nilai khy-kuadrat hasil perhitungan berada di antara nilai khy-kuadrat tabel, maka hasil yang diperoleh signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran individu secara umum yang terjadi pada komunitas kelas hutan tanaman terdispersi secara acak random seperti yang dikemukakan oleh Ludwig Reynolds 1988 dan Waite 2000.