biasanya berasosiasi dengan berbagai populasi epifit, tumbuhan memanjat liana dan parasit.
d. Stratum D D-storey, yaitu lapisan tajuk keempat dari atas yang dibentuk oleh spesies tumbuhan semak dan perdu yang tingginya 1 - 4 m. Pada stratum ini juga terdapat
dan dibentuk oleh spesies pohon yang masih muda atau dalam fase permudaan semai dan pancang, berbagai jenis palem, herba dan paku-pakuan.
e. Stratum E E-storey, yaitu lapisan tajuk terbawah atau kelima dari atas yang dibentuk oleh spesies tumbuhan penutup tanah yang tingginya kurang dari 1 meter.
Keragaman jenis pada stratum E biasanya lebih rendah dibandingkan stratum lainnya di atasnya.
Spesies-spesies yang umumnya menempati strata ini dari family Commelinaceae, Zingiberaceae, Acanthaceae, Araceae dan Marantaceae.
2.6. Pengaruh Penutupan Vegetasi Terhadap Fungsi Hidrologi
Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dikatakan bahwa hutan memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi konservasi, fungsi
lindung dan fungsi produksi. Pemanfaatan hutan yang tidak sesuai dengan fungsinya dapat menyebabkan penurunan fungsi dan perannya bagi kesejahteraan manusia dan
terutama bagi organisme lain yang hidup di dalamnya. Peranan hutan dalam fungsi
lindung, berfungsi sebagai perlindungan terhadap sistem penyanggah kehidupan untuk mengatur tata air atau hidrologi, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi
air laut ke daratan dan memelihara kesuburan tanah Departemen Kehutanan, 2006. Penutupan vegetasi dalam skala luas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
sumberdaya air dari suatu kawasan penyimpanan air atau daerah aliran sungai DAS, dimana sangat mempengaruhi curah hujan dan aliran air tahunan terutama berkaitan
dengan jumlah air tersimpan dan distribusinya. Berdasarkan kajian Roberth 2000
dalam Raison et al. 2006 di hutan hujan Kericho-Kenya terjadi peningkatan sebesar 40 persen aliran air terhadap pembukaan penutupan hutan sebsar 10 persen. Besarnya curah
hujan tahunan berbanding lurus dengan besarnya aliran permukaan dan proses evaporasi. Menurut Agus et al. 2004
, bila kawasan hutan dikonversi menjadi areal penggunaan lahan lainnya, maka tanah, tanaman dan juga siklus hidrologi yang ada di dalamnya akan
terpengaruh, hal ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan oleh terjadi perubahan 13
secara fisik, biologi dan kimiawi pada lahan maupun makhluk hidup yang berada di atasnya.
Dengan keanekaragaman tumbuhan dan hewannya yang unik, hutan tropis menyediakan makanan, serat, kayu, obat-obatan, dan bahan bakar dalam jumlah besar
bagi petani lokal, pemburu, dan penduduk kota meskipun secara tidak langsung. Hutan juga begitu penting bagi komunitas dunia secara keseluruhan, karena merupakan unsur
yang sangat penting dalam keseimbangan dan penambatan karbon global serta menyimpan sebagian besar keanekaragaman hayati.
Lebih lanjut Agus et al. 2004 mengemukakan bahwa luas
areal hutan yang dikonversikan bagi pengguanaan lahan lainnya semakin meningkat, sehingga hutan
kehilangan ciri dan fungsinya yang unik bagi kebutuhan manusia. Beruntunglah, di negara-negara tropis dan negara-negara beriklim sedang para ahli konservasi dan
masyarakat perkotaan memberikan perhatian terhadap kesejahteraan penduduk asli dan pengaruh lingkungan yang buruk akibat kerusakan hutan. Metode yang digunakan dalam
alihguna lahan hutan menjadi lahan konversi perlu diperhatikan. Selain itu perlu
diperhatikan sistem pengelolaan lahan yang digunakan karena beberapa fungsi hutan dapat dipertahankan pada landscape konversi tersebut, sementara fungsi lainnya
terutama keanekaragaman hayati kemungkinan besar akan hilang akibat alihguna lahan hutan.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan Agus et al., 2004
untuk mempertahankan fungsi hutan di daerah tropik basah dengan beberapa konsekuensi
terhadap produktifitas, keanekaragaman hayati, dan jasa lingkungan, yaitu: •
Mempertahankan hutan dengan sedikit atau tanpa gangguan dari manusia, sebagai hutan lindung
• Pengelolaan hutan secara lestari bagi kelanjutan produksi kayu dan komoditas serta
jasa lingkungan seperti konservasi tanah dan air, kehidupan hewan liar, serta rekreasi •
Pembukaan hutan untuk tanaman pangan yang selanjutnya diikuti dengan penanaman tanaman tahunan komersial, dan tetap membiarkan tumbuhnya kembali spesies hutan
dalam konteks agroforestri •
Pembukaan hutan dan mempergunakannya secara permanen untuk pertanian dan padang gembala, perkebunan atau agroforestri.
14
Konsekuensi terhadap hasil air dan erosi akibat cara yang dipilih seperti tersebut di atas dapat dipahami dengan mempelajari ilmu hidrologi dasar pada daerah hutan.
Hutan merupakan penggunaan lahan yang paling baik dalam fungsinya sebagai pengatur proses hidrologi dan melindungi tanah. Penggundulan hutan menyebabkan penurunan
kapasitas infiltrasi tanah, sehingga terjadi peningkatan aliran permukaan dan percepatan erosi tanah, bahkan dapat menyebabkan perubahan karakterikstik pasokan air. Total hasil
air water yield yang keluar dari suatu DAS meningkat dalam jangka waktu pendek, begitu juga dengan perbedaan hasil air antara musim kering dan musim penghujan
fluktuasi debit semakin meningkat Agus at al., 2004.
2.7. Mekanisme Perbaikan dan Perlindungan Lahan dengan Vegetasi