commit to user 58
b Masih ada satu kelompok yang kurang kompak dalam kegiatan
diskusi. c
Dari segi nilai yang diperoleh siswa, nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 50 dan nilai rata-rata kelas yaitu 82,54. Siswa yang
sudah mencapai standar nilai 75 ke atas sebanyak 27 siswa 81,81 dari 33 siswa dan siswa tersebut dapat dinyatakan sudah mencapai
ketuntasan hasil belajar. Jumlah tersebut sudah dapat menunjukkan peningkatan bila dibandingkan sebelumnya, dengan nilai rata-rata
kelas yaitu 75,06 dan hanya dicapai 22 siswa 66,67 dari 33 siswa. Nilai ini tersebut sudah diatas nilai standar KKM. Sehingga dianggap
pembelajaran sudah mencapai titik ketuntasan dan terbukti bahwa penerapan tipe NHT dapat meningkatkan prestasi siswa, meskipun
belum 100 siswa dinyatakan tuntas belajar. Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan
analisis yang telah dilakukan adalah guru harus lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa tertarik untuk belajar
akuntansi.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan keaktifan dan prestasi belajar akuntansi
melalui penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dari siklus satu ke siklus berikutnya. Hal tersebut dapat dilihat dari keterangan berikut ini:
1. Keaktifan siswa selama apersepsi
Peningkatan keaktifan siswa selama apersepsi dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
commit to user 59
Tabel 9. Capaian Keaktifan Siswa Saat Apersepsi Siklus I dan Siklus II Aspek yang
diukur Indikator
Keberhasilan Aktif
Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah
Siswa Persentase
Keaktifan saat apersepsi
60 19
57,58 25
75,76
Keaktifan siswa selama apersepsi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Jika semula jumlah siswa yang aktif hanya 19 siswa, kemudian pada siklus II
meningkat menjadi 25 siswa. Peningkatan ini ditunjukkan dari siswa yang dulunya pada siklus I hanya diam dan tidak bertanya ketika apersepsi, kemudian pada siklus
II mulai bertanya dan menanggapi pertanyaan dari guru saat apersepsi. 2.
Keaktifan siswa saat diskusi Peningkatan keaktifan siswa selama diskusi dari siklus I sampai siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 10. Capaian Keaktifan Siswa Saat Diskusi Siklus I dan Siklus II
Aspek yang diukur
Indikator Keberhasilan
Aktif Siklus I
Siklus II Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah Siswa
Persentase Keaktifan saat
diskusi 70
25 75,76
28 84,84
Keaktifan siswa selama diskusi mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Jika dalam siklus I jumlah siswa yang aktif hanya 25 siswa, pada siklus II
meningkat menjadi 28 siswa. Hal ini ditunjukkan dari beberapa siswa yang semula hanya berbicara sendiri dengan temannya, mengganggu kelompok lain, tidak mau
ikut diskusi dalam kelompok mulai konsentrasi dan aktif dalam memecahkan persoalan yang diberikan guru dalam kelompok. Kerjasama dalam kelompok mulai
terlihat lebih teratur daripada siklus sebelumnya.
commit to user 60
3. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan selama proses
pembelajaran Peningkatan keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan selama
proses pembelajaran dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11. Capaian Keaktifan Siswa Saat Bertanya dan Menjawab Pertanyaan Siklus I dan Siklus II
Aspek yang diukur
Indikator Keberhasilan
Aktif Siklus I
Siklus II Jumlah
Siswa Persentase
Jumlah Siswa
Persentase Bertanya dan
menjawab pertanyaan
70 21
63,63 28
84,84
Jumlah siswa yang bertanya kepada guru maupun temannya dan jumlah siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru maupun siswa lain mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II. Jika pada siklus I hanya sebanyak 21 siswa, pada sikus II meningkat menjadi 28 siswa. Pada siklus I siswa tidak berani bertanya kepada guru
atau malas bertanya kepada temannya saat presentasi, tetapi pada siklus II keadaan siswa berubah. Siswa menjadi lebih aktif dalam memberikan pertanyaan kepada
temannya selama presentasi dan berani bertanya kepada guru bila ada kesulitan dalam mempelajari materi.
