2.9. Penyebaran Dispersion
Penyebaran menggambarkan posisi suatu spesies di biosfer berdasarkan pergerakan dan perpindahan dari satu wilayah ke wilayah lain.
Dalam hal ini kemampuan berpindah mobility spesies sangat berpengaruh terhadap kemampuan
penyebarannya. Spesies dengan mobilitas tinggi lebih berpeluang besar untuk berpindah dan melakukan kolonisasi daerah baru Leksono, 2007.
Menurut Leksono 2007 terdapat tiga model penyebaran organisme, yaitu : 1. Penyebaran difusi, yaitu: penyebaran spesies secara lambat melalui daerah yang
kondusif selama beberapa generasi. Contohnya penyebaran ngengat gypsi dan
pepohonan. 2. Penyebaran meloncat, yaitu: penyebaran spesies secara cepat melalui daerah yang
kurang kondusif. Contohnya penyebaran beberapa jenis hama. 3. Penyebaran sekuler, yaitu: penyebaran geologis diiringi perubahan evolusi dalam
prosesnya. Contohnya penyebaran flora dan fauna secara geografis.
2.9.1. Pola Penyebaran Spasial Spatial Dispersion Pattern
Informasi kerapatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting ternyata belum cukup memberikan informasi dan gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu
populasi yang ditemukan dalam suatu kawasan. Dua atau lebih populasi mungkin saja mempunyai kerapatan danatau frekuensi danatau dominansi danatau indeks nilai
penting yang sama, tetapi kemungkinan mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran spasialnya Soegianto, 1990.
Pola penyebaran spasial suatu populasi adalah suatu karakteristik yang penting dari suatu komunitas ekologi. Hal ini menjadi perhatian utama dalam observasi suatu
komunitas dan sesuatu yang mendasar dalam pengelompokkan organisme Connel, 1963 dalam Ludwig dan Reynolds, 1988.
Pola sebaran individu-individu di dalam populasi mengalami penyebaran pada habitatnya yang disebut distribusi internal. Berdasarkan Ludwig dan Reynolds 1988,
Odum 1996, serta Indriyanto 2006 secara umum terdapat 3 tiga pola sebaran alami, yaitu pola acak random, pola seragam uniform, dan pola bergerombol cluster.
17
Gambar 3. Pola Sebaran Spasial Organisme : a. acak random; b. berkelompok cluster; dan seragam uniform
2.9.2. Luas Tutupan Coverage
Luas penutupan tajuk atau coverage adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh suatu spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dalam pengukuran luas
penutupan, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Pengukuran luas tutupan tajuk aerial coverage:
Penutupan tajuk merupakan pengukuran luas proyeksi tajuk secara tegak lurus terhadap bidang datar atau lantai hutan.
2. Pengukuran luas penampang batang basal coverage Luas penampang diukur pada diameter penampang melintang batang setinggi 1,3
meter di atas permukaan tanah diameter breast high. Persentasi penutupan tajuk merupakan hasil perbandingan atau rasio proyeksi
luasan tajuk berdasarkan diameter tajuk terhadap bidang datar atau lantai hutan secara tegak lurus dengan luas tertentu.
Hasil proyeksi kedua bidang tersebut akan saling tumpang
tindih overlay
dan luasan
perpotongan intersect
tersebut bila
diperbandingkan dengan luasan keseluruhan areal, maka akan menghasilkan persentasi tutupan tajuk crown coverage persentage.
a c
b
18
III. METODOLOGI