Pedoman Tata Bangunan Di Jl. Pemuda, Medan

(1)

PEDOMAN TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA MEDAN

TESIS

OLEH

MELINDA NOVITA SARI SITEPU

087020034/AR

FAKULTAS TEKNIK


(2)

PEDOMAN TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA, MEDAN

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MELINDA NOVITA SARI SITEPU

087020034/AR

FAKULTAS TEKNIK


(3)

JUDUL TESIS : PEDOMAN TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA, MEDAN

NAMA MAHASISWA : MELINDA NOVITA SARI SITEPU

NOMOR POKOK : 087020034

PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR

BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Benny O.Y, Marpaung, ST, MT, PhD) (Ir. Rudolf Sitorus, MLA) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 22 Januari 2013

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Benny O.Y, Marpaung, ST, MT, PhD

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Rudolf Sitorus, MLA

2. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc 3. Imam Faisal Pane, ST, MT


(5)

PERNYATAAN

PEDOMAN TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA, MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan daftar pustaka.

Medan, Januari 2012


(6)

(7)

ABSTRAK

Pedomana tata bangunan adalah upaya yang dilakukan untuk mengatur dan menata rancangan suatu kota, dimana didalamnya terdapat aturan berisi hal-hal yang wajib dilakukan dalam batasan-batasan tertentu serta berupa larangan/sanksi. Pendekatan yang dilakukan untuk membuat pedoman tata bangunan harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).

Tujuan penelitian menyusun pedoman tata bangunan, baik untuk bangunan lama/bersejarah dan bangunan baru di jalan Pemuda, Medan sebagai pegangan bagi para pengelolah kota maupun pelaksana pembangunan kota dalam melakukan

perancangan dan pembangunan dalam konsep urban friendly corridor. Penelitian ini

diharapkan akan menjadi masukan untuk penelitian pada aspek tata bangun pada koridor lainnya di kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan belum adanya peraturan yang dibuat untuk mengatur tata bangunan terutama aturan yang mengatur fasade dari sebuah bangunan, sehingga masih banyak kita temukan di lapangan banyaknya fasade bangunan yang menggunakan material bangunan sesuai dengan selera pemilik bangunan. Kepentingan ekonomi, globalisasi dan derasnya arus informasi mengakibatkan adanya penyeragaman wajah kota sehingga banyaknya gejala pengerusakan dan pembongkaran pada bangunan bersejarah diperkotaan untuk memberikan tempat bagi bangunan baru yang modern yang pada akhirnya menghilangkan ciri dan karaktersitik khas kota tersebut dan hal ini terjadi di kota Medan.

Disarankan kepada praktisi perencana dan perancang kota, khususnya untuk mengembangkan kebijaksanaan, produk perencanaan dan produk perancangan koridor-koridor kota lainnya dalam mengembangkan serta memanfaatkan kawasan kota yang dilandasi dengan karakter atau konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut, sehingga dapat diimplementasikan sebagai panduan perancangan koridor-koridor kota yang, seperti halnya kawasan Jl. Pemuda, Medan, Sumatera Utara yang merupakan kawasan lama/bersejarah.

Kata kunci : Pengetahuan, Menyusun, Pedoman Tata Bangunan, Urban Friendly


(8)

ABSTRACT

Building design guidelines is an attempt containing the regulations of regulating what must be done within certain limits in the form of prohibition/sanction performed to arrange and organize the design of a town. The approach done in making the building design guidelines must be able to identify and utilize the environmental potentials (history, meaning, the uniqueness of a location, and the image of a place).

The purpose of this study was to draft a building design guideline, either for the old/historical or new buildings on Jalan Pemuda, Medan, as a guideline for the city mayors or city development practitioners in designing and developing whithin the concept of urban friendly corridor. The result of this study is expected to be an input for the study on the aspect of building design in the other corridors in the City of Medan.

The result of this study showed that there was no regulation made to regulate building design especially the regulation regulating the facade of a building, that, in practice, we can still see many building facades using the construction materials in accordance with the taste of the owner of the building. Economic interest, globalization, and rapid flow of information resulted in the uniformity of city faces that we can see many incidents of destruction and demolition of historic buildings in urban area just to give a space to the new modern buildings which eventually diminishes the typical characteristics of the city and this happens in Medan.

The practitioners, planners and city designers are suggested to especially develop a policy, planning and designing products of the corridors of the other cities in developing and utilizing urban area based on the character or environmental context available in the area that it can be implemented as a guideline to design city corridors like the old/historic area of Jl. Pemuda, Medan, Sumatera Utara.


(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas keizinannya untuk semua ini, karena dapat tersusunnya penulisan tesis yang berjudul Pedoman Tata Bangunan di Jl. Pemuda, Medan, sehingga saya memperoleh banyak manfaat dalam proses penyelesaian tesis melalui penelitian yang saya kerjakan. Adapun penulisan tesis ini untuk memperoleh gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Proses penyelesaian tesis ini sesungguhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala hormat saya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Pembimbing Tesis Ibu Benny O.Y, Marpaung, ST, MT, PhD dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA, kepada Ketua Program Studi Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc, kepada Sekretaris Program Studi Ibu Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD serta Dekan Fakultas Teknik Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME. Dengan segala kerendahan hati dan memohon ampun kepada Allah Swt, saya mengucapkan mohon maaf jika terdapat sejumlah ketidaksempurnaan ataupun kesalahan dalam penulisan tesis ini dan semoga tesis ini dapat membawa manfaat dan berwujud sebagai salah satu amal ibadah, Amin.

Medan, Januari 2013


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian dan Sasaran Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.5 Batasan Penelitian ... 9

1.6 Kerangka Penelitian ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1 Unsur-unsur yang Mempengaruhi Bentuk dan Massa Bangunan .... 15

2.1.1 Intensitas bangunan ... . 16

2.1.2 Fasade bangunan/muka bangunan ... . 22

2.1.3 Unsur-unsur yang mempengaruhi fasade pada bangunan .... . 24

2.1.4 Cara orang-orang mengartikan/menafsirkan suatu tempat.... .29

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi keserasian visual terhadap tata bangunan ... . 30 2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki


(11)

2.1.7 Aspirasi dan dekorasi dari fasade pada jalan ... ..38

2.1.8 Citra kota ... ..39

2.1.9 Bentuk massa akan mempengaruhi bentuk ruang ... ..48

2.1.10 Jenis panduan penataan bangunan ... 51

2.2 Urban Friendly Corridor ... 55

2.2.1 Prinsip-prinsip Dalam Urban friendly corridor ... . 57

2.2.1.1 Prinsip Satu : Keseimbangan dengan alam ... . 57

2.2.1.2 Prinsip Dua : Keseimbangan dengan tradisi ... . 57

2.2.1.3 Prinsip Tiga : Teknologi tepat guna ... . 58

2.2.1.4 Prinsip Empat : Keramahtamahan ... . 58

2.2.1.4.1 Sebagai tempat bagi individu ... . 59

2.2.1.4.2 Sebagai tempat untuk persahabatan ... . 59

2.2.1.4.3 Sebagai tempat bagi lingkungan ... . 60

2.2.1.4.4 Sebagai tempat untuk komunitas ... . 60

2.2.1.5 Prinsip Lima : Efisiensi ... . 60

2.2.1.6 Prinsip Enam : Skala manusia ... . 61

2.2.1.7 Prinsip Tujuh : Matriks peluang ... . 61

2.3 Studi Banding ... 61

2.3.1 Ramblas Barcelona ... . 61

2.3.2 Regent Street London ... . 65

2.3.3 Castro Street Mountain California ... . 68

2.3.4 Bahnhofstarsse Zurich ... . 71

2.3.5 Braga Bandung ... . 72

2.3.6. Boulevard Saint-Michel ... . 74

BAB III METODE PENELITIAN ... 77

3.1 Penentuan Lokasi Penelitian ... 77

3.2 Kawasan Penelitian ... 78

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 79

3.3.1 Studi Lapangan... 80

3.3.2 Studi Literatur ... 82

3.4 Metode Identifikasi Karakter Bangunan ... 82

3.4.1 Ketinggian bangunan ... 83


(12)

3.4.3 GSB (Garis Sempadan Bangunan) ... 84

3.4.4 KLB (Koefisien Lantai Bangunan) ... 84

3.4.5 Garis sempadan belakang bangunan ... 84

3.4.6 Garis sempadan samping bangunan ... 84

3.4.7 Garis sempadan tower bangunan ... 85

3.5 Metode Analisis dan Pembahasan ... 85

BAB IV DESKRIPSI KAWASAN ... 86

4.1 Koridor Jalan Pemuda Medan ... 86

4.2 Intensitas Pembangunan ... 89

4.2.1 Tinggi Bangunan ... 89

4.2.2 KDB (Koefisien Dasar Bangunan) ... 91

4.2.3 GSB (Garis Sempadan Bangunan)...97

4.2.4 Garis sempadan samping bangunan...104

4.2.5 Garis sempadan belakang bangunan...106

4.3 Gaya Arsitektur...108

4.4 Sirkulasi Sebagai Ruang Bagi Pejalan Kaki dan Kendaraan Untuk Menciptakan’SerialVision’...113

4.5 Lingkungan Secara Umum...113

BAB V ANALISA TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA MEDAN...119

5.1 Analisa Intensitas Pembangunan...119

5.1.1 Ketinggian bangunan...119

5.1.2 Ketinggian bangunan dengan lebar jalan...127

5.1.3 Sirkulasi Sebagai Ruang Bagi Pejalan Kaki dan KendaraanUntukMenciptakan’SerialVision’...134

5.1.4 Permasalahan ketinggian bangunan di kawasan Pemuda....145

5.1.5 Potensi atau prospek di kawasan Pemuda yang di hubungkan dengan ketinggian bangunan...146

5.1.6 KDB (Koefisien Dasar Bangunan)...147

5.1.7 Permasalahan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) di Kawasan Pemuda...153

5.1.8 Analisa GSB (Garis Sempadan Bangunan)...157 5.1.9 Permasalahan GSB (Garis Sempadan Bangunan)


(13)

5.1.10 Analisa garis sempadan belakang bangunan...165

5.1.11 Permasalahan garis sempadan belakang bangunan di kawasan Pemuda...167

5.1.12 Analisa garis sempadan samping bangunan...168

5.1.13 Permasalahan garis sempadan samping bangunan di kawasan Pemuda...170

5.2 Analisa Fasade Bangunan...171

5.2.1 Arsitektur bangunan...171

5.2.2 Permasalahan fasade bangunan di kawasan pemuda...185

5.3 Analisa Karakteristik Bangunan dan Ruang Jalan...191

5.3.1 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan...192

5.3.2 Analisa karakteristik ruang jalan di Jl. Pemuda Medan...204

5.4 Analisa Street Furniture...209

5.4.1 Lampu jalan di kawasan Pemuda Medan...209

5.4.2 Permasalahan jampu jalan di kawasan Pemuda Medan...210

5.4.3 Pot bunga...214

5.4.4 Permasalahan pot bunga di kawasan Pemuda Medan...215

5.4.5 Tempat pembuangan sampah...217

5.4.6 Permasalahan tempat pembuangan sampah di kawasan Pemuda Medan...217

5.5 Analisa Tata Informasi/Signage System...222

5.5.1 Permasalahan tata informasi/signage system jalan di kawasan Pemuda Medan...223

5.6 Analisa Sistem Vegetasi...235

5.6.1 Tata hijau/Landscaping...235

5.6.2 Permasalahan sistem vegetasi di kawasan Pemuda Medan..237

5.6.3 Potensi atau prospek di kawasan Pemuda...239

5.7 Analisa Jalur Pejalan Kaki...239

5.7.1 Permasalahan Sirkulasi Pejalan Kaki di Kawasan Pemuda, Medan...242

5.8 Jalur Sirkulasi Kendaraan di Kawasan Pemuda...245

5.8.1 Pergerakan (sirkulasi) kendaraan...245

5.8.2 Permasalahan Sirkulasi Kendaraan di Kawasan Pemuda Medan...247


(14)