4. Kemandirian siswa selama evaluasi.
Peningkatan kemandirian siswa selama evaluasi dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
commit to user 61
Tabel 12. Kemandirian Siswa Saat Evaluasi Siklus I dan Siklus II Aspek yang
diukur Indikator
Keberhasilan Aktif
Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa
Persentase Jumlah
Siswa Persentase
Kemandirian evaluasi
70 25
75,76 29
87,88
Kemandirian siswa selama evaluasi mengalami peningkatan. Jika pada siklus I siswa yang mandiri dalam evaluasi sebanyak 25 siswa, pada siklus II meningkat
menjadi 29 siswa. Siswa yang semula masih bertanya dengan temannya menjadi mandiri dan mampu mengerjakan soal evaluasi dengan kemampuannya sendiri,
meskipun masih ada beberapa siswa yang terlihat gelisah dan bertanya kepada temannya. Hal ini dapat diatasi dengan diberinya peringatan oleh guru.
5. Ketuntasan hasil evaluasi belajar siswa
Peningkatan ketuntasan hasil evaluasi belajar siswa dari siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13. Ketuntasan Hasil Evaluasi Siklus I dan Siklus II Kriteria
Indikator Keberhasilan 70 Siklus I
Siklus II Banyaknya Total Persentase Banyaknya Total Persentase
Tuntas 90-100
80- 89 75- 79
5 13
4 22
66,67 14
8 5
27 81,81
Tidak Tuntas 70- 74
60- 69 50- 59
40- 49 30- 39
1 5
2 1
2 11
33,33 2
1 3
6 18,19
Peningkatan keaktifan dan hasil evaluasi belajar akuntansi tersebut juga dapat dilihat pada grafik berikut ini:
commit to user 62
5 10
15 20
25 30
Apersepsi Diskusi
Bertanya dan Menjawab
Kemandirian Ketuntasan
hasil evaluasi
Siklus I Siklus II
Gambar 7. Grafik Hasil Penelitian Grafik tersebut menunjukan bahwa setelah adanya penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan metode NHT membawa dampak yang positif selama pembelajaran akuntansi. Dampak positif tersebut antara lain 1 siswa
menjadi lebih antusias dan berminat dalam mengikuti pembelajaran akuntansi, 2 siswa lebih aktif di dalam kelas, 3 siswa lebih memahami materi akuntansi, serta
4 adanya peningkatan hasil evaluasi siswa. Penelitian Tindakan Kelas Clasroom Action Research ini dilaksanakan
dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: 1 perencanaan tindakan, 2 pelaksanaan tindakan, 3 observasi dan interpretasi,
dan 4 analisis dan refleksi tindakan. Deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survei awal untuk mengetahui kondisi yang ada di SMK Wikarya Karangnya. Dari hasil survei ini,
peneliti kemudian menemukan bahwa pembelajaran akuntansi pada siswa kelas X Akuntansi C masih kurang optimal, karena siswa kurang tertarik mengikuti
pembelajaran dan hasil evaluasi belajarnya kurang maksimal. Oleh karena itu, peneliti mengadakan diskusi dengan guru kelas dan mencari solusi untuk
mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
commit to user 63
Guru kelas dibantu peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP guna melaksanakan kegiatan siklus I. Materi pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini adalah kertas kerja perusahaan dagang dengan pendekatan laba rugi. Guru memberikan materi mengenai pengisian kertas kerja.
Guru kemudian membimbing siswa untuk membentuk kelompok belajar NHT untuk memecahkan soal yang diberikan guru. Guru kemudian memanggil nomor
kelompok siswa untuk presentasi mengenai jurnal penyesuaian sebelum mengerjakan kertas kerja. Guru kemudian memanggil beberapa nomor untuk
menjawab pertanyaan mengenai kertas kerja perusahaan dagang. Pertemuan berikutnya, siswa diminta untuk kembali ke kelompok diskusinya untuk
meneruskan diskusi dan presentasi pada pertemuan sebelumnya. Guru kemudian memanggil beberapa nomor untuk menjawab pertanyaan mengenai kertas kerja.
