Pola Sebaran Vegetasi Pada Kelas Hutan Tanaman

berdasarkan nilai ragam populasi σ 2 dan nilai rata-rata populasi μ, serta nilai indeks sebaran dispersion indexID dan tipe sebaran menurut nilai ID berdasarkan rasio keragaman atau varians sampel S 2 dan nilai rata-rata sampel atau mean ẍ . Tabel 24. Hasil Uji Statistik dalam Menentukan Tipe Sebaran dan Sebaran Uji Pada Kelas Hutan Alam dari 10 Jenis Vegetasi Dengan Indeks Nilai Penting Tertinggi Pada Kawasan Kelas Hutan Tanaman No Urut Nama Jenis Ragam σ 2 Rata2 μ Tipe Sebaran Sebaran Uji 1 Pometia pinnata 6.0163399 2.388889 Cluster Binomial - 2 Pometia coreacea 5.7124183 1.777778 Cluster Binomial - 3 Alstonia scholaris 2.6437908 1.055556 Cluster Binomial - 4 Antiaris toxicaria 1.6764706 0.500000 Cluster Binomial - 5 Pimelodendron amb. 0.3300654 0.277778 Cluster Binomial - 6 Cananga odorata 1.7908497 0.444444 Cluster Binomial - 7 Sterculia macrophylla 0.2647059 0.166667 Cluster Binomial - 8 Vitex pinnata 0.1045752 0.111111 Random Poisson 9 Haplolobus lanceolathus 0.0555556 0.055556 Random Poisson 10 Alstonia macrophylla 0.1045752 0.111111 Random Poisson Tabel 24 memperlihatkan 7 jenis pertama memiliki nilai ragam populasi ang cenderung lebih besar dari nilai rata-rata populasi sehingga membentuk pola sebaran berkelompok cluster, sedangkan rasio nilai ragam dan rata-rata ke-3 jenis berikutnya sama atau mendekati 1, sehingga tipe sebarannya cenderung berbentuk acak random. Dengan demikian uji sebaran peluang yang digunakan dalam analisis lanjut pola sebaran yang terbentuk adalah Sebaran Poisson dan Sebaran Binomial Negatif Tabel 25. Bila dilakukan uji khy-kuadrat X 2 seperti yang ditunjukkan pada Tabel 25 dengan jumlah plot di atas N = 18 30 sampel untuk lebih memastikan tipe sebaran yang terjadi di dalam populasi pada komunitas kawasan daerah tangkapan air kelas hutan tanaman, maka dari hasil uji tersebut seperti pada Tabel Lampiran 2 nilai khy-kuadrat X 2 yang diperoleh = 10.7474. Bila dibandingkan nilai khy-kuadrat X 2 hasil perhitungan di atas dengan nilai khy-kuadrat tabel pada taraf db = 0,975 – 0,025 6,265 – 37,158, dimana nilai khy-kuadrat hasil perhitungan berada di antara nilai khy-kuadrat tabel, maka hasil yang diperoleh signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran individu secara umum yang terjadi pada komunitas kelas hutan tanaman terdispersi secara acak random seperti yang dikemukakan oleh Ludwig Reynolds 1988 dan Waite 2000. Tabel 25. Hasil Uji Peluang Sebaran Poisson dan Sebaran Binomial Terhadap Tipe Sebaran Acak Random dan Berkelompok Cluster Pada Kelas Hutan Tanaman SEBARAN POISSON SEBARAN BINOMIAL x O e m x Px Ex Χ 2 S 2 k F Px Ex Χ 2 2,71828 6 1 0,002479 0,044618 0,044618 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,001809 0,032565 0,032565 1 2,71828 6 1 0,014873 0,267706 0,267706 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,012035 0,216631 0,216631 2 1 2,71828 6 2 0,044618 0,803119 0,048265 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,039376 0,708759 0,119676 3 1 2,71828 6 6 0,089235 1,606238 0,228811 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,084458 1,520238 0,178030 4 1 2,71828 6 24 0,133853 2,409357 0,824405 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,133572 2,404290 0,820213 5 5 2,71828 6 120 0,160624 2,891228 1,538072 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,166093 2,989683 1,351774 6 5 2,71828 6 720 0,160624 2,891228 1,538072 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,169102 3,043843 1,257144 7 2 2,71828 6 5040 0,137678 2,478196 0,092273 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,144945 2,609008 0,142158 8 1 2,71828 6 40320 0,103258 1,858647 0,396673 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,106739 1,921307 0,441786 9 2,71828 6 362880 0,068839 1,239098 1,239098 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,068581 1,234462 1,234462 10 1 2,71828 6 3628800 0,041303 0,743459 0,088523 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,038912 0,700423 0,128132 11 2,71828 6 39916800 0,022529 0,405523 0,405523 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,019687 0,354364 0,354364 12 1 2,71828 6 4,79 X 10 8 0,011265 0,202761 3,134665 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,008952 0,161133 4,367201 13 2,71828 6 6,23 X 10 9 0,005199 0,093582 0,093582 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,003683 0,066285 0,066285 14 2,71828 6 8,72 X 10 10 0,002228 0,040107 0,040107 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,001378 0,024805 0,024805 15 2,71828 6 1,31 X 10 12 0,000891 0,016043 0,016043 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,000471 0,008484 0,008484 16 2,71828 6 2,09 X 10 13 0,000334 0,006016 0,006016 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,000148 0,002663 0,002663 17 2,71828 6 3,56 X 10 14 0,000118 0,002123 0,002123 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,000043 0,000770 0,000770 18 2,71828 6 6,40 X 10 15 0,000039 0,000708 0,000708 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,000011 0,000205 0,000205 19 2,71828 6 1,22 X 10 17 0,000012 0,000224 0,000224 5,41176 -61,1995 -0,1087 0,000003 0,000051 0,000051 Jumlah 18 1,000000 18,000000 10,00551 1,000000 18,00000 10,7474 Keterangan : Px : Peluang ditemukan x individu pada plot x : Kemungkinan ditemukan x individu dalam suatu plot O : Jumlah plot aktual observed e : Konstanta logaritma natural 2,71828 m : Jumlah rata-rata individu per plot actual x : nilai faktorial x E x : Jumlah plot optimal hasil uji expected plot X 2 : Nilai peubah khy-kuadrat S 2 : Ragam sampel k : Parameter tingkat kelompok F : Konstanta bebas 8 9 Berdasarkan pendekatan nilai dispersion index ID seluruh unit sampling pada kawasan ini, diperoleh nilai ID = 0,902. Berdasarkan Ludwig Reynolds 1988 dan Waite 2000 bila nilai ID 1 atau mendekati 1 seperti di atas, maka pola sebaran yang terbentuk pada kawasan kelas hutan alam cenderung mengarah ke pola acak random. Dengan demikian kedua uji di atas dapat membuktikan bahwa pola sebaran jenis secara umum yang terjadi pada kawasan kelas hutan alam adalah berbentuk acak random.

