Sumber: Hasil analisa, tahun 2012
2.5 Urban Friendly corridor
Urban friendly corridor sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis,
manusiawi dan bersahabat telah dikemukan oleh tokoh-tokoh gerakan arsitektur modern yang tergabung dalam CIAM Congres International of Architecture Modern.
Ide tersebut mengarah kepada penghormatan lebih terhadap nilai-nilai manusiawi.
Adapun ide tentang sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis tersebut
dilatar-belakangi oleh pembangunan kota yang dititik-beratkan pada pembangunan jalan-jalan untuk kendaraan bermotor dan bangunan-bangunan tinggi sebagai simbol
dari kemakmuran. Peri-kehidupan di pusat kota yang humanis merupakan usaha untuk mensejajarkan kembali manusia pejalan kaki dengan kendaraan bermotor
dalam haknya untuk mempergunakan ruang kota dan menikmati arsitekturnya. Suatu hal yang sangat tragis yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia adalah tidak
diperhatikannya kepentingan manusia di jalan sebagai ruang kota yang nyaman, aman, dan sehat bagi pejalan kaki. Keadaan yang tidak nyaman dan aman yang
dialami oleh pejalan kaki juga berdampak kepada ketidak-nyamanan dan ketidak- amanan bagi pengendara kendaraan. Keadaan tragis tersebut tidak terkecuali juga
terjadi di kota Medan. Jalan-jalan yang ada di kota merupakan ruang kota yang memaparkan hampir semua kejadian kehidupan perkotaan. Oleh karena itu, kota akan
disebut baik, aman, dan nyaman jika jalan-jalannya baik, aman, dan nyaman. Ahli perkotaan bernama Donald Appleyard dalam bukunya “Livable Streets” 1981
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
menegaskan bahwa orang akan selalu tinggal dan menjalani kehidupan di jalan, yaitu suatu tempat dimana anak-anak pertama kali mengenal dunia, bertemu dengan para
tetangga, dan merupakan pusat sosialisasi dari sebuah kota. Disamping itu jalan juga menjadi jalur transportasi dengan segala kebisingan, polusi, sampah, becek, dan
lumpur. Jalan juga tempat dimana orang asing mengganggu dan tempat kriminalitas terjadi.
“Urban friendly corridor” merupakan perencanaan sebuah koridor Kota yang bersahabat adalah suatu konsep ideal tentang sebuah koridor kota yang menempatkan
manusiamasyarakat penghuninya sebagai “tuan rumah” yang dapat merasakan kemakmuran, kenyamanan, kesehatan dan keamanan secara adil dan merata, dalam
prinsip-prinsip kota yang berkesinambungan. Dapat dikatakan juga ruang kota yang bersahabat adalah “City for All” atau ruang kota untuk semua, baik untuk orang yang
miskin, kaya, tua, muda, sehat, sakit, mampu, cacat, dan lain-lain. Sebagai kebalikannya, kota yang tidak bersahabat adalah kota yang secara langsung maupun
tidak langsung mendeskriminasikanmengesampingkan manusianya. Peran kota saat ini telah berubah, yaitu menjadi sebuah mesin besar yang merongrong kenyamanan,
keamanan, kemakmuran, dan kesehatan. David Sucher, dalam “City Comforts How To Build an Urban Village” 1995 mengatakan “Manusia adalah alat ukur dari
dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah ukuran keberhasilan sebuah kota”. 2.2.1 Prinsip –prinsip dalam urban friendly corridor
Adapun prinsip-prinsip dalam Urban Friendly corridor adalah sebagai berikut:
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.2.1.1 Prinsip satu keseimbangan dengan alam Keseimbangan dengan alam menekankan pada pemanfaatan sumber daya dan
mengeksploitasinya. Prinsip ini menegaskan
penilaian lingkungan untuk mengidentifikasi zona kawasan dan ekosistem yang dapat ditingkatkan melalui
konservasi, pengendalian kepadatan, perencanaan penggunaan lahan dan ruang
terbuka desain McCarg: 1975.
2.2.1.2 Prinsip kedua keseimbangan dengan tradisi Tradisi ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan aset budaya yang ada,
menghormati praktek-praktek tradisional pada suatu lingkungan Spreiregen: 1965. Kearifan tradisional dalam tata letak pemukiman yang di tuangkan kedalam rencana
pembangunan, dalam simbol dan tanda-tanda lainnya melalui dekorasi dan motif bangunan. Prinsip ini menghormati sistem yang ada pada sebuah bangunan selama
bertahun-tahun, adaptasi terhadap iklim, keadaan sosial, untuk bahan yang tersedia dan teknologi. Hal ini dilakukan menggambarkan kembali gaya arsitektur
dan motif yang dirancang untuk mengkomunikasikan nilai-nilai budaya ada. 2.2.1.3 Prinsip tiga teknologi tepat guna
Teknologi tepat guna menekankan pada penggunaan bahan bangunan , teknik konstruksi, infrastruktur dan sistem manajemen proyek yang sesuai dengan konteks
lokal.