BAB VI KONSEP TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA MEDAN ... 250

6.1 Konsep tata bangunan di Jl. Pemuda, Medan...251

6.1.1 Perancangan kawasan Pemuda...251

6.1.2 Sasaran perancangan kawasan Pemuda...251

6.1.3 Gambaran umum dan pengembangan kebijakan kawasan...253

6.2 Rencana pengembangan kawasan...254

6.2.1 Visi dan misi rancangan...254

6.2.2 Prinsip perancangan...255

6.2.3 Konsep perancangan...258

6.2.4 Hasil perancangan...262

6.3 Prinsip-prinsip perancangan...264

6.3.1 Prinsip integrasi kawasan...264

6.3.2 Prinsip tata guna lahan...265

6.3.3 Prinsip fungsi dan aktifitas...267

6.3.4 Prinsip bentuk dan massa bangunan...268

6.3.5 Prinsip desain sirkulasi kendaraan dan pedestrian...270

6.3.6 Prinsip desain parkir...271

6.3.7 Prinsip desain signage...272

6.3.8 Prinsip desain street furniture...273

6.3.9 Prinsip desain ruang terbuka...274

6.3.10 Prinsip pengembangan...275

BAB VII PEDOMAN TATA BANGUNAN DI Jl. PEMUDA MEDAN ... .277

7.1 Panduan umum pengendalian dan pengembangan kawasan...277

7.1.1 Panduan tata guna lahan...277

7.1.2 Panduan tata bentuk dan massa bangunan...282

7.1.3 Prinsip dan panduan perancangan sirkulasi kendaraan...287

7.1.4 Prinsip dan panduan perancangan parkir...292

7.1.5 Prinsip dan panduan perancangan penunjang aktifitas...295

7.1.6 Prinsip dan pengendalian jalur pedestrian...300

7.1.7 Prinsip pengendalian signage......306

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 331

8.1 Kesimpulan...331

8.2 Saran...332


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Hal.

2.1 Komponen yang dikendalikan dan pilihan jenis panduan... 52

4.1 Koefisien dasar bangunan di Jl. Pemuda... 91

4.2 Garis sempadan bangunan di Jl. Pemuda ... 98

4.3 Garis sempadan samping bangunan di Jl. Pemuda ... 105

4.4 Garis sempadan belakang bangunan ... 110

5.1 Ketinggian bangunan di Jl. Pemuda Medan ... 125

5.2 Segmen potongan jalan di koridor Jl. Pemuda Medan ... 135

5.3 Permasalahan ketinggian bangunan di kawasan Pemuda ... 140

5.4 Potensi atau prospek di kawasan Pemuda yang berkaitan dengan ketinggian bangunan ... 146

5.5 Analisa KDB (Koefisien Dasar Bangunan) di Jl. Pemuda ... 147

5.6 Permasalahan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) di Jl. Pemuda ... 153

5.7 Analisa GSB (Garis Sempadan Bangunan) di Jl. Pemuda Medan ... 158

5.8 Permasalahan GSB (Garis Sempadan Bangunan) di Jl. Pemuda ... 163

5.9 Analisa garis sempadan belakang bangunan di Jl. Pemuda ... 165

5.10 Permasalahan garis sempadan belakang bangunan di Jl. Pemuda ... 167

5.11 Analisa garis sempadan samping bangunan di Jl. Pemuda ... 168

5.12 Permasalahan garis sempadan samping bangunan di Jl. Pemuda ... 170

5.13 Permasalahan fasade bangunan di kawasan Jl. Pemuda Medan ... 185

5.14 Analisa segmen jalan 1pada koridor Jl. Pemuda Medan... 193

5.15 Analisa segmen jalan 2pada koridor Jl. Pemuda Medan... 195

5.16 Analisa segmen jalan 3pada koridor Jl. Pemuda Medan... 197


(16)

5.19 Analisa segmen jalan 6pada koridor Jl. Pemuda Medan... 203

5.20 Analisa karakteristik ruang jalan di koridor Jl. Pemuda Medan ... 205

5.21 Permasalahan lampu jalandi kawasan Jl. Pemuda Medan ... 210

5.22 Permasalahan pot bungadi kawasan Jl. Pemuda Medan ... 215

5.23 Permasalahan tempat pembuangan sampah di kawasan Jl. Pemuda Medan ... 218

5.24 Permasalahan bollards di kawasan Jl. Pemuda Medan ... 220

5.25 Permasalahan tata informasi/signage system di kawasan Jl. Pemuda Medan. ... 224

5.26 Permasalahan ruang terbuka dan sistem vegetasi di kawasan Jl. Pemuda, Medan ... 238

5.27 Permasalahan sirkulasi pejalan kakidi kawasan Jl. Pemuda Medan ... 243

5.28 Permasalahan sirkulasi kendaraandi kawasan Jl. Pemuda Medan ... 247

6.1 Potensi dan persoalan pada kawasan... 249

6.2 Tujuan, sasaran, strategi dan prinsip perancangan ... 256

7.1 Prinsip pengendalian dan panduan tata guna lahan... 279

7.2 Prinsip dan panduan rancangan tata bentuk & massa bangunan... 283

7.3 Prinsip dan panduan perancangan sirkulasi kendaraan………....290

7.4 Prinsip panduan dan perancangan parkir. ... 294

7.5 Prinsip dan panduan perancangan penunjang aktifitas activity support 298 7.6 Prinsip dan panduan perancangan jalur pedestrian. ... 303

7.7 Prinsip pengendalian signage ... 308

7.8 Standar ukuran signage ... 310

7.9 Standar dan ukuranlampu jalan ... 322

7.10 Prinsip pengendalian dan panduan rancangan ruang terbuka dan jalur hijau ... 326

7.11 Kesesuaian letak tanaman dengan kecepatan kendaraan dan bentuk persimpangannya... 329


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Hal.

1.1 Diagram kerangka penelitian ... 14

2.1 Contoh perhitingan KDB bangunan pada lahan 1000 m2 ... 17

2.2 Contoh Perhitungan insentif KDB bangunan pada lahan 1000 m2 ... 19

2.3 Contoh Perhitungan KLB Bangunan ... 20

2.4 Ratio 1:2 merupakan perbandingan minimum yang tepat antara tinggi bangunan dengan lebar jalan ... 30

2.5 Diagram yang menunjukkan hubungan antara elemen-elemen bangunan dengan bangunan ... 31

2.6 Gambar ilustrasi yang menunjukkan bagaimana caranya menghubungkan suatu disain baru untuk dipersatukan dengan bangunan lama ... 32

2.7 Gambar ilustrasi yang menunjukkan kemampuan jarak pandang pejalan kaki jika dilihat dari berbagai jarak padang dengan ketinggian bangunan ... 33

2.8 Ratio perbandingan jarak minimum dan maksimum antara posisi pengamat (pejalan kaki) dengan ketinggian bangunan. ... 33

2.9 Bentuk/wujud desain sebuah bangunanakan berpengaruh terhadap visual pengamat/pengguna jalan ... 34

2.10 Gambar ini menunjukkan berapa besar persentase sisi bangunan dapat di lihat dari berbagai posisi ... 34

2.11 Ratio 1:2 merupakan perbandingan minimum yang tepat antara tinggi bangunan dengan lebar jalan ... 35


(18)

2.12 Ketinggian bangunan yang harmonis dengan jalan lebar jalan menciptakan ruang teduh bagi pejalan dengan intensitas cahaya yang

cukup untuk ruang dalam bangunan ... 35

2.13 Petunjuk dalam mendisain bangunan yang menunjukkan hubungan antara bentuk/wujud bangunan dan penampilan bangunan ... 36

2.14 Diagram yang menunjukkan batas maksimum antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan property bangunan ... 36

2.15 Penataan perabot yang ada pada bangunan dengan sirkulasi pejalan kaki akan memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki ... 37

2.16 Gambar ilustrasi yang menunjukkan GSB bangunan (0/nol), sehingga tidak ada jarak batasan antara sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan ... 37

2.17 Elemen ruang publik yang berorientasi kepada pejalan kaki ... 38

2.18 Path pada skala bangunan ... 39

2.19 Edge pada skala bangunan ... 41

2.20 Nodes pada skala bangunan ... 42

2.21 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes ... 43

2.22 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes ... 46

2.23 District pada skala bangunan ... 45

2.24 Bangunan yang dijadikan landmark pada suatu kawasan pusat kota yang berada di persimpangan jalan ... 46

2.25 Ratio perhitungan jarak-jarak bangunan sehingga landamark pada suatu kawasan pusat kota/koridor jalan tertentu dapat dibuat. ... 47

2.26 Bentuk massa bangunan dengan ruang yang terbentuk tidak


(19)

2.27 Bentuk massa bangunan dengan ruang yang terbentuk yang

memperlihatkan adanya kesatuan dengan lingkungan yang tercipta

... 49

2.28 Bentuk massa bangunan yang terblok-blok dan tidak beraturan akan mempengaruhi ruang yang terbentuk dan visual terhadap bangunan ... 50

2.29 Hubungan antara bentuk massa bangunan dengan ruang yang tercipta akan berpengaruh terhadap identitas sebuah node/simpul untuk kebih mudah dibaca ... 51

2.30 Ramblas Barcelona... 62

2.31 Kegiatan berjalan kaki di Ramblas Barcelona ... 62

2.32 Potongan jalan di Ramblas Barcelona... 63

2.33 Café di sepanjang Ramblas Barcelona ... 64

2.34 Regent Street London ... 66

2.35 Jalur sirkulasi di Regent Street London ... 66

2.36 Potongan jalan di Regent Street London ... 67

2.37 Tampak bangunan di Regent Street London ... 68

2.38 Castro Street Mountain California ... 69

2.39 Potongan jalan Castro Street Mountain California ... 69

2.40 Kegiatan komersial Castro Street Mountain California ... 70

2.41 Banhofsrasse Zurich ... 71

2.42 Potongan jalan Banhofsrasse Zurich ... 71

2.43 Braga Bandung ... 74

2.44 Pertokoan di sepanjang Braga, Bandung ... 74

2.45 Boulevard Saint-Michel Luxemborg... 75

2.46 Potongan Boulevard Saint-Michel Luxemborg ... 75

2.47 Kegiatan di sekitar Boulevard Saint-Michel Luxemborg ... 76


(20)

4.2 Tampak B-B sebelah kanan di koridor Jl. Pemuda Medan ... 90 4.3 Key map bangunan di koridor Pemuda Medan ... 90

4.4 Bangunan komersial di kawasan Pemuda dengan nilai KDB 100% ... 97

4.5 Potongan jalan di kawasan Pemuda dengan GSB berhimpi dengan

jalan ... 103

4.6 Kondisi bangunan Pemuda dimana tidak terdapat garis sempadan

bangunan (0/nol) ... 103

4.7 Tampak bangunan A-A di sebelah kiri di koridor Jl. Pemuda Medan

... 109

4.8 Tampak bangunan B-B di sebelah kanan di koridor Jl. Pemuda Medan

... 109 4.9 Key map bangunan di koridor Pemuda Medan ... 110 4.10 Gaya arsitektur pada bangunan lama/bersejarah di kawasan Pemuda

... 112

4.11 Gaya arsitektur pada bangunan baru di kawasan Pemuda ... 112

4.12 Gambar perbandingan antara lebar jalan dengan ketinggian bangunan ... 113

4.13 Jalur kendaraan di kawasan Pemuda ... 114

4.14 Sistem jalur sirkulasi kendaraan dan penyediaan lahan parkir di

kawasan Pemuda ... 115 4.15 Jalur sirkulasi di kawasan Pemuda ... 116 4.16 Potongan jalan jalur sirkulasi di kawasan Pemuda ... 116

4.17 Potongan jalan jalur jalur sirkulasi pejalan kaki di kawasan Pemuda .... 117

4.17 Tata hijau di kawasan Pemuda ... 117 4.18 Potongan jalan system vegetasi di kawasan Pemuda ... 118 5.1 Ketinggian massa bangunan di kawasan Pemuda ... 120


(21)

5.2 Ketinggian tampak bangunan A-A di sebekah kiri koridor Jl. Pemuda Medan ... 120 5.3 Key Map bangunan di koridor Jl. Pemuda Medan ... 121

5.4 Ketinggian massa bangunan di sebelah kiri pada koridor Jl. Pemuda

Medan ... 122

5.5 Ketinggian tampak bangunan B-B di sebelah kanan pada koridor Jl.

Pemuda Medan ... 123

5.6 Ketinggian massa bangunan di sebelah kanan pada koridor Jl. Pemuda

Medan ... 123

5.7 Ketinggian massa bangunan di sebelah kiri pada koridor Jl. Pemuda

Medan ... 124

5.8 Ketinggian massa bangunan di sebelah kanan pada koridor Jl. Pemuda

Medan ... 124

5.9 Jarak pandang yang dapat dijangkau seseorang yang dihubung antara

ketinggian massa bangunan dengan lebar jalan pada segmen jalan 1... 129

5.10 Jarak pandang yang dapat dijangkau seseorang yang dihubung antara

ketinggian massa bangunan dengan lebar jalan pada segmen jalan 2... 129

5.11 Jarak pandang yang dapat dijangkau seseorang yang dihubung antara

ketinggian massa bangunan dengan lebar jalan pada segmen jalan 3... 130

5.12 Jarak pandang yang dapat dijangkau seseorang yang dihubung antara

ketinggian massa bangunan dengan lebar jalan pada segmen jalan 4... 131

5.13 Jarak pandang yang dapat dijangkau seseorang yang dihubung antara

ketinggian massa bangunan dengan lebar jalan pada segmen jalan 5... 132

5.14 Jarak pandang yang dapat dijangkau seseorang yang dihubung antara

ketinggian massa bangunan dengan lebar jalan pada segmen jalan 6... 133

5.15 Key MapSegmen potongan jalan di koridor Jl. Pemuda Medan ... 135

5.16 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan... 192


(22)

5.18 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan... 194

5.19 Karakteristik bangunan dan ruang jalan segmen 2 pada koridor Jl.

Pemuda Medan ... 195 5.20 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan... 196

5.21 Karakteristik bangunan dan ruang jalan segmen 3 pada koridor Jl.

Pemuda Medan ... 197 5.22 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan... 198

5.23 Karakteristik bangunan dan ruang jalan segmen 4 pada koridor Jl.

Pemuda Medan ... 199 5.24 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan... 200

5.25 Karakteristik bangunan dan ruang jalan segmen 5 pada koridor Jl.

Pemuda Medan ... 201 5.26 Karakteristik bangunan di Jl. Pemuda Medan... 202

5.27 Karakteristik bangunan dan ruang jalan segmen 6 pada koridor Jl.

Pemuda Medan ... 203 5.28 Lampu jalan yang berada di trotoar ... 209 5.29 Lampu jalan yang berada di tengah-tengah jalur penghijauan... 209 5.30 Pot bunga yang berada di trotoar ... 214 5.31 Pot bunga yang berada di tengah-tengah jalur penghijauan... 214 5.32 Tempat pembuangan sampah di depan Gereja St. Maria ... 217 5.33 Tempat pembuangan sampah dekat gedung BKS-PPS ... 217 5.34 Batasan hanya untuk tempat rambu-rambu lalulintas ... 219

5.35 Batasan yang memberikan informasi untuk jalur penghijauan dan jalur

kendaraan ... 219 5.36 Batasan antara parkir kendaraan dan jalur pejalan kaki ... 219 5.37 Tata informasi/signage system ... 223 5.38 Ruang terbuka hijau di kawasan Pemuda... 236 5.39 Potongan jalan sistem vegetasi di kawasan Pemuda ... 237


(23)

5.41 Arcade pada bangunan Asia Jaya yang dijadikan bagian dari interior bangunan ... 241

5.42 Arcade pada bangunan BKS-PPS yang dijadikan bagian dari interior

bangunan ... 241

5.43 Gambar sistem sirkulasi jalur kendaraan dan penyediaan lahan parkir

di kawasan Pemuda ... 246

6.1 Delineasi Kawasan dan Beberapa Kondisi Batas-Batas Delineasi

Kawasan ... 252 6.2 Konsep zoning kawasan ... 259 6.3 Konsep sirkulasi kawasan ... 260 6.4 Konsep tata bangunan ... 261 6.5 Konsep ruang terbuka ... 262 6.6 Site plan rancangan kawasan Jl. Pemuda Medan ... 263 6.7 Konsep fungsi-fungsi kawasan di Jl. Pemuda Medan ... 263 6.8 Ilustrasi rancangan kawasan Jl. Pemuda Medan ... 264

6.9 Rencana pembagian zona pada kawasan, dengan konsep

commercial-recreative... 266

6.10 Prinsip penataan aktivitas pendukung pada fungsi rekreatif boulevard

Pemuda ... 267

6.11 Prinsip penataan aktivitas pendukung pada di kawasan Pemuda... 268

6.12 Peta lokasi dan distribusi prinsip-prinsip perancangan bentuk dan tata

massa bangunan ... 269 6.13 Prinsip perancangan desain sirkulasi kendaraan dan pedestrian ... 270 6.14 Lokasi kantong parkir dalam kawasan Pemuda ... 271 6.15 Penataan signage dalam kawasan ... 272 6.16 Penataan street furniture kawasan ... 273 6.17 Peta lokasi ruang terbuka di kawasan Pemuda Medan ... 274 6.18 Prinsip-prinsip desain ruang terbuka ... 275


(24)

7.1 Desain prasarana aksesbilitas pada tempat parkir ... 293 7.2 Pedestrian guidelines ... 301 7.3 Pedestrian guidelines ... 302 7.4 Pedestrian guidelines ... 302 7.5 Pedestrian guidelines ... 302 7.6 Penempatan alat pemberi syarat lalulintas ... 318 7.7 Penempatan alat pemberi syarat lalulintas ... 319 7.8 Jenis-jenis bollards... 319 7.9 Tinggi minimum pohon dan pencabangannya ... 325 7.10 Contoh pohon pengarah ... 325 7.10 Contoh pohon pembatas ... 325


(25)

(26)

ABSTRAK

Pedomana tata bangunan adalah upaya yang dilakukan untuk mengatur dan menata rancangan suatu kota, dimana didalamnya terdapat aturan berisi hal-hal yang wajib dilakukan dalam batasan-batasan tertentu serta berupa larangan/sanksi. Pendekatan yang dilakukan untuk membuat pedoman tata bangunan harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).

Tujuan penelitian menyusun pedoman tata bangunan, baik untuk bangunan lama/bersejarah dan bangunan baru di jalan Pemuda, Medan sebagai pegangan bagi para pengelolah kota maupun pelaksana pembangunan kota dalam melakukan

perancangan dan pembangunan dalam konsep urban friendly corridor. Penelitian ini

diharapkan akan menjadi masukan untuk penelitian pada aspek tata bangun pada koridor lainnya di kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan belum adanya peraturan yang dibuat untuk mengatur tata bangunan terutama aturan yang mengatur fasade dari sebuah bangunan, sehingga masih banyak kita temukan di lapangan banyaknya fasade bangunan yang menggunakan material bangunan sesuai dengan selera pemilik bangunan. Kepentingan ekonomi, globalisasi dan derasnya arus informasi mengakibatkan adanya penyeragaman wajah kota sehingga banyaknya gejala pengerusakan dan pembongkaran pada bangunan bersejarah diperkotaan untuk memberikan tempat bagi bangunan baru yang modern yang pada akhirnya menghilangkan ciri dan karaktersitik khas kota tersebut dan hal ini terjadi di kota Medan.

Disarankan kepada praktisi perencana dan perancang kota, khususnya untuk mengembangkan kebijaksanaan, produk perencanaan dan produk perancangan koridor-koridor kota lainnya dalam mengembangkan serta memanfaatkan kawasan kota yang dilandasi dengan karakter atau konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut, sehingga dapat diimplementasikan sebagai panduan perancangan koridor-koridor kota yang, seperti halnya kawasan Jl. Pemuda, Medan, Sumatera Utara yang merupakan kawasan lama/bersejarah.

Kata kunci : Pengetahuan, Menyusun, Pedoman Tata Bangunan, Urban Friendly


(27)

ABSTRACT

Building design guidelines is an attempt containing the regulations of regulating what must be done within certain limits in the form of prohibition/sanction performed to arrange and organize the design of a town. The approach done in making the building design guidelines must be able to identify and utilize the environmental potentials (history, meaning, the uniqueness of a location, and the image of a place).

The purpose of this study was to draft a building design guideline, either for the old/historical or new buildings on Jalan Pemuda, Medan, as a guideline for the city mayors or city development practitioners in designing and developing whithin the concept of urban friendly corridor. The result of this study is expected to be an input for the study on the aspect of building design in the other corridors in the City of Medan.

The result of this study showed that there was no regulation made to regulate building design especially the regulation regulating the facade of a building, that, in practice, we can still see many building facades using the construction materials in accordance with the taste of the owner of the building. Economic interest, globalization, and rapid flow of information resulted in the uniformity of city faces that we can see many incidents of destruction and demolition of historic buildings in urban area just to give a space to the new modern buildings which eventually diminishes the typical characteristics of the city and this happens in Medan.

The practitioners, planners and city designers are suggested to especially develop a policy, planning and designing products of the corridors of the other cities in developing and utilizing urban area based on the character or environmental context available in the area that it can be implemented as a guideline to design city corridors like the old/historic area of Jl. Pemuda, Medan, Sumatera Utara.


(28)

BAB I

PENDAHALUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan merupakan salah satu kota terpenting dan terbesar di Indonesia bagian Barat. Kota Medan memiliki sejarah dan karakter kota yang belum digali dan

termanfaatkan dalam penataan kotanya. Kota Medan memiliki luas 265,10 Km2,

secara geografis Kota Medan terletak 30 30’-30 43’ LU dan 980 35’dan 980 44’ BT. Dari perkembangan perekonomiannya Kota Medan merupakan salah satu kota dengan tingkat perekonomian yang cukup tinggi di Indonesia.

Walikota Medan menyebutkan pertumbuhan ekonomi Medan kini mencapai 7,59 persen, lebih tinggi dari Sumut, bahkan nasional. Perputaran perekonomian di Medan mencapai Rp 2 triliun sehingga Kota Medan sangat menjanjikan untuk bisnis dan investasi dan hal menegaskan kini pertumbuhan ekonomi Kota Medan meningkat sangat pesat bahkan diidentifikasikan sebagai tertinggi di Asia Tenggara.

Kepentingan ekonomi, globalisasi dan derasnya arus informasi mengakibatkan adanya penyeragaman wajah kota sehingga banyaknya gejala pengerusakan dan pembongkaran pada bangunan bersejarah diperkotaan untuk memberikan tempat bagi bangunan baru yang modern yang pada akhirnya menghilangkan ciri dan karaktersitik khas kota tersebut. Akibat semakin padatnya arus lalu lintas pada masa sekarang ini mengakibatkan matinya aktifitas di suatu


(29)

kawasan bersejarah/lama, selain itu adanya pola tata guna lahan yang tunggal mengakibatkan aktifitas di kawasan tersebut hanya aktif pada waktu-waktu tertentu saja. Sejarah menunjukkan bahwa urbanisasi dan industrialisasi selalu merupakan fenomena yang berjalan secara paralel. Pengalaman empiris dari negara-negara industri maju telah membuktikan kebenaran dari penelitian tersebut. Pertambahan penduduk yang terjadi sebagai akibat dari laju urbanisasi dan industrialisasi ini pada gilirannya telah mengakibatkan pertumbuhan kota yang berakibat meningkatnya permintaan akan lahan kota dengan sangat kuatnya.

Kawasan kota yang tadinya mempunyai peran yang cukup vital di dalam kehidupan ekonomi kota, kemudian mengalami kemerosotan/kemunduran oleh karena kondisi dari sarana dan prasarananya yang tidak dapat berfungsi lagi sebagai wadah yang layak bagi kegiatan ekonomi kota dan hal ini juga terjadi pada kawasan koridor Jalan Pemuda Medan.

Koridor Jalan Pemuda Medan merupakan salah satu koridor penting di Kota Medan. Koridor Jalan Pemuda merupakan salah satu kawasan lama/bersejarah yang bernilai tinggi di Kota Medan, kawasan ini mulai berdiri pada akhir abad XVI dan berkembang pada awal tahun 1800-an. Sekitar abad ke-19 pemerintahan Kolonial Belanda melakukan kerja sama dengan perusahaan asing dari beberapa negara untuk menanamkan investasinya dalam perkebunan karet yang ada di Sumatera Timur. Belanda pada waktu itu merupakan pemegang konsensi daerah Jl. Soekamoelia (yang sekarang ini Jalan Pemuda Medan).


(30)

Kawasan Pemuda berada di posisi yang sangat strategis, yaitu di pusat kawasan perdagangan dan pemerintahan Kota Medan. Hal tersebut mengakibatkan kawasan mempunyai nilai jual tertinggi dengan harga tanah sekitar 5-7 juta/m2. Fungsi-fungsi yang mendominasi kawasan tersebut adalah fungsi perbelanjaan (pertokoan dan perniagaan), pemukiman komersial dan perkantoran sehingga menjadikan kawasan tersebut sebagai daerah komersial. Koridor jalan tersebut merupakan daerah yang berkaitan erat dengan perkembangan pemanfaatan lahan di Kota Medan yang ditandai dengan 2 kutub pertumbuhan yaitu: Pelabuhan Laut Belawan dan pusat kota Medan sekarang yang berhubungan dengan Pasar Ikan Lama (Jl. Perniagaan).

Pada koridor tersebut berkembang kegiatan komersial (Jl. Pemuda) dan perkembangan arsitektur masa Kolonial Belanda. Koridor tersebut secara garis besar

terletak di antara distrik, Koridor Katamso yang dikenal dengan image pusat

Kesultanan Deli pada Koridor kawasan Istana Maimun, dan distrik kawasan komersial dan hiburan pada Koridor Jalan Ahmad Yani Kesawan dan distrik kawasan bekas pusat pemerintahan gementee pada Koridor Lapangan Merdeka-Deli Plaza.

Identitas koridor kota yang tercipta dengan adanya komunikasi melalui keserasian visual antara pengamat dengan elemen-elemen pembentuk ruang di Jalan Pemuda Medan saat ini berpotensi dapat dirasakan karakter dan maknanya pada lokasi tersebut. Adanya potensi untuk meningkatkan kegiatan berjalan kaki di sepanjang koridor Jalan Pemuda, namun saat ini pada koridor tersebut tidak ada


(31)

keseimbangan penggunaan elemen jalur pejalan kaki dengan aktivitas dan fasilitas ruang-ruang publik. Dalam perkembangannya, koridor ini telah berubah menjadi salah satu koridor inti pusat kota dengan berbagai permasalahan, antara lain kemacetan, polusi, kecelakaan, kriminalitas, pudarnya identitas kawasan dan lain-lain. Namun banyak potensi dan isu yang bisa diangkat dari koridor Jalan Pemuda tersebut, antara lain: bahwa koridor Jalan Pemuda yang saat ini sebagai kawasan perkantoran dan perdagangan, berpotensi untuk menarik investor sehingga dapat meningkatkan investment dan funding pada kawasan ini.

Pada saat ini kawasan Pemuda sedang mengalami perubahan kawasan yang cukup pesat, akibat dari perkembangan ekonomi dan letak kawasan yang cukup strategis. Perkembangan ekonomi pada kawasan ini menyebabkan adanya desakan ekonomi untuk memanfaatkan bangunan semaksimal mungkin karena berada di salah satu lokasi pusat komersial di Kota Medan yang bernilai tinggi. Sedangkan perubahan kawasan terjadi akibat adanya penggunaan fungsi bisnis yang sebagian terpusat di Jl. Pemuda dan sekitarnya, dimana menjadi daerah penting yang berkembang.

Di kawasan Jl. Pemuda masih terdapat bangunan-bangunan bersejarah pada masa Hindia-Belanda dan merupakan salah satu potensi yang dapat menjadi magnet aktifitas pada koridor bangunan di Jl. Pemuda, apabila adanya keserasian visual antara bangunan dengan ruang perkotaan. Melalui kehebatan tersebut, maka diperlukan penataan tata bangunan di Jalan Pemuda Medan. Penataan tata bangunan diwujudkan melalui usaha menciptakan urban friendly corridor.


(32)

Konsep urban friendly corridor dapat dicapai antara lain dgn mempertahankan bangunan yg secara historis dan arsitektural signifikan minimal dengan mempertahankan fasadenya. Selain itu, dengan memanfaatkan peluang ruang yang dapat digunakan sebagai area menikmati suasana dan bangunan-bangunan yang baru dirancang dengan perancangan yang serasi dengan bangunan lama/bersejarah. Dengan mengelolah fisik bangunan yang tingkat signifikansinya dapat lebih fungsional, maka akan menghasilkan suasana visual ruang yang serasi.

Shirvani, Hamid (1985) dalam Urban Design Process menyatakan bahwa

penataan massa dan bentuk bangunan akan menciptakan efek visual yang baik, yaitu: memperlihatkan hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain, menciptakan efek visual yang baik jika didesain sebaik mungkin. Penataan tata bangunan tidak hanya terfokus dalam menganalisa ketinggian bangunan dan efek

bulk yang terjadi pada bangunan, yang menjadi faktor yang paling diperhatikan pada

bentuk bangunan dan massa bangunan, tetapi juga warna, material, tekstur dan fasade bangunan.

Untuk mencegah semakin merosotnya fisik, fungsi dan karakter visual kawasan bersejarah ini, maka diperlukan penataan tata bangunan di Jalan Pemuda

Medan. penataan tata bangunan diwujudkan dalam rangka menciptakan urban

friendly corridor. Dalam rangka menghidupkan kembali suasana lingkungan agar

tidak semakin pudar. Upaya yang dilakukan dengan memberikan fungsi baru yang sesuai pada bangunan-bangunan lama yang sudah tidak lagi digunakan seperti fungsi


(33)

karakter visual bangunan bersejarah/lama yang ada disekitarnya. Keunikan karakter visual tipologi bangunan dengan berbagai ragam gaya dan ornamennya harus dapat dikenali untuk dipresentasikan dalam bentuk dan penempatan baru yang menunjukkan modernitas dan kaitannya dengan mata rantai sejarah masa silam.

Proses mengkaji tata bangunan di Jalan Pemuda juga dapat dilakukan pada koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, tetapi pedomannya tidak dapat digunakan pada koridor lainnya di Kota Medan, karena proses analisis pada setiap koridor-koridor yang ada di Kota Medan berbeda, hal ini di latar belakangi jika di tinjau dari sejarah kawasan, kebutuhan masyarakat, nilai ekonomi sebuah kawasan, pemakaian bahan dan faktor pendukung lainnya dalam pembuatan pedoman tata bangunan, sehingga pedoman tata bangunan di Jalan Pemuda Medan hanya untuk koridor jalan tersebut.

1.2 Permasalahan Penelitian

Koridor Jalan pemuda Medan merupakan bagian dari kawasan inti (core)

Kota Medan. Kawasan ini merupakan salah satu koridor penting di Kota Medan, koridor ini merupakan salah satu kawasan pengembangan yang dilakukan oleh pemerintahan Kolonial Belanda. Kawasan ini mulai berdiri pada akhir abad XVI dan berkembang pada awal tahun 1800-an. Perubahan fisik dan fungsi di kawasan Jl. Pemuda berpengaruh terhadap tata bangunan di koridor Jalan Pemuda Medan dan hal ini menyebabkan persoalan penataan tata bangunan di kawasan yang bersejarah dengan fungsi campuran mulai menunjukkan adanya penurunan terhadap kualitas


(34)

Kemunduran kondisi fisik bangunan baru dan bangunan lama/bersejarah yang ada dan fisik lingkungannya baik itu oleh pengaruh waktu, iklim, pergerakan kulit bumi, getaran yang dihasilkan oleh lalulintas kendaraan ataupun pemeliharaan yang sangat kurang serta penataan komponen-komponen rancang kota yang tidak ditata dengan baik. Bangunan-bangunan baru dan komponen-komponen rancang kota yang tidak ditata dengan baik mengakibatkan pula penurunan terhadap kualitas fisik bangunan karena tidak terkendalinya intensitas pembangunan di kawasan tersebut. Jalan Pemuda Medan yang dahulunya di kenal dengan Jl. Soekamoelia memiliki karakter tata bangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda sebagai kawasan komersial. Sehingga dari hal ini didapat permasalahan penelitian di kawasan Jalan Pemuda Medan adalah:

1. Bagaimana tahapan dan proses dalam mewujudkan keberlanjutan potensi

sejarah dan karakter visual guna membangun karakter Kota Medan khususnya dikoridor Jalan Pemuda Medan agar terbentuk keserasian

visual yang mendukung penciptaan urban friendly corridor.

1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah menyusun pedoman tata bangunan, baik untuk bangunan lama/bersejarah dan bangunan baru di Jalan Pemuda Medan sebagai pegangan bagi para pengelolah kota maupun pelaksana pembangunan

kota dalam melakukan perancangan dan pembangunan dalam konsep urban friendly


(35)

Yang menjadi sasaran yang harus dicapai untuk terwujudnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi sejarah dan perkembangannya dimasa sekarang

karakter tata bangunan yg terdiri dari intensitas pembangunan dan fasade bangunan di Jalan Pemuda Medan.

2. Mengkaji tahapan dan proses untuk mewujudkan karakter Kota Medan

dalam usaha penciptaan urban friendly corridor.

3. Merumuskan pedoman perancangan tata bangunan di kawasan Jalan

Pemuda Medan sebagai usaha penciptaan urban friendly corridor.

1.4 Manfaat Penelitian

Pedoman tata bangunan di Kawasan Pemuda Medan sebagai hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi:

1. Pengembangan wawasan ilmu perencanaan wilayah dan kota, khususnya

bidang perancangan perkotaan urban design yang memiliki fungsi

sebagai pengendali yang mengatur sekaligus memberikan arahan terhadap perkembangan baru di suatu kawasan dan pendekatan implementasinya pada kota secara keseluruhan dengan nilai-nilai sosial budaya lokal yang terdapat didalamnya dan kondisi kawasan yang beragam di kota-kota di Indonesia, serta implikasinya pada penerapan kebijaksanaan pembangunan kota.


(36)

perancang kota, khususnya untuk mengembangkan kebijaksanaan, produk perencanaan dan produk perancangan koridor-koridor kota lainnya dalam mengembangkan serta memanfaatkan kawasan kota yang dilandasi konsep-konsep urban friendly corridor sebagai bagian dari kota secara keseluruhan dan akan diimplementasikan sebagai panduan perancangan koridor-koridor kota yang memiliki sejarah yang unik, seperti halnya kawasan Jalan Pemuda Medan.

1.5 Batasan Penelitian

Urban friendly corridor sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis, manusiawi dan bersahabat (friendly) telah dikemukan oleh tokoh-tokoh gerakan

arsitektur modern yang tergabung dalam CIAM Congres International of

Architecture Modern. Ide tersebut mengarah kepada penghormatan lebih terhadap nilai-nilai manusiawi. Adapun ide tentang sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis tersebut dilatar-belakangi oleh pembangunan kota yang dititik-beratkan pada pembangunan jalan-jalan untuk kendaraan bermotor dan bangunan-bangunan tinggi sebagai simbol dari kemakmuran. Peri-kehidupan di pusat kota yang humanis merupakan usaha untuk mensejajarkan kembali manusia (pejalan kaki) dengan kendaraan bermotor dalam haknya untuk mempergunakan ruang kota dan menikmati arsitekturnya.

Suatu hal yang sangat tragis yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia adalah tidak diperhatikannya kepentingan manusia di jalan sebagai ruang kota yang


(37)

yang dialami oleh pejalan kaki juga berdampak kepada tidak nyaman dan tidak aman bagi pengendara kendaraan. Keadaan tragis tersebut tidak terkecuali juga terjadi di Kota Medan. Jalan-jalan yang ada di kota merupakan ruang kota yang memaparkan hampir semua kejadian kehidupan perkotaan. Oleh karena itu, kota akan disebut baik, aman dan nyaman jika jalan-jalannya baik, aman dan nyaman. Ahli perkotaan

bernama Donald Appleyard dalam bukunya “Livable Streets” (1981) menegaskan

bahwa orang akan selalu tinggal dan menjalani kehidupan di jalan, yaitu suatu tempat dimana anak-anak pertama kali mengenal dunia, bertemu dengan para tetangga dan merupakan pusat sosialisasi dari sebuah kota. Disamping itu jalan juga menjadi jalur transportasi dengan segala kebisingan, polusi, sampah, becek dan lumpur. Jalan juga tempat dimana orang asing mengganggu dan tempat kriminalitas terjadi.

“Urban friendly corridor” merupakan perencanaan sebuah koridor Kota yang bersahabat adalah suatu konsep ideal tentang sebuah koridor kota yang menempatkan manusia/masyarakat penghuninya sebagai “tuan rumah” yang dapat merasakan kemakmuran, kenyamanan, kesehatan dan keamanan secara adil dan merata, dalam prinsip-prinsip kota yang berkesinambungan. Dapat dikatakan juga

ruang kota yang bersahabat adalah “City for All” atau ruang kota untuk semua, baik

untuk orang yang miskin, kaya, tua, muda, sehat, sakit, mampu, cacat dan lain-lain. Sebagai kebalikannya, kota yang tidak bersahabat adalah kota yang secara langsung maupun tidak langsung mendeskriminasikan/mengesampingkan manusianya. Peran kota saat ini telah berubah, yaitu menjadi sebuah mesin besar yang merongrong


(38)

Comforts How To Build an Urban Village” (1995) mengatakan “Manusia adalah alat ukur dari dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah ukuran keberhasilan sebuah kota”. Kawasan yang menjadi objek penelitian adalah Jalan Pemuda Medan yang merupakan koridor utama yang menghubungkan Kawasan Kesawan dengan Kawasan Brigjen Katamso.

Penelitian ini tidak berusaha untuk mencari dan merumuskan suatu pengendalian perancangan tata bangunan yang bersifat menyeluruh untuk semua koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, namun hanya bersifat spesifik pada objek penelitian yaitu koridor utama Jalan Pemuda Medan, karena pedoman tata bangunan di Jalan Pemuda Medan hanya untuk koridor jalan tersebut. Proses mengkaji tata bangunan ini juga dapat dilakukan pada koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, tetapi pedomannya tidak dapat digunakan pada koridor

lainnya di Kota Medan.

Pemilihan Kawasan Pemuda sebagai objek penelitian yang dianggap dapat mewakili permasalahan umum tentang pengendalian intensitas pembangunan penataan tata bangunan karena kawasan Jalan Pemuda Medan merupakan salah satu kawasan bersejarah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Kota Medan modern yang memiliki bangunan lama/bersejarah yang dikelilingi kawasan-kawasan lain yang merupakan hasil dari perkembangan Kota Medan, sehingga perlu diantisipasi untuk mengurangi dan menghindari fenomena penurunan fisik kawasan yang berpengaruh terhadap penataan tata bangunan di kawasan tersebut. Adapun


(39)

peraturan-peraturan yang dapat dibuat menyangkut bentuk dan massa bangunan terdiri dari:

1. Ketinggian bangunan

2. Bentuk massa bangunan (Bulk)

3. Koefisien Lantai Bangunan

4. Garis Sempadan Bangunan

5. Skala

6. Penutup Bangunan

7. Material

8. Tekstur

9. Warna

Shirvani, Hamid (1985) dalam Urban Design Process menyatakan bahwa

penataan massa dan bentuk bangunan akan menciptakan efek visual yang baik, yaitu: memperlihatkan hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain, menciptakan efek visual yang baik jika bangunan didesain sebaik mungkin. Penataan tata bangunan tidak hanya terfokus dalam menganalisa ketinggian bangunan dan efek

bulk yang terjadi pada bangunan, yang menjadi faktor yang paling diperhatikan pada

bentuk bangunan dan massa bangunan, tetapi juga warna, material, tekstur dan fasade bangunan. Sehingga pembahasan mengenai pedoman tata bangunan sebagai usaha penciptaan urban friendly corridor dibatasi oleh beberapa hal, yaitu:


(40)

2. Penciptaan urban friendly corridor dalam konteks keserasian visual melalui usulan penataan intensitas pembangunan dan fasade bangunan. Pendekatan rasional digunakan untuk menentukan keserasian visual dan kualitas unsur fisik yang dianggap dapat mewakili image public.

3. Pendekatan regional dan perubahan regional akan memberikan peluang

perancangan yang berbeda pada kawasan Jalan Pemuda Medan.

4. Tata bangunan lama/bersejarah akan menjadi panduan dalam menata

fasade bangunan baru di Jalan Pemuda Medan.

5. Urban friendly corridor akan dijadikan tema dalam pengembangan konsep di kawasan Pemuda, karena dapat mencerminkan kehidupan kota yang nyaman, indah dan sejahtera yang tetap memperhatikan kehidupan masyarakat di dalamnya dan elemen perancangan kota yang nantinya akan membentuk kota tersebut dalam konteks keserasian visual melalui usulan penataan intensitas pembangunan dan fasade bangunan.

1.6 Kerangka Penelitian

Secara garis besar sistematika pembahasan Pedoman Tata Bangunan di Jl. Pemuda, Medan dapat diuraikan secara diagramatis (Gambar 1.1).


(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai alat untuk dibentuk kembali dalam usaha mendukung penciptaan Urban Friendly Corridor.

Menghasilkan permasalahan dan pemecahan permasalahan

Penataan tata bangunan di Jl. Pemuda, Medan

Analisis tata bangunan dengan komponen perancangan kota, yaitu:

• penggunaan tanah • intensitas pembangunan • sirkulasi kendaraan • jalur pejalan kaki • aktivity support (mis, pkl) • ruang terbuka dan sistem vegetasi • signage system

Kesimpulan

Konsep tata bangunan

1. skenario pengembangan jl pemuda medan

2. strategi penataan.

Gambar 1.1 Kerangka penelitian

urban friendly corridorsebagai konsep yang di pakai dalam pelaksana pembangunan kota dalam melakukan perancangan.

Hasil analisa dan Verifikasi

Karakter tata bangunan di Jl. Pemuda pada masa Kolonial Belanda. Mempengaruhi tata bangunan di Jl.

Pemuda, Medan

Hasil anaisa menjadi dasar untuk menyusun pedoman tata bangunan di Jl. Pemuda, Medan baik untuk bangunan lama/bersejarah dan bangunan baru.

Masalah Penelitian

Perubahan fisik dan fungsi di kawasan Jl. Pemuda, berpengaruh terhadap tata bangunan di koridor Jl. Pemuda, Medan dan hal ini menyebabkan persoalan di kawasan lama/bersejarah dengan fungsi campuran mulai menunjukkan adanya penurunan terhadap kualitas fisik dan fungsi lingkungannya.

Tujuan Penelitian

Menyusun pedoman tata bangunan, baik untuk bangunan lama/bersejarah dan bangunan baru di jalan Pemuda, Medan sebagai pegangan bagi para pengelolah kota maupun pelaksana pembangunan kota dalam melakukan perancangan dan pembangunan dalam konsep urban friendly corridor.

Pedoman Tata Bangunan di Jl. Pemuda, Medan

Penataan tampilan fasade bangunan • Atap

• Elemen dekoratif • Warna • Material

• Kolom

• Bukaan • Teras Penataan Intensitas pembangunan

• Tinggi bangunan • KDB • GSB • KLB

• Garis Sempadan Belakang Bangunan

• Garis Sempadan Samping Bangunan


(42)

Mass berasal dari bahasa Inggris yang di terjemahkan yang artinya bangunan dalam jumlah yang banyak, a piece or amount of definite, shape or size, bulk or size1

“Massa perkotaan“ meliputi bangunan-bangunan, permukaan tanah dan obyek di dalam ruang yang dapat membentuk ruang kota dan membentuk pola kegiatan baik dalam skala besar maupun kecil. Di dalam hal ini massa perkotaan akan

mempengaruhi bentuk dari ruang kota, sebab “ruang kota“ berkaitan dengan bentuk

semua bangunan, skala dan suasana penutup ruang antar bangunan

yang berarti suatu potongan atau jumlah terbatas, ukuran atau bentuk dan ukuran.

