commit to user 8
mempengaruhi orang lain anak didik, memberi pertolongan kepada anak yang masih dalam pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai kedewasaan.
Bertolak pada pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu proses atau kegiatan
pembelajaran yang diberikan melalui interaksi antara pendidik kepada peserta didik dengan mengoptimalkan potensi peserta didik untuk membantu peserta
didik dalam mencapai tujuan hidupnya.
2. Proses Belajar Mengajar
Interaksi atau proses belajar mengajar yang terjadi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Tabrani Rusyam 1989:4 “Proses belajar mengajar merupakan suatu interaksi antara
peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuan”.
Anwar Kholil 2009 berpendapat bahwa: ”Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi yakni siswa
sebagai pihak yang belajar dan gu ru sebagai pihak yang mengajar”. Proses belajar
mengajar menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Tabrani Rusyam 1989:5 berpendapat bahwa setiap proses interaksi
belajar mengajar selalu ditandai dengan sejumlah unsur, yakni: a.
Tujuan yang ingin dicapai, b.Adanya guru dengan peserta didik sebagai individu yang terlibat dalam
proses interaksi tersebut, c.
Adanya bahan pelajaran, dan d.Adanya metode sebagai alat wasilah untuk menciptakan situasi
belajar-mengajar. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa proses
belajar mengajar merupakan suatu interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam situasi pendidikan untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam mengajar guru dituntut untuk sabar, ulet, terbuka dan mampu menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih aktif, sedangkan peserta didik diharapkan
bersemangat dan kooperatif. Berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar pada
commit to user 9
prinsipnya tergantung guru dan peserta didik yang melakukan kegiatan belajar mengajar.
3. Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe NHT
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian tujuan secara
bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap anggota kelompoknya.
“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama
lainnya dalam mempelajari materi pelajaran” Slavin, 2008:4. Sedangkan menurut
Isjoni 2007:12 “Cooperative Learning merupakan model pembelajaran dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda”. Agus Suprijono 2010: 54 mengemukakan bahwa “Pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-
bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di
mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud. Ciri pembelajaran kooperatif menurut Isjoni 2007:20 adalah:
a. Setiap anggota memiliki peran.
b.Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa. c.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.
d.Guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok. e.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
commit to user 10
tujuan pembelajaran. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk
memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan siswa untuk berkomunikasi
dan berinteraksi sosial dengan temannya untuk mencapai tujuan pembelajaran, sementara guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Model
pembelajaran ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir
kritis, bekerja sama dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, pembentukan kelompok adalah secara heterogen dengan tujuan agar setiap
anggota dapat belajar bekerja sama dengan semua orang tanpa memandang latar belakang tingkat kemampuan akademis, ras, budaya dan jenis kelamin.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan cara
pembentukan kelompok secara heterogen untuk saling kerja sama sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif
Jarolimek dan Parker dalam Isjoni 2007: 24 mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain
sebagai berikut: Kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain:
1 Saling ketergantungan yang positif.
2 Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3 Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4 Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.
5 Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru. 6
Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
commit to user 11
Kekurangan pembelajaran kooperatif antara lain: 1
Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikran dan waktu.
2 Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3
Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4
Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
Keberhasilan pelaksanaan suatu model pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengelola proses pelaksanaanya. Karena itu
sebelum suatu model pembelajaran diterapkan, guru harus benar-benar memahami bagaimana pelaksanaan dari model pembelajaran tersebut dan memahami kondisi
kelas dalam kegiatan belajar mengajar supaya kekurangan-kekurangan dalam penerapan suatu model pembelajaran dapat diminimalkan.
c. Pengertian Tipe Numbered Heads Together NHT
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Tipe ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik. Anita Lie 2010
: 59 menyatakan bahwa “Numbered Heads Together NHT atau kepala bernomor adalah suatu tipe dari pengajaran kooperatif yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”. Selain itu Numbered Heads
Together juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka, serta dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia.
Kagan dalam Isjoni 2007:78 b erpendapat bahwa: ”Pembelajaran NHT
secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,
commit to user 12
mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran”. Tipe ini memberi kesempata
kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat, selain itu mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama
mereka. Trianto 2009:82 mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan NHT
meliputi empat fase yaitu: 1 Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2 Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan
tersebut dapat bervariasi atau spesifik.