2.2.1.4 Prinsip keempat keramahtamahan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Prinsip keempat menjelaskan interaksi sosial melalui ruang publik, dalam hirarki tempat yang diciptakan untuk hiburan pribadi, persahabatan, percintaan,
rumah tangga, bertetangga, masyarakat dan kehidupan sipil Jacobs: 1993.
Dalam hal ini masyarakat bersifat interaktif, sosial dan menawarkan banyak kesempatan untuk berkumpul dan bertemu satu dengan lainnya dan hal ini dapat
dicapai melalui desain dan masyarakat yang beroperasi dalam hirarki dari hubungan sosial yang spesifik pada ruang. Hirarki dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu
sistem tingkatan sosial, dengan setiap tingkatan memiliki tempat fisik yang sesuai dalam struktur permukiman.
2.2.1.4.1 Sebuah tempat bagi individu
Menciptakan tempat-tempat yang menarik, seperti hutan kota, perbukitan
perkotaan, sungai yang tenang dan taman-taman umum dan taman di mana orang dapat melarikan diri untuk bermeditasi dan berkontemplasi. Ruang ini dapat juga
berupa halaman pada interior bangunan umum, atau bahkan ruang baca perpustakaan.
2.2.1.4.2 Sebuah tempat untuk persahabatan Dalam hal ini dijelaskan bahwa pada sebuah kota harus ada ruang untuk
indah, intim persahabatan di mana komunikasi bisa terjadi. Prinsip ini menegaskan bahwa tempat tersebut tidak akan ada secara alami dalam sebuah perkotaan modern.
Mereka harus menjadi bagian dari desain inti perkotaan, satu pusat perkotaan dan lingkungan, di mana orang dapat bertemu dengan teman-teman dan berbicara isu-isu
kehidupan, kesedihan, kegembiraan dan dilemma. Ini merupakan bagian penting bagi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kehidupan emosional rakyat di mana persahabatan dapat berkembang dan tumbuh. Pada beberapa hal masih banyak ditemukan ruang kota yang tidak bersahabat dengan
kondisi lingkungan yang ada, ini akan berdampak pada kenyaman masyarakat lingkungan yang ada di sekitar kawasan tersebut dan perancangan kota tersebut.
2.2.1.4.3 Sebuah tempat bagi lingkungan Hal ini merupakan kehidupan social, bahwa perilaku masyarakat mengambil
dimensi baru dan kelompok-kelompok belajar untuk hidup damai di antara satu sama lain. Melalui lingkungan bahwa antara rumah tangga dan individu yang beragam. Ini
adalah dasar rasional bagi hubungan sosial dalam kelompok sosial yang lebih besar dan dalam masyarakat, hal-hal yang dianggap beberapa orang tidak penting hal itu
sangat berpengaruh bagi kehidupan kelangsungan dari kehidupan kota tersebut secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan elemen-elemen perancangan kota.
2.2.1.4.4 Sebuah tempat untuk komunitas Secara historis, masyarakat adalah suku yang berbagai adat istiadat sosial
dan pola perilaku budaya. Di daerah perkotaan kontemporer masyarakat terbentuk dari orang yang beragam, akan tetapi setiap orang memiliki kebutuhan umum untuk
bernegosiasi dan mengelola pengaturan spasial mereka melalui prinsip ini disebut ikatan sosial yang ditemukan dalam manajemen komunitas keamanan, sumber daya
dan ruang sosial. 2.2.1.4.5 Prinsip lima efisiensi
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Prinsip efisiensi menjelaskan keseimbangan antara konsumsi sumber daya seperti energi, waktu dan sumber daya fiskal, dengan tetap memperhatikan
kenyamanan, keselamatan, keamanan, akses, kepemilikan lahan, produktivitas dan kebersihan.
2.2.1.6 Prinsip enam skala manusia Prinsip ini menekankan pada pola perkotaan untuk berorientasi berdasarkan
dimensi antropometri. Aksioma taat perencanaan kota dan perancangan kota telah menjadi tempat berkumpulnya masyarakat ramai, trotoar pejalan kaki dan ruang
publik di mana orang dapat bertemu secara bebas. Pinsip ini juga menjelaskan penggunaan skala pejalan kaki bergerak pada jalur yang bertentangan dengan skala
mobil di jalan bebas hambatan. Hal-hal ini juga perlu dilakukan pada bangunan yang ada di sekitarnya fasad bangunan agar mendorong visibilitas pergerakan pejalan pada
level orang memandang bangunan tersebut.
2.2.1.7 Prinsip tujuh matriks peluang Prinsip ini bertujuan untuk meningkatkan akses ke tempat tinggal, perawatan
kesehatan dan pengembangan sumber daya manusia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keselamatan dan kondisi higienis. Kota merupakan mesin pertumbuhan
ekonomi dan hal ini berkaitan dengan produk perkotaan tahunan yang dapat menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan keseimbangan kota dalam
perdagangan dan hal ini lebih penting bagi individu yang menetap di kota. Beberapa hal yang terkadang perlu diketahui bahwa kota merupakan mesin pertumbuhan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
ekonomi dan hal ini berkaitan dengan produk perkotaan tahunan yang dapat menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan dan keseimbangan kota dalam
perdagangan dan hal ini lebih penting bagi individu yang menetap di kota.
2.6 Studi Banding