individu arsitek dan kliennya. Penataan tata bangunan sering diabaikan, pada hal massa bangunan merupakan elemen yang mendasar dalam perencanaan ruang kota,
bukan hanya dari program pengindahan saja. Pengendalian tata bangunan dalam perancangan kota yang baik dapat menciptakan ruang-ruang kota yang berkualitas,
meningkatkan elemen berskala manusia di kota, membentuk keharmonisan dan keserasian antara setiap bangunan yang dapat menjadi landmark kota. Dalam hal ini
akan diuraikan faktor-faktor yang penting dalam penataan tata bangunan.
2.1 Unsur-unsur yang mempengaruhi Bentuk dan Massa Bangunan
3
2.1.1 Intensitas bangunan Unsur-unsur yang termasuk dalam intensitas bangunan, yaitu:
a. Koefisien dasar bangunanKoefesien Dasar BangunanBuilding Coveragae Ratio KDBBCR, yang bertujuan untuk menemukan kepadatan
bangunan. 1. Batasan KDB merupakan suatu nilai perbandingan antara luas
seluruh lantai dasar bangunan dan luas daerah perencanaan. 2. Nilai KDB ditetapkan berdasarkan tingkat pemanfaatan air tanah dan
laju infiltrasi air tanah. 3. Nilai KDB maksimum untuk peruntukkan perdagangan adalah 75
sedangkan standar KDB maksimum untuk fasilitas sosial adalah 40.
3
Shirvani, Hamid, Urban Design Process, 1985.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Luas lahan terbangun atau lantai dasar maksimum dapat dihitung sebagai berikut:
A = KDB Kawasan X Luas daerah rencana. A = Luas lantai dasar.
5. Bila daerah rencana memiliki ketetapan nilai KDB berbeda, maka nilai KDB rata-rata dihitung dengan jalan menjumlah nilai KDB kali
daerah rencana masing-masing lalu dibagi dengan total daerah rencana Gambar 2.1.
DP1 + DP2 +……….+ DPn DP1 X KDB1 + DP2 X KDB2 + ……+ DPn X KDBn
DP = daerah rencana
6. Rumusan di atas merupakan rumusan yang dipakai dalam perhitungan koefisien dasar bangunan.
b. Garis sempadan bangunan Gambar 2.1 Contoh perhitungan KDB bangunan pada lahan
1000 m
2
Sumber: Hasil pengamatan lapangan, tahun 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
• Garis Sempadan Bangunan membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan, dihitung dari batas terluar roil sampai batas terluar
maka bangunan muka bangunan, yang berfungsi sebagai pembatas ruang.
• Garis Sempadan ditentukan dengan pertimbangan ruang bebas pandang bagi pengendara.
• Model perhitungan garis sempadan; Lebar jalan kurang dari 8 m Garis Sempadan = ½ lebar jalan.
• Sempadan belakang ditentukan dapat dilalui kendaraan pemadam kebakaran atau minimal 3m.
• Garis sempadan belakang bangunan akan mempengaruhi jarak antara bangunan di depan dan di belakangnya.
c. Insentif luas lantai dasar bangunan Memberikan keuntungan tambahan luas lantai dasar bangunan. Insentif
ini diberikan apabila developer memenuhi persyaratan peruntukkan lantai dasar yang diwajibkan, misalnya fungsi-fungsi retail disepanjang jalur
utama pejalan kaki. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi- fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan kedalam
KLB kapling Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Contoh Perhitungan insentif KDB bangunan pada lahan 1000 m
2
Sumber: Hasil pengamatan lapangan, tahun 2012
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
d. Koefisien lantai bangunan Koefesien Lantai BangunanFloor Area Ratio KLBFAR yang bertujuan
untuk mengupayakan ambang intensitas pembangunan secara merata. 1. Batasan KLB merupakan suatu nilai hasil perbandingan antara luas
seluruh lantai bangunan dan luas daerah perencanaan. Batasan KLB dinyatakan tanpa satuan.
2. Model perhitungan KLB untuk suatu kawasan mengikuti model yang sama dengan perhitungan KDB.
3. KLB kawasan adalah 0,75-3,00 adaptasi Pedoman Perencanaan Tata Bangunan DTK Jakarta Gambar 2.3.
4. Perhitungan KLB untuk suatu kawasan mengikuti model yang sama dengan perhitungan KDB pada bangunan lamabersejarah.
5. Model KLB perhitungan pada suatu kawasan harus mengikuti keadaan atau konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut.
Gambar 2.3 Contoh perhitungan KLB bangunan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
e. Ketinggian bangunan maksimum Perancangan ketinggian setiap kapling bergantung kepada konsep skyline
kawasan secara keseluruhan. 1. Batasan ketinggian bangunan KB merupakan suatu nilai yang
menyatakan jumlah nilai lantai maksimum daerah perencanaan, batasan KB dinyatakan dalam satuan lapis atau lantai lantai dasar =
lantai 1. 2. Penentuan jumlah lantai bangunan didasarkan pada pertimbangan
keselamatan cukup sinar matahari, sirkulasi udara, merasa terlindungi dan lantai tertinggi harus dapat dijangkau oleh fasilitas
pemadam kebakaran, keindