Keanekaragaman Jenis Vegetasi Pada Daerah Tangkapan Air Taman Wisata Alam Gunung Meja

1. Nilai H’ 3 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu areal adalah melimpah atau tinggi. 2. Nilai H’ 1 H’ 3 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu areal adalah sedang. 3. Nilai H’ 1 : Menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu areal adalah sedikit atau rendah. 5.3.1. Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Kestabilan Ekosistem Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Alam Tabel 18 merupakan hasil rekapitulasi nilai indeks keanekaragaman H’ pada setiap tingkatan pertumbuhan vegetasi daerah tangkapan air kelas hutan alam yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 - 6. Tabel 18. Indeks Keanekaragaman H’ Jenis Seluruh Tingkat Pertumbuhan Vegetasi Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Alam No. Tingkat Pertumbuhan Nilai Indeks Keanekaragaman H’ 1. Semai 3,38 2. Pancang 3,89 3. Tiang 3,63 4. Pohon 3,69 Sumber : Data Primer 2008 Berdasarkan klasifikasi Shannon-Wienner 1949 dalam Ludwig dan Reynolds 1988, Waite 2000 dan Fachrul 2007 pada Tabel 18, nilai indeks keanekaragaman jenis vegetasi kelas hutan alam pada fase pertumbuhan semai adalah 3,38. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada fase pertumbuhan semai tergolong melimpah atau tinggi, sehingga kondisi kestabilan ekosistem dan proses suksesi yang terjadi pada fase ini juga dalam kondisi yang sangat baik. Artinya bila terjadi gangguan ekosistem pada fase pertumbuhan semai di bawah ambang batas daya dukung kawasan ini, maka keberlangsungan proses regenerasi akan tetap dapat berjalan ke fase pertumbuhan berikutnya dengan adanya suplai regenerasi yang berasal dari tingkat pertumbuhan di atasnya atau pohon induk. Namun apabila gangguan tersebut melebihi kemampuan pemulihan ekosistem, maka proses regenerasi akan terhenti dengan demikian proses suksesi pada kawasan tersebut akan terhenti. Perlu diketahui bahwa kondisi kestabilan ekosistem dan keberlangsungan proses suksesi pada fase pertumbuhan semai ke fase pertumbuhan berikutnya sangat bergantung pada kestabilan kondisi fase pertumbuhan di atasnya sebagai penyuplai tegakan induk. Pada fase pertumbuhan pancang nilai indeks keanekaragamannya mencapai 3,89 dan merupakan yang tertinggi pada seluruh fase pertumbuhan vegetasi di kawasan kelas hutan alam. Dapat diasumsikan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada fase pertumbuhan ini tergolong sangat tinggi serta kondisi kestabilan ekosistem dan proses suksesi juga tergolong lebih baik dari tingkatan lainnya. Dengan demikian diharapkan proses regenerasi ke fase pertumbuhan berikutnya tiang dan pohon dan proses suksesi alami secara umum di dalam kawasan ini akan berjalan normal. Pada fase pertumbuhan tiang nilai indeks keanekaragamannya masih tergolong melimpah atau tinggi sehingga kondisi kestabilan ekosistem dan proses suksesi alami masih tergolong baik. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa proses regenerasi ke tahap pertumbuhan berikutnya fase pohon maupun regenerasi permudaan fase semai dan proses suksesi akan tetap berjalan normal dan alami bila tidak adanya peningkatan gangguan yang melebihi daya dukung ekosistem kawasan. Pada fase pertumbuhan pohon nilai indeks keanekaragamannya adalah 3,69. Hal ini menunjukkan tingkat keanekaragaman spesies pada fase pertumbuhan ini juga tergolong melimpah atau tinggi, sehingga kondisi kestabilan ekosistem dan proses suksesi alami pada fase pertumbuhan ini juga tergolong tinggi atau sangat baik dan lebih baik dibandingkan fase pertumbuhan semai dan tiang. Namun demikian kawasan ini tetap akan menjadi rentan bila terjadi peningkatan gangguan yang melebihi daya dukung ekosistemnya. Hal ini disebabkan karena fase pertumbuhan pohon merupakan penciri dan tegakan utama kawasan, selain itu fase ini juga sangat berperan dan sebagai faktor penentu dalam kestabilan ekosistem ini karena merupakan pencipta iklim mikro dan makro bagi keseimbangan pertumbuhan fase-fase di bawahnya dan sangat berperan sebagai penyuplai utama pada proses regenerasi alami bagi proses suksesi yang terjadi. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi tingkat keanekaragaman spesies pada kawasan kelas hutan alam tergolong melimpah atau tinggi dengan tingkat kestabilan ekosistem, proses suksesi dan proses regenerasi alami juga dalam kondisi normal sehingga diharapkan kawasan ini akan tetap memegang peran yang penting dalam menjaga kestabilan ekosistem dan fungsi kawasan sebagai daerah tangkapan air dengan pengelolaan kawasan yang lebih baik. 5.3.2. Keanekaragaman Jenis Vegetasi dan Kestabilan Ekosistem Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Tanaman Tabel 19 memperlihatkan rekapitulasi nilai indeks keanekaragaman H’ jenis pada setiap tingkatan pertumbuhan vegetasi daerah tangkapan air kelas hutan tanaman yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 - 10. Tabel 19. Indeks Keanekaragaman Jenis H’ Seluruh Tingkat Pertumbuhan Vegetasi Pada Daerah Tangkapan Air Kelas Hutan Tanaman No. Tingkat Pertumbuhan Nilai Indeks Keanekaragaman H’ 1. Semai 2,04 2. Pancang 3,42 3. Tiang 2,57 4. Pohon 2,53 Sumber : Data Primer 2008 Berdasarkan nilai klasifikasi indeks keanekaragaman jenis vegetasi kelas hutan tanaman yang ditunjukkan pada Tabel 19, fase semai memiliki indeks keanekaragaman sebesar 2,04 dan merupakan nilai terendah pada seluruh fase pertumbuhan di kawasan kelas hutan tanaman. Namun demikian berdasarkan klasifikasi Shannon-Wienner, nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada fase pertumbuhan semai tergolong sedang, dan kondisi kestabilan ekosistem serta proses suksesi yang terjadi pada fase ini juga dalam kondisi sedang. Artinya apabila terjadi gangguan ekosistem pada fase pertumbuhan semai di bawah ambang batas daya dukung kawasan ini, akan tetap mempengaruhi keberlangsungan proses regenerasi. Bila gangguan tersebut melebihi kemampuan pemulihan ekosistem, maka proses regenerasi akan terhenti dengan demikian proses suksesi pada kawasan tersebutpun akan terhenti dan kawasan tersebut diperkirakan akan mengalami degradasi kawasan yang berat. Kondisi kestabilan ekosistem dan keberlangsungan proses suksesi pada fase pertumbuhan semai juga sangat bergantung pada kestabilan kondisi fase pertumbuhan di atasnya terutama tegakan induk sebagai penyuplai sumber benih. Pada fase pertumbuhan pancang nilai indeks keanekaragamannya mencapai 3,42 dan merupakan nilai indeks keanekaragaman yang tertinggi pada seluruh fase pertumbuhan vegetasi di kawasan kelas hutan tanaman. Dengan klasifikasi di atas, maka dapat diasumsikan bahwa tingkat keanekaragaman spesies pada fase pertumbuhan ini tergolong sangat tinggi serta kondisi kestabilan ekosistem dan proses suksesi juga tergolong lebih baik dari tingkatan lainnya. Dengan demikian diharapkan proses regenerasi ke fase pertumbuhan berikutnya tiang dan pohon dan proses suksesi alami secara umum di dalam kawasan ini akan berjalan normal dengan didukung oleh proses regenerasi dan suksesi dari fase ini. Pada fase pertumbuhan tiang dan pohon di kawasan kelas hutan tanaman, nilai indeks keanekaragamannya hampir sama, yaitu 2,57 dan 2,53. Nilai indeks keanekaragaman fase pertumbuhan tiang ternyata lebih besar dari fase pertumbuhan pohon, namun dari klasifikasi di atas keduanya tergolong dalam tingkat keanekaragaman yang sedang, sehingga kondisi kestabilan ekosistem dan proses suksesi alami juga tergolong sedang. Hal ini dapat diasumsikan bahwa proses regenerasi ke tahap pertumbuhan berikut atau di bawahnya dimana pada kedua fase ini dapat berperan sebagai penyuplai benih pada fase semai atau berperan pohon induk akan berjalan dengan baik apabila kondisi ekosistem ini dapat tetap dipertahankan atau mengalami peningkatan kestabilan ekosistem ke tahap berikutnya. Bila gangguan tersebut melebihi kemampuan pemulihan ekosistem kawasan ini, maka proses regenerasi dan suksesi akan terhenti. Dengan demikian akan terjadi degradasi kawasan.

5.4. Kajian Spasial Vegetasi Daerah Tangkapan Air Taman Wisata Alam Gunung Meja

Kajian spasial terhadap vegetasi daerah tangkapan air di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja dilakukan untuk mengetahui model polasebaran spasial individu jenis, model pola spasial penutupan tajuk atau proyeksi tajuk terhadap bidang datar lantai hutan, persentasi tutupan tajuk, dan keragaman jenis yang terbentuk pada kedua kelas hutan kelas hutan alam dan kelas hutan tanaman berdasarkan data lapangan hasil survey yang terkumpul dengan melakukan proses analisis menggunakan software program ArcView versi 3.3. Pola sebaran individu-individu jenis vegetasi di dalam populasi mengalami penyebaran pada habitatnya yang disebut distribusi internal. Berdasarkan Ludwig Reynolds 1988, Odum 1996, dan Indriyanto 2006, secara umum terdapat 3 tiga pola sebaran alami, yaitu pola acak random, pola seragam uniform, dan pola berkelompok cluster. Persentase tutupan tajuk merupakan perbandingan atau rasio luas diameter tajuk tiap individu vegetasi secara kontinyu contiguous yang diproyeksikan terhadap bidang datar lantai hutan dan terletak di dalam plot pengamatan terhadap luas plot 20 X 20 m. Sedangkan keragaman jenis yang terbentuk dikaji dan ditampilkan berdasarkan degradasi warna yang terbentuk berdasarkan data sebaran individu jenis vegetasi pada masing- masing kelas hutan yang disajikan dalam bentuk peta model sebaran spasial keragaman jenis. Contoh data atribut yang digunakan dalam pembuatan model spasial sebaran individu jenis, model spasial penutupan tajuk, persentasi tutupan tajuk, dan keragaman jenis yang terbentuk secara spasial pada kedua kelas hutan disajikan pada Lampiran 19. 5.4.1. Kajian Pola Sebaran Spasial Jenis dan Tingkat Tutupan Tajuk Vegetasi Pada Kawasan Kelas Hutan Alam Taman Wisata Alam Gunung Meja Model pola sebaran spasial individu jenis vegetasi, model penutupan tajuk, dan persentase tutupan tajuk yang terbentuk pada kawasan kelas hutan alam Taman Wisata Alam Gunung Meja disajikan secara spasial pada Gambar 23, 24, 25, 26 dan 27. Gambar 23. Contoh Model Spasial Sebaran Jenis Vegetasi Pada Kawasan Kelas Hutan Alam 7 1 Insert :