2

Bangunan-bangunan secara individual dapat berperan besar dalam totalitas pembentukan kota. Dengan ada penataan tata bangunan dapat menciptakan ruang urban yang berhasil dalam hampir semua bentuk. Pokok dari ruang urban yang berhasil adalah proposilnya, lantai dan dindingnya dan aktivitas yang ada di dalamnya, maka dari hal tersebut ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan agar dapat terciptanya tata ruang kota yang nyaman, baik dan terintegrasi yang baik antara elemen-elemen perancangan kota yang akan membentuk suatu kota.

.

Penataan tata bangunan dan bentuk bangunan menjadi elemen penting dalam perancangan suatu kota. Namun setelah itu perancangan lebih di utamakan pada ketinggian bangunan dan efek “bulk” tetapi faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan pada bangunan seperti warna, material tekstur dan fasade bangunan. Selama ini, faktor-faktor seperti warna, material, tekstrur dan fasade diserahkan langsung kepada


(43)

individu arsitek dan kliennya. Penataan tata bangunan sering diabaikan, pada hal massa bangunan merupakan elemen yang mendasar dalam perencanaan ruang kota, bukan hanya dari program pengindahan saja. Pengendalian tata bangunan dalam perancangan kota yang baik dapat menciptakan ruang-ruang kota yang berkualitas, meningkatkan elemen berskala manusia di kota, membentuk keharmonisan dan keserasian antara setiap bangunan yang dapat menjadi landmark kota. Dalam hal ini akan diuraikan faktor-faktor yang penting dalam penataan tata bangunan.

2.1 Unsur-unsur yang mempengaruhi Bentuk dan Massa Bangunan3

2.1.1 Intensitas bangunan

Unsur-unsur yang termasuk dalam intensitas bangunan, yaitu:

a. Koefisien dasar bangunanKoefesien Dasar Bangunan/Building Coveragae

Ratio (KDB/BCR), yang bertujuan untuk menemukan kepadatan bangunan.

1. Batasan KDB merupakan suatu nilai perbandingan antara luas

seluruh lantai dasar bangunan dan luas daerah perencanaan.

2. Nilai KDB ditetapkan berdasarkan tingkat pemanfaatan air tanah dan

laju infiltrasi air tanah.

3. Nilai KDB maksimum untuk peruntukkan perdagangan adalah 75%

sedangkan standar KDB maksimum untuk fasilitas sosial adalah 40%.


(44)

4. Luas lahan terbangun atau lantai dasar maksimum dapat dihitung sebagai berikut:

A = KDB Kawasan X Luas daerah rencana. A = Luas lantai dasar.

5. Bila daerah rencana memiliki ketetapan nilai KDB berbeda, maka

nilai KDB rata-rata dihitung dengan jalan menjumlah nilai KDB kali daerah rencana masing-masing lalu dibagi dengan total daerah rencana (Gambar 2.1).

(DP1 + DP2 +……….+ DPn)

(DP1 X KDB1) + (DP2 X KDB2) + ……+ (DPn X KDBn)

DP = daerah rencana

6. Rumusan di atas merupakan rumusan yang dipakai dalam

perhitungan koefisien dasar bangunan. b. Garis sempadan bangunan

Gambar 2.1 Contoh perhitungan KDB bangunan pada lahan 1000 m2


(45)

• Garis Sempadan Bangunan membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar roil sampai batas terluar maka bangunan muka bangunan, yang berfungsi sebagai pembatas ruang.

• Garis Sempadan ditentukan dengan pertimbangan ruang bebas

pandang bagi pengendara.

• Model perhitungan garis sempadan; Lebar jalan kurang dari 8 m

Garis Sempadan = ½ lebar jalan.

• Sempadan belakang ditentukan dapat dilalui kendaraan pemadam

kebakaran atau minimal 3m.

• Garis sempadan belakang bangunan akan mempengaruhi jarak antara

bangunan di depan dan di belakangnya. c. Insentif luas lantai dasar bangunan

Memberikan keuntungan tambahan luas lantai dasar bangunan. Insentif

ini diberikan apabila developer memenuhi persyaratan peruntukkan lantai

dasar yang diwajibkan, misalnya fungsi-fungsi retail disepanjang jalur utama pejalan kaki. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi-fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan kedalam KLB kapling (Gambar 2.2).


(46)

d. Koefisien lantai bangunan

Koefesien Lantai Bangunan/Floor Area Ratio (KLB/FAR) yang bertujuan

untuk mengupayakan ambang intensitas pembangunan secara merata.

1. Batasan KLB merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara luas

seluruh lantai bangunan dan luas daerah perencanaan. Batasan KLB dinyatakan tanpa satuan.

2. Model perhitungan KLB untuk suatu kawasan mengikuti model yang

sama dengan perhitungan KDB.

3. KLB kawasan adalah 0,75-3,00 (adaptasi Pedoman Perencanaan Tata

Bangunan DTK Jakarta) (Gambar 2.3).

4. Perhitungan KLB untuk suatu kawasan mengikuti model yang sama

dengan perhitungan KDB pada bangunan lama/bersejarah.

5. Model KLB perhitungan pada suatu kawasan harus mengikuti keadaan


(47)

e. Ketinggian bangunan maksimum

Perancangan ketinggian setiap kapling bergantung kepada konsep skyline kawasan secara keseluruhan.

1. Batasan ketinggian bangunan (KB) merupakan suatu nilai yang

menyatakan jumlah nilai lantai maksimum daerah perencanaan, batasan KB dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai (lantai dasar = lantai 1).

2. Penentuan jumlah lantai bangunan didasarkan pada pertimbangan

keselamatan (cukup sinar matahari, sirkulasi udara, merasa terlindungi dan lantai tertinggi harus dapat dijangkau oleh fasilitas pemadam kebakaran), keindahan (harmonis dengan bangunan lain

dan membentuk skyline yang continue) dan arah pandangan ke

lingkungan secara makro (langit) tidak terhalang oleh ketinggian bangunan.

3. Jumlah lantai bangunan dengan peruntukan komersial/perdagangan


(48)

lantai bangunan dengan peruntukkan perkantoran dan jasa (bangunan tunggal) adalah maksimum 4 lantai.

f. Skala

Skala berfungsi untuk mengkomunikasikan wujud sebuah bangunan atau ruang dengan menunjukkan pertimbangan perancang dan penggunaan yang bebas dari variabel-variabel arsitektur yang ada: bahan, teknologi, bentuk, ukuran, warna, tekstur, elemen dan prinsip perancangan.

g. Skyline

Merupakan suatu garis dimana langit dan bumi bertemu. Fungsi utamanya adalah penghubung bangunan secara horizontal. Pada dekade terakhir

muncul istilah yang paling baru, yakni “skyscraper”atau bangunan

pencakar langit, yang kemunculannya semakin berkembang tak terbendung lagi. “skyscraper” atau bangunan pencakar langit berawal dari Mesopotamia Zigurat sampai Burj Dubai, yang merupakan menara unik dengan sistem struktur dan konstruksi luar biasa. Keberadaannya

merupakan salah satu landmark kota Dubai. Dekade selanjutnya muncul

menara dalam bentuk bangunan industri, cerobong asap, perapian yang berbentuk kerucut dan menara air. Keberadaan menara tersebut secara otomatis menjadi landmark kota duniawi. Poin utama dalam skyline adalah pandangan untuk memajukan kota yang tradisional menjadi kota modern, dan kota tidak hanya terpusat pada bangunan ibadah, tetapi juga


(49)

menampilkan bangunan pencakar langit dan setelah revolusi industri, gedung pencakar langit menjadi landmark kota. Bangunan tinggi tidak hanya berfungsi sebagai rumah ibadah akan tetapi juga sebagai wadah pertemuan kelompok atau kekuatan politik dan ekonomi.

h. Skyline Perkotaan

Skyline adalah tanda kota, identitas perkotaan dan merupakan satu cara untuk menggambarkan kemajuan perkotaan. Skyline perkotaan bertujuan untuk memusatkan bentuk kota dan menyorot bentuk kota. Skyline kota dapat dilihat dari ketinggian gunung sehingga ketinggian bangunan yang ada di suatu kota dapat dilihat dengan jelas. Ketinggian bangunan yang dibentuk dari ketinggian bangunan yang berbeda akan membentuk skyline kota. Di beberapa kota besar masih banyak ditemukan gedung pencakar langit yang tinggi dari melebihi skyline kota yang terbentuk.

2.1.2 Fasade bangunan/muka bangunan

Fasade merupakan elemen penting yang menghadirkan berbagai pengalaman kepada pengamat untuk dapat memilih pengalaman-pengalaman visual yang berbeda. Fasade dapat mengubah fokus pandangan kita, dengan berpindah dari satu lokasi pengamatan kelokasi pengamatan lain dan hal ini akan membuka peluang bagi kota untuk mendapatkan vista yang baru atau gambar yang baru. Kekayaan visual tergantung pada kontras dari elemen-elemen seperti jendela, dinding, material bangunan, warna, tekstur atau kontras terang dan gelap pada langit-langit bangunan.


(50)

Kekayaan visual juga tergantung pada jumlah dari elemen-elemen yang dapat dilihat

oleh pengamat. Fasade bangunan/muka bangunan sangat perlu ditata, karena4

1. Wujud dari bangunan akan lebih mudah untuk dikenal/baca. Merancang

massa dari bangunan harus dapat memberikan sifat menguatkan karakter dari suatu lokasi, sehingga dengan mudah dapat di kenal dan di baca. Massa bangunan yang dirancang saat sekarang ini harus dapat memberikan kekuatan karakter pada bangunan, karena bangunan yang di maksud secara visual harus dapat terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk mendukung sifat mudah dibaca, hal yang di perlukan adalah bagaimana kita dapat menafsirkan ketika suatu bangunan terkait dengan konteks lingkungannya sehingga dapat menguatkan karakter

bangunan. Hal ini dapat di perkuat dengan adanya paths, nodes, landmark,

edges yang ada disekitarnya.

:

2. Wujud dari bangunan akan lebih mudah untuk dikenal/dibaca berdasarkan

kegunaan/fungsi bangunan. Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana cara menempatkan suatu fasade dari bangunan dapat di baca oleh orang yang melintas pada bangunan tersebut. Penampilan dari muka bangunan dapat memberikan gambaran yang terperinci tentang fungsi bangunan tersebut. Contoh suatu bangunan balai kota perlu menunjukkan karakter dari bangunan tersebut, bahwa bangunan tersebut adalah balai kota.


(51)

3. Variasi

Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana cara membuat fasade dari bangunan secara lebih detail dan terperinci. Hal ini dilakukan, agar pada saat melintas pada bangunan tersebut orang dapat menikmati suatu keindahan yang di miliki oleh bangunan tersebut, sehingga mereka dapat menginterpretasikan sebagai sebuah faktor yang membuat seseorang merasa lebih bersemangat pada saat melintas atau melihat bangunan tersebut.

4. Peran dari fasade bangunan/muka bangunan jika dibuat lebih terperinci.

hal ini perlu di lakukan agar memberikan tujuan yang spesifik pada perancangan fasade bangunan, dan hal ini dilakukan agar bangunan yang di rancang lebih erat dengan lingkungan yang ada, hal ini sangat perlu diperhatikan.

2.1.3 Unsur-unsur yang dapat mempengaruhi Fasade pada bangunan5

Sebuah fasade harus didesain mengikuti konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut, sehingga akan menciptakan visual yang menarik dan indah.

a. Harmonis

Harmonis adalah penyusunan elemen-elemen atau bagian-bagian dalam kesatuan artistik yang teratur, menyenangkan atau kongruen.


(52)

Keharmonisan muka bangunan perlu dirancang karena akan menghasilkan nilai estetika yang menarik maka hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Harmonis pada fasade bangunan dapat menunjukkan adanya hubungan

antara elemen-elemen lainnya secara lebih detail.

2. Harmonis pada fasade bangunan mampu menguatkan karakter yang

ada pada bangunan sehingga akan memperkaya unsur-unsur yang ada pada bangunan.

3. Elemen-elemen yang di gunakan pada setiap bangunan berbeda-beda,

sehingga akan membentuk karakter visual yang berbeda pada bangunan. Harmonis pada bangunan dapat memberikan adanya hubungan pada setiap bangunan sehingga antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya memiliki hubungan.

4. Harmonis pada bangunan menunjukkan adanya ritme, datum,

pengulangan dan transformasi.

b. Kontras

Perancangan dalam bangunan tidak boleh mengabaikan kontras, karena kontras dibutuhkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang menarik dan kreatif. Pemahaman yang baik mengenai kontras sangat dibutuhkan dan sifat-sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras menjadi seimbang dengan konteksnya. Bangunan-bangunan yang bersifat kontras perlu dipisahkan satu dengan yang lain supaya arti konteksnya masih


(53)

panduan perancangan fasade agar kawasan memiliki karakteristik visual

yang memiliki kontribusin place pada ruang kota. Peristiwa visual

tergantung pada kontras visual, yang dapat diciptakan oleh perbedaan nada atau warna pada satu atau dua bentuk yang terdapat pada permukaan bangunan atau variasi tiga dimensi yang ada pada bangunan. Efektifitas ini sangat mempengaruhi antara yang satu dengan lainnya dan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu:

Ada dua faktor yang paling efektif agar kontras pada permukaan bangunan dapat dikatakan baik adalah:

1. Memposisikan bangunan, hal ini bertujuan untuk menonjolkan bagian

mana dari bangunan yang akan menjadi sudut pandang utama pada saat orang melihat bangunan tersebut. Kontras dalam merancang bentuk massa dan fasade bangunan sangat perlu.

2. Kontras pada bangunan mampu menonjolkan unsur-unsur yang ada

pada masing-masing bentuk bangunan dan menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara unsur yang satu dengan yang lainnya yang dapat memberikan kesinambungan.

3. Kontras pada bangunan membedakan detail bangunan yang soft dan

hard, keras dan lembut yang dimaksud adalah seperti, jendela, relief


(54)

4. Kontras pada bangunan akan memberikan karakter visual pada bangunan, sehingga akan memberikan pengalaman pada orang yang melihatnya atau melintas pada bangunan tersebut.

5. Kontras pada bangunan di gunakan untuk membedakan warna, level

lantai bangunan dari permukaan tanah, tiga dimensi bangunan, garis- garis vertikal dan horizontal, dan material yang di pakai pada bangunan.

6. Bangunan yang bersifat kontras perlu dipisahkan satu dengan yang

lainnya supaya arti konteksnya masih dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.

7. Pemahaman yang baik mengenai kontras sangat dibutuhkan dan sifat –

sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras menjadi seimbang dengan konteksnya.

c. Material

Material adalah elemen-elemen yang dipakai pada bangunan baik berupa bahan-bahan bangunan, struktur ataupun kontruksi yang dipakai pada bangunan. Material dalam merancang bentuk massa dan fasade bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda sangat perlu karena:

1. Penggunaan material yang berbeda akan memberikan unsur-unsur

yang berbeda pada bangunan, seperti jendela, pintu, penutup atap bangunan, lantai bangunan, konstruksi bangunan dan lain-lain.


(55)

2. Material pada bangunan akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, sebab material bangunan akan memberikan karakter visual pada bangunan dan untuk mempertegas fungsi dari bangunan tersebut.

3. Material dalam merancang bangunan sangat penting karena, material

akan mempengaruhi suhu pada bangunan, efek yang ditimbulkan dari penggunaan material tersebut terhadap lingkungan disekitanya, yang disesuaikan dengan iklim lingkungan.

d. Tekstur

Salah satu dari elemen terpenting yang dapat dipakai seseorang perancang dalam menentukan skala pada bangunan. Di dalam hal ini tekstur adalah alat dimana kita dapat menentukan hubungan khusus dengan sebuah bangunan atau bahkan suatu bagian bangunan yang pada jarak dekat melengkapi perhubungan skala kita dengannya. Keanekaragaman tekstur, digunakan dengan keterampilan perancang yang peka, yang memungkinkan suatu rangkaian menjadi lebih luas dan lebar dalam bentuk skala arsitektur bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda yang tetap memperhatikan konteks lingkungan sebagai kawasan lama/bersejarah.

e. Warna

Pada rancangan bangunan, khususnya pada eksterior, adalah sering suatu cita rasa terbatas yang ditentukan oleh bahan-bahan yang dipakai. Mempergunakan rangkaian “alamiah” pada warna yang tersedia dalam


(56)

bahan bangunan adalah sebuah cara untuk menerapak disiplin pada rancangan bangunan. “Alamiah disini berarti bahwa tidak ada usaha dilakukan di dalam proses pembuatan untuk mengubah warna yang dihasilkan oleh bahan yang menyusun atau bahan yang dipakai Orr, Frank, Skala dalam arsitektur.

Fungsi dari warna, yaitu:

1. Memberikan efek skala pada bangunan.

2. Memberikan ketegasan yang lebih tajam pada bentuk sehingga

membantu seseorang sebagai pengamat untuk menegaskan hubungan fisik dengan bentuk.

3. Untuk menghiasi permukaan-permukaan yang akan terlihat didalam

pancaran sinar matahari yang kuat, sehingga kehalusan bentuknya dan ketegasannya dapat lebih mudah dilihat.

2.1.4 Cara orang-orang mengartikan/menafsirkan suatu tempat

Orang-orang mengartikan suatu tempat ketika tempat tersebut memiliki makna atau arti tertentu, karena mereka pernah mengalami suatu kejadian atau melakukan sesuatu hal di tempat tersebut. Pada dasarnya orang-orang tidak belajar dari suatu tempat/ruang yang hampa sosial, akan tetapi orang-orang akan belajar dari suatu lingkungan dimana mereka pernah berada. Setiap orang akan mengartikan makna yang berbeda pada suatu tempat, walaupun masing-masing dari mereka pernah


(57)

berada di tempat yang sama. Ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu6

1. Pengalaman dari lingkungan mereka yang berbeda dengan kelompok yang

lainnya. :

2. Tujuan/kegiatan yang dilakukan dari masing-masing berbeda berbeda

dengan kelompok lainnya.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keserasian Visual Terhadap Tata Bangunan Ada beberapa faktor mempengaruhi visual pejalan kaki terhadap tata bangunan di sekitarnya, yaitu:

1. Sudut bangunan terhadap jalan, Sky Exsposure Plan (SEP) (Gambar 2.4).

2. Variasi bentuk desain massa bangunan.

3. Adanya keserasian antara elemen-elemen yang ada pada bangunan

(Gambar 2.5).

Gambar 2.4Ratio 1:2 merupakan perbandingan minimum yang tepat antara

tinggi bangunan dengan lebar jalan Sumber: Hedman & Andrew Jaszewaki 1984; 57-60


(58)

Permukaan suatu bangunan perlu disain, karena akan memberikan kesan tertentu pada saat orang yang melihatnya. Hal ini dilakukan untuk menguatkan karakter atau membandingkan karakter yang ada pada bangunan. Sehingga unsur-unsur yang ada pada bangunan dapat memberikan karakter pada bangunan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut, harus dilakukan analisa, antara lain yaitu:

1. Unsur-unsur yang ada pada bangunan (seperti detail dinding, jendela,

pintu dan level lantai.

2. Hubungan antara unsur-unsur yang ada pada bangunan (seperti; vertikal

atau horizontal, irama dan hubungannya dengan garis langit yang

diciptakan oleh masing-masing ketinggian bangunan.

3. Adanya keserasian pada bangunan, yang dapat di ciptakan melalui

hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang berada di sebelahnya sehingga keserasian visual terhadap bangunan akan tercipta. Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat di lakukan agar disain sebuah bangunan memiliki hubungan antar yang satu dengan yang lainnya.

4. Jika bangunan yang saling bersebelahan memiliki persamaan bentuk dan

karakter, ini dapat digunakan sebagai titik awal dalam mendisain bangunan baru. Sisi bangunan yang dijadikan titik awal dalam mendisain

Gambar 2.5 Diagram yang menunjukkan hubungan antara

elemen-elemen bangunan dengan bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22


(59)

bangunan dapat digabungkan dengan beberapa bentuk bangunan lainnya, sehingga bangunan-bangunan saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya (Gambar 2.26).

5. Penggunaan skala pada detail/ornamen bangunan yang disesuikan dengan

skala bangunan.

6. Kemampuan jarak pandang terhadap permukaan bangunan dengan jarak

tertentu, sehingga dapat di lihat dari berbagai posisi jalan pada suatu Gambar 2.6 Ilustrasi yang menunjukkan bagaimana caranya

menghubungkan suatu disain baru untuk dipersatukan dengan bangunan lama


(60)

kawasan pusat kota oleh pejalan kaki (Gambar 2.7 dan 2.8).

7. Bentuk/wujud disain sebuah bangunan akan mempengaruhi visual

pengguna jalan/pejalan kaki, karena akan di butuhkan waktu tertentu bagi pengamat/pengguna jalan kaki untuk dapat melihat keseluruhan dari

permukaan bangunan sehingga akan di dapat serialvision (Gambar 2.9).

Gambar 2.7 Ilustrasi yang menunjukkan kemampuan jarak pandang pejalan kaki jika di lihat dari berbagai jarak

pandang dengan ketinggian bangunan Sumber: Bentley, Ian 1980; 94-95

Gambar 2.8 Ratio perbandingan jarak minimum dan maksimum antara posisi pengamat (pejalan kaki)

dengan ketinggian bangunan. Sumber: Bentley, Ian 1980; 95


(61)

8. Keberadaan posisi bangunan juga mempengaruhi persentase visual pengamat/pengguna jalan/pejalan kaki untuk dapat melihat keseluruhan dari masing-masing sisi bangunan jika di lihat dari berbagai posisi, misalnya dari arah simpang empat, jalur satu arah, simpang tiga dan jika sisi bangunan di ampit dengan bangunan lainnya (Gambar 2.10).

2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki yang terkait

dengan penataan tata bangunan. Ada beberapa faktor mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki terhadap tata bangunan di sekitarnya, yaitu:

1. Sudut bangunan terhadap jalan, Sky Exsposure Plan (SEP) (Gambar 2.11

Gambar 2.9 Bentuk /wujud desain sebuah bangunan akan berpengaruh terhadap visual pengamat/pengguna

jalan Sumber: Bantley, Ian 1980; 94-95

Gambar 2.10 Berapa besar persentase sisi bangunan dapat di lihat dari berbagai posisi


(62)

2. Garis sudut bangunan yang disesuaikan dengan kawasan yang ada.

3. Keadaan sudut bangunan yang disesuaikan dengan kondisi bangunan

lama/bersejarah yang ada di kawasan tersebut.