Dan yang terakhir diadakan tes evaluasi untuk mengukur capaian konsep siswa pada siklus I. Namun, dari hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
akuntansi pada siklus I masih terdapat kekurangan dan kelemahan, yaitu siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan kerja
kelompok, dimana dari 8 kelompok masih ada beberapa kelompok yang kurang kompak. Siswa juga kurang konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran, masih ada
siswa yang berbicara sendiri dengan temannya dan ketika evaluasi masih ada siswa yang kurang sportif. Karena itu, penulis mencari solusi dan menyusun
rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran akuntansi pada siklus I.
Materi pembelajaran pada siklus II adalah laporan keuangan perusahaan dagang yang meliputi laporan laba rugi, perubahan modal dan neraca. Materi ini
membahas tentang cara penyusunan laporan keuangan. Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa, siswa merasa cukup tertarik dengan
pembelajaran menggunakan tipe NHT yang telah diterapkan, selain siswa menjadi aktif, siswa juga merasa tidak segan bertanya dan berdiskusi dengan teman satu
kelompoknya maupun dengan guru. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
akuntansi pada siklus II, prestasi siswa sudah menunjukkan peningkatan. Siswa
commit to user 64
yang sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang menjadi lebih tertarik dan lebih merespon apersepsi guru. Meskipun begitu, masih diperlukan
juga motivasi dari guru dan pendekatan dari guru untuk mendukung berhasilnya proses belajar mengajar akuntansi. Namun, kekurangan tersebut dirasa dapat
dilakukan guru. Oleh sebab itu masalah yang dihadapi pada pembelajaran akuntansi sudah dapat teratasi dengan penerapan tipe NHT yang secara langsung
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran
akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran akuntansi. Selain itu, peneliti juga dapat
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan tipe NHT
ini dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: 1.
Siswa terlihat antusias dan bersemangat pada saat awal akan mengikuti pembelajaran akuntansi dan selama mengikuti pembelajaran.
2. Siswa sudah mampu mengatasi kesulitan belajar dengan berdiskusi bersama
teman yang lebih paham akan materinya dan belajar bertanya. 3.
Siswa sudah mampu memahami materi akuntansi. 4.
Pada setiap pemberian materi, guru selalu memberikan motivasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang membantu keaktifan belajar siswa.
5. Nilai tes yang telah diberikan guru menunjukkan peningkatan dari siklus I
sampai siklus II.
commit to user 65
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas X Akuntansi C SMK Wikarya Karanganyar ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi
empat tahap, yaitu: 1 perencanaan tindakan, 2 pelaksanaan tindakan, 3 observasi dan interpretasi, dan 4 analisis dan refleksi tindakan.
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut, terdapat peningkatan prestasi belajar akuntansi siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together NHT pada siswa kelas X Akuntansi C SMK Wikarya Karanganyar. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
penelitian sebagai berikut: 1.
Keaktifan siswa dalam apersepsi dari 19 siswa 57,56 pada siklus I menjadi 25 siswa 75,76 pada siklus II.
2. Keaktifan siswa saat diskusi dari 25 siswa 75,76 pada siklus I menjadi 28
siswa 84,84 pada siklus II. 3.
Keaktifan siswa dalam bertanya dan menjawab pertanyaan dari 21 siswa 63,63 pada siklus I menjadi 28 siswa 84,84 pada siklus II.
4. Kemandirian siswa selama evaluasi dari 25 siswa 75,76 pada siklus I
menjadi 29 siswa 87,88 pada siklus II. 5.
Ketuntasan hasil evaluasi belajar siswa dari 22 siswa 66,67 pada siklus I menjadi 27 siswa 81,81 pada siklus II.
Penggunaan pembelajaran koopertif tipe NHT juga memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Membantu siswa dalam memahami materi.
2. Lebih banyak melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
menjadi lebih aktif. 3.
Siswa dapat menambah pengalaman dan pengetahuan melaui diskusi kelompok.
65