3 Berfikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan setiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4 Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Anita Lie 2010: 60 mengemukakan pelaksanaan pengajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:
1 Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok diberi
nomor. 2
Guru memberikan soal dan masing-masing kelompok mengerjakannya. 3
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota dalam kelompok mengetahui jawaban
tersebut. 4
Guru memanggil salah satu nomor, siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
Ciri khas dari NHT adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut, dengan cara tersebut diharapkan keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik
untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
commit to user 13
4. Pengertian Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar dilakukan oleh setiap individu di dalam hidupnya. Belajar merupakan proses yang dilaksanakan seumur hidup dari saat manusia lahir
hingga ia mati. Kegiatan belajar merupakan suatu hal yang penting, mengingat semakin tingginya tuntutan kehidupan masyarakat. Makna belajar sangat
beragam tergantung sudut pandang individu yang memaknainya. Oemar Hamalik 1992:45 berpendapat bahwa ”Belajar merupakan
terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku”. Sedangkan menurut Muhibbin Syah 1995: 91
“Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”. Sejalan dengan kedua pendapat tersebut, Sardiman A.M 2001:53
menyatakan bahwa “Belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku dengan
serangkaian kegiatan seperti membaca, mendengar, mengamati, meniru dan lain sebagainya”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya. Dengan belajar diharapkan terjadi perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik yang dapat meningkatkan
kualitas kehidupan manusia.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku si subyek belajar. Proses belajar banyak dipengaruhi oleh banyak faktor.
Muhibbin Syah 2005:132 menyatakan bahwa secara global faktor- faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi:
1 Faktor internal siswafaktor yang berasal dari dalam diri siswa
yang meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis. 2
Faktor eksternal siswafaktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
commit to user 14
3 Faktor pendekatan belajar yakni segala cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tersebut.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:
1 Faktor internal siswa
a Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ yang lemah, dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang
dipelajarinyapun kurang atau tidak terbekas. Sehubungan dengan hal tersebut, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman yang bergizi serta memilih pola istirahat dan olahraga ringan untuk menjaga kesegaran jasmani.
b Aspek psikologis
1 Intelegensi siswa
Intelegensi umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Tingkat kecerdasan atau intelegensi IQ siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menetukan tingkat keberhasilan belajar
siswa. 2
Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya baik
secara positif maupun negatif. Sikap attitude siswa yang positif, terutama terhadap guru dan mata pelajaran yang disajikan
commit to user 15
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Dan begitu pula sebaliknya.
3 Bakat siswa
Bakat aptitude adalah kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.
4 Minat siswa
Minat interest adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Siswa yang menaruh minat besar
terhadap mata pelajaran tertentu akan memusatkan perhatian yang intensif terhadap materi itu yang memungkinkan siswa untuk
belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. 5
Motivasi siswa Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun
hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi dibedakan menjadi dua yakni motivasi intrinsik hal atau keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan tindakan belajar dan motivasi ekstrinsik hal atau
keadaan yang datang dari luar siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar.
2 Faktor eksternal siswa
a Lingkungan sosial
Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Lingkungan sosial siswa yang lain adalah masyarakat dan keluarga serta teman sepermainannya.
b Lingkungan non sosial
commit to user 16
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
3 Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi
tertentu. Strategi adalah seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu.
c. Pengertian Prestasi Belajar
Sutratinah Tirtonegoro 1988:43 berpendapat bahwa “Prestasi
belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu ”. Dimyati dan Mudjiono 2009:3 mengartikan “Prestasi belajar
adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar ”.
Zainal Arifin 1990: 2 mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:
a Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c
Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
d Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. e
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap kecerdasan anak didik.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan capaian atau hasil akhir yang bisa dilihat setelah proses
belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf atau kalimat. Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas baik secara
individu maupun kelompok.
commit to user 17
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan
prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam suatu kegiatan belajar, diperlukan evaluasi. Dengan
evaluasi bisa diketahui tingkat prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi yang dicapai antara siswa satu dengan siswa yang lainnya tentunya berbeda-beda. Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Karena itu untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono 2004:131
menyebutkan “Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: faktor dari dalam diri
siswa internal dan faktor dari luar diri siswa eksternal”. Faktor dari dalam diri siswa meliputi: tingkat intelegensi, minat, motivasi, kreativitas, perhatian,
dan kebebasan belajar. Faktor dari luar diri siswa adalah faktor lingkungan belajar antara lain: kurikulum, media, model pembelajaran, dan keadaan
lingkungan sekolah.