4. Desain bentuk massa bangunan (Gambar 2.13).

Gambar 2.12 Ketinggian bangunan yang harmonis dengan lebar jalan menciptakan ruang teduh bagi pejalan dengan intensitas cahaya yang

cukup untuk ruang dalam bangunan Sumber: Hedman & Andrew Jaszewaki 1984; 57-60

Permukaan area dinding yang luas dan tidak terputus-putus pada bangunan, memberikan kesan ukuran bangunan yang besar sekali dan tinggi terhadap pejalan kaki.


(63)

5. Property/perabot yang ada pada bangunan (Gambar 2.14 dan 2.15).

Gambar 2.14 Diagram yang menunjukkan batasan maksimum

antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan property bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22

Gambar 2.13 Petunjuk dalam mendisain bangunan yang menunjukkan

hubungan antara bentuk/wujud bangunan dan penampilan bangunan. Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22


(64)

6. Garis Sempadan Bangunan (GSB 0/nol) yang memperlihatkan jarak antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan dan jalur sirkulasi kendaraan dengan bangunan (Gambar 2.16).

7. Elemen ruang publik yang berorientasi kepada pejalan kaki (Gambar

2.17).

Gambar 2.15 Penataan perabot yang ada pada bangunan dengan sirkulasi pejalan kaki akan memberikan kenyamanan bagi pejalan

kaki Sumber: Bantley, Ian 1980; 71-72

Gambar 2.16 Ilustrasi yang menunjukkan GSB bangunan (0/nol), sehingga tidak ada jarak batasan

antara sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22


(65)

2.1.7 Aspirasi dan dekorasi dari fasade

Pada jalan bergantung pada pemahaman sebuah jalan itu dari

pengembangannya, konteksnya, peraturan maupun fungsinya. Ditinjau dari aspek

fungsional, jalan-jalan di kota secara umum dapat dikelompokkan dalam 3 tipe, yaitu:

1. Civic Streets, yaitu jalan yang diperuntukan untuk umum. Jalan ini

didominasi oleh bangunan-bangunan umum yang menjadi milik semua masyarakat kotanya, seperti teater, hall konser, museum, dan kantor pemerintah.

2. Commercial Streets, yaitu jalan yang diperuntukan untuk kepentingan

komersial. Jalan ini sering digunakan untuk mengidentifikasi kota. Contoh: Regent Street London. Hal-hal ini menjadi pertimbangan yang sangat perlu diperhatikan.

3. Residential Streets, yaitu jalan untuk kawasan perumahan, yang

mengambil tempat paling besar dalam area perkotaan.

2.18 Citra Kota

Menurut Kevin Lynch, citra kota dapat dibagi dalam lima elemen, yaitu path

(jalur), edge (tepian), node (simpul), district (kawasan), serta landmark (tengeran). Gambar 2.17 Elemen ruang publik yang berotientasi

kepada pejalan kaki Sumber: Chiara. 1990;340


(66)

Kelima elemen ini dapat tercipta pada skala bangunan, sehingga karakter sebuah kawasan dapat dikenal melalui bangun-bangunan yang ada di kawasan tersebut.

a. Path (Jalur)

Path adalah merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan

orang untuk melakukan pergerakan umum, yakni jalan, gang-gang, jalan

transit, lintasan kereta api dan sebagainya. Path mempunyai identitas

(Gambar 2.18).

Path (jalur) dipakai pada sebuah kawasan/koridor jalan agar sebuah fasad

bangunan memiliki sifat untuk mudah di baca, karena sebuah path (jalur) memiliki

fungsi, yaitu:

1. Path (jalur) di pakai untuk memperkuat karakter suatu kawasan atau

bangunan sehingga akan lebih mudah untuk membedakan bangunan pada suatu kawasan dengan bangunan yang ada di kawasan lainnya.

Gambar 2.18 Path pada skala bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 46


(1)

membentuk massa • Jarak tanam rapat (<3m) Pembatas pandang • Tanaman tinggi, perdu/semak

• Bermassa daun padat • Ditanam berbaris atau

membentuk massa • Jarak tanam rapat

Bambu, Cemara, Kembang Sepatu dan Oleander.

Penahan silau lampu kendaraan (pada meridian jalan).

• Tanaman perdu/semak • Ditanam rapat

• Ketinggian 1,5 m

Bougenvile. Kembang Sepatu, Oleander dan Nusa Indah.


(2)

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini maka ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil untuk dijadikan bahan pertimbangan antara lain, yaitu:

1. Pedomana tata bangunan Urban Design Guidelines adalah upaya yang dilakukan untuk mengatur dan menata rancangan suatu kota, dimana didalamnya terdapat aturan berisi hal-hal yang wajib dilakukan dalam batasan-batasan tertentu serta berupa larangan/sanksi.

2. Selain itu, pendekatan yang dilakukan untuk membuat Urban Design Guidelines harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).

3. Dengan dukungan mekanisme kontrol harus mampu mengangkat isu-isu strategis kawasan, baik dalam bentuk kegiatan/aktifitas sosial-ekonomi maupun karakter fisik kota. untuk mewujudkan lingkungan binaan yang akomodatif terhadap tuntutan kebutuhan dan fungsi baru.

4. Adanya aturan yang mengikat antara pemerintah dengan pengguna/pemanfaat lahan yang ada di sekitar kawasan, sehingga tetap mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dengan tetap memberikan sanksi sesuai dengan tindakan yang lakukan dan peraturan ini diharapkan akan dapat memberikan dampak positif untuk kawasan Pemuda.


(3)

8.2 Saran

Dan hasil penelitian ini juga ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan arahan dalam pengembangan kawasan-kawasan/koridor lainnya antara lain, yaitu:

1. Pengembangan terobosan-terobosan mengenai pengembangan koridor-koridor Kota Medan, Khususnya di Jl. Pemuda Medan sebagai kawasan lama/bersejarah yang diorientasikan sebagai kawasan komersial (dalam hal ini perdagangan) maupun perkantoran dan jasa (Mixed-Use), dimana penataan dilakukan dengan pendekatan yang melibatkan seluruh stakeholder.

2. Proses mengkaji tata bangunan di jalan Pemuda juga dapat dilakukan pada koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan,. tetapi pedomannya tidak dapat digunakan pada koridor lainnya di Kota Medan. karena proses analisis pada setiap koridor-koridor yang ada di Kota Medan berbeda. 3. Beberapa hal dan proses yang dilakukan di jalan Pemuda juga dapat

diharapkan dapat dijadikan gambaran pada koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, sehingga setiap koridor-koridor penting ataupun koridor lainnya yang ada di sekitar Kota Medan memiliki elemen-elemen perancangan kota yang disesuaikan dengan standar yang tetap memperhatikan kenyamanan dan keamanan masyarakat Kota Medan secara keseluruhan, sehingga dapat memberikan hal-hal yang positif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Setyohadi K, (2007), Tipologi Pola Spasial Dan Segregasi Sosial Lingkungan Permukiman Candi Baru. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Nomor 2 Volume 9.

Edi Sumarno, (2006), Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional Di Sumatera Timur Pada Periode Kolonial. Buletin Historisme Edisi No. 22/Tahun XI.

Gallion and Eishner, (1992), Pengantar Perancangan Kota. Jakarta: Erlangga. Herbert, D.T, (1973), Urban Geografy: a social perspective. London: Longman. Handinoto dan Samuel Hartono, (2007), Surabaya Kota Pelabuhan: Studi tentang

perkembangan bentuk dan struktur sebuah kota pelabuhan ditinjau dari perkembangan transportasi, akibat situasi politik dan ekonomi dari abad 13 sampai awal abad 21. Dimensi Teknik Arsitektur Vol.35, No. 1.

Handinoto, (2010), Arsitektur dan Kota-Kota di Jawa Pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Imam Djoko Mono dan Agung Murti Nugroho, (2000), Identifikasi Komponen Penting Kawasan Dengan Penerapan Tiga Teori Perancangan Kota. Media Teknik No. 4 Tahun XXII Edisi November, No. ISSN 0216-3012.

I Ketut Alit, (2004), Morfologi Pola Permukiman Adat Bali. Jurnal Permukiman Natah Vol. 2 No 2.

Jufrida, (2007), Masuknya Bangsa Cina Ke Pantai Timur Sumatera. Buletin Historisme Edisi No. 23/Tahun XI/Januari.

Kostof, Spiro, (1991), The City Shapped: urban pattern and meanings throught history. London: A Bulfinch Press Book.

Lynch, Kevin, (1992), The Image of The City. London: The MIT Press.

Luckman Sinar, (2009), Tengku, Sejarah Medan Tempoe Doloe. Medan: ISBN 979-98285-7-0.


(5)

Luckman Sinar Basarsyah II, Tuanku, (2009), Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu Di Sumatera Timur. Medan: ISBN 979-26-6800-4.

Madanpour, Ali, (1996), Design of Urban Space. Chichester.

Nas, Peter J.M, (1986), The Indonesian City: studies in urban development and planning. Holland: Foris Publications.

Perret, Daniel, (2010), Kolonialisme dan Etnisitas: Batak dan Melayu di Sumatera Timur. Jakarta: Kepustakaan Pupuler Gramedia.

Qomarun dan Budi Prayitno, (2007), Morfologi Kota Solo (Tahun 1500-2000). Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 35, No. 1, Juli.

Qomarun and Nindyo Soewarno, (2008), Urban Settlemen Typology of Solo (1500s

-2000s). Forum Teknik Vol. 32, No. 1, Januari.

Rapoport, Amos, (1969), House Form and Culture, New Jersey: Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Ratna, (2006), Labuhan Deli Riwayatmu Dulu. Buletin Historisme Edisi No. 22/Tahun XI/Agustus.

Rahardjo, Supratikno, (2007), Kota-Kota Prakolonial Indonesia: Pertumbuhan dan Keruntuhan. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

Smailes, R.J, (1995), Some Reflection on the Geografhical Description and Analysis of Townscape. In the Institute of British Geographer Transaction and Paper. Samin Siregar, Ahmad, (2006), Sejarah Perkembangan Bandar Labuhan Deli,

Medan: Gema Pelabuhan.

Soetomo, Sugiono, (2009), Urbanisasi dan Morfologi: proses perkembangan peradaban dan wadah ruang fisiknya menuju ruang kehidupan yang manusiawi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Trancik, Roger, (1986), Finding Lost Space: Theories of Urban Design. New York: Van Nostrand Reinhold Company.

Widamaryani, C.K; Ikaputra; Jatmika Adi; Suryabrata, (2003), Kajian Morfologi dan Perubahan Fungsi Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta. Teknosains, September.


(6)

Wunas, Shirly, (2010), Kota Humanis: integrasi guna lahan dan transportasi di wilayah suburban. Surabaya: Brillian Internasional.

Yunus, Hadi Sabari, (2000), Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Yunus, Hadi Sabari, (2005), Klasifikasi Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunus, Hadi Sabari, (2005), Manajemen Kota: perspektif spasial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zahnd, Markus, (2006), Perancangan Kota Secara Terpadu: teori perancangan kota dan penerapannya. Yogyakarta: Kanisius.