5.5. Stratifikasi dan Profil Tegakan Hutan

Stratifikasi atau pelapisan tajuk merupakan susunan tetumbuhan secara vertikal di dalam suatu komunitas tumbuhan atau ekosistem hutan, terbentuk akibat adanya persaingan, sifat fisiologi dan toleransi spesies terhadap intensitas penerimaan cahaya matahari yang dimiliki oleh masing-masing individu tersebut Odum, 1996; Soerianegara Indrawan, 2005. Berdasarkan Soerianegara Indrawan 2005, stratifikasi pada hutan hujan tropis dapat dikelompokkan berdasarkan tinggi tegakan. 5.5.1. Stratifikasi dan Profil Tegakan Vegetasi Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Alam Taman Wisata Alam Gunung Meja Stratifikasi vegetasi pada tegakan kelas hutan alam daerah tangkapan air Taman Wisata Alam Gunung Meja memiliki strata atau susunan tajuk lengkap sebanyak lima strata. Strata A terdiri dari jenis-jenis Pometia pinnata, Pometia coreacea, Alstonia scholaris, Ailanthus triphysa, dan Antiaris toxicaria. Strata B terdiri dari jenis-jenis Artocarpus altilis, Haplolobus lanceolathus, Medusanthera laxiflora, Pometia pinnata dan Pisonia umbellifera. Strata C terdiri dari jenis-jenis Aglaia spectabilis, Haplolobus lanceolathus, Medusanthera laxiflora, Horsfieldia glabulare, dan Lunasia amara. Strata D terdiri dari jenis-jenis Antiaris toxicaria, Pometia coreacea, Litsea firma, Prunus arborea dan Pometia pinnata. Pada strata E atau tumbuhan penutup tanah ground cover crop didominasi oleh jenis Sellaginela sp., Donax rumpii serta berbagai jenis semai dan paku-pakuan. Gambar 32 menunjukkan contoh stratifikasi dan profil tegakan hutan daerah tangkapan air kelas hutan alam berdasarkan program extention IHMB Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala ciptaan Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, M. Agr. Guru Besar Bidang Remote Sensing Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang dikoneksikan link dengan program ArcView 3.3. Contoh data atribut profil hutan extension IHMB yang digunakan dalam pembuatan model spasial kedua profil hutan di atas dapat dilihat pada Lampiran 20. Gambar 32. Model Spasial Profil Hutan Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Alam Taman Wisata Alam Gunung Meja 5.5.2. Stratifikasi Vegetasi Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja Stratifikasi vegetasi yang terbentuk pada tegakan daerah tangkapan air kelas hutan tanaman Taman Wisata Alam Gunung Meja hanya terdiri dari empat strata atau susunan tajuk yaitu B, C, D, dan E, tanpa strata A, yaitu tegakan dengan ketinggian rata-rata di atas 30 m atau lebih. Hal ini diduga disebabkan oleh pertumbuhan tegakan di dalam kawasan ini belum mencapai klimaks dan kondisi ekologi tempat tumbuh yang kurang mendukung karena berada di area berkemiringan sedang hingga curam 15 . Strata B terdiri dari jenis-jenis Palaqium amboinensis, Koordersiodendron pinnatum, Alstonia scholaris, Artocarpus altilis dan Pometia pinnata. Strata C terdiri dari jenis-jenis Palaqium amboinensis, Premna corymbosa, B T B T U = Utara S = Selatan T = Timur B = Barat