5. Pengertian Akuntansi
Rudianto 2009:4 mendefinisikan: ”Akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
be rkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan”.
Achmad Tjahjono dan Sulastiningsih 2003:2 berpendapat: ”Akuntansi
didefinisikan sebagai suatu sistem informasi yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif dari suatu unit organisasi atau kesatuan ekonomi yang
ditujukan kepada para pemakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi”.
commit to user 18
Moelyati, Toto Sucipto dan Sumardi 2007:3 berpendapat bahwa akuntansi berguna untuk pihak intern maupun ekstern perusahaan. Bagi pihak
intern, akuntansi berguna untuk mencapai tujuan-tujuan berikut: a.
Perencanaan Berdasarkan informasi ekonomi yang tepat, dapat disusun rencana kerja
yang baik untuk pelaksanaan kegiatan tahap berikutnya. b.
Pengendalian Berdasarkan rencana dan penerapan aturan akuntansi yang baik, dapat
dikontrol atau dinilai jalannya kegiatan perusahaan. c.
Pertanggungjawaban Setelah diadakan pencatatan terhadap semua transaksi dan kejadian, pada
akhir periode disusun laporan keuangan untuk disampaikan kepada pemilik atau pihak ekstern lain untuk mendapatkan penilaian.
Kegunaan akuntansi bagi pihak ekstern adalah sebagai alat untuk mengambil keputusan ekonomi bagi pihak yang memerlukan. Pihak
ekstern merupakan pihak yang berada diluar perusahaanlembaga, akan tetapi mereka membutuhkan informasi keuangan perusahaan tersebut,
antara lain : investor, calon investor, kreditor, calon kreditor, pemerintah, karyawan pelanggan dan masyarakat.
Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada siswa SMK, khusunya jurusan akuntansi. Mata pelajaran akuntansi
yang diajarkan pada kelas X SMK Wikarya semester genap ini adalah seputar akuntansi perusahaan dagang. Perusahaan dagang merupakan
perusahaan yang kegiatannya melakukan pembelian barang dagang untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Yang dapat digolongkan
sebagai perusahaan dagang antara lain distributor, pengecer, toko, swalayan dan lain-lain.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi merupakan salah satu bidang yang menyediakan informasi
kuantitatif dari suatu organisasi atau kesatuan ekonomi yang diperlukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bidang ini pun menjadi salah satu
commit to user 19
mata pelajaran dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan SMK khususnya jurusan akuntansi.
Tujuan diberikan mata pelajaran ini agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi
dengan benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi maupun untuk terjun ke dunia kerja sehingga memberikan manfaat bagi
kehidupan siswa.
B. Penelitian yang Relevan
1. Lilis Ernawati 2010 dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Numbered Heads Together NHT sebagai Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi pada Siswa
Kelas XI IS 3 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 20092010”.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi baik proses
maupun hasil melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan keaktifan siswa dalam
apersepsi dari 7 siswa 18,9 pada siklus I menjadi 15 siswa 40,5 pada siklus II dan menjadi 23 siswa 62 pada siklus III, adanya peningkatan
keaktifan siswa bertanya pada guru dari 9 siswa 24,3 pada siklus I menjadi 18 siswa 48,6 pada siklus II dan menjadi 24 siswa 64,8 pada siklus III,
adanya peningkatan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dari 14 siswa 37,8 pada siklus I menjadi 16 siswa 43 pada siklus II dan menjadi 25
siswa 67,6 pada siklus III, adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan guru dari 10 siswa 27 pada siklus I menjadi 20
siswa 54 pada siklus II dan menjadi 27 siswa 72,9 pada siklus III, adanya peningkatan kemandirian siswa dalam mengerjakan evaluasi sendiri
dari 16 siswa 43 pada siklus I menjadi 24 siswa 64,8 pada siklus II dan menjadi 31 siswa 83,7 pada siklus III, serta adanya peningkatan
pencapaian hasil belajar siswa dari 28 siswa 75,68 pada siklus I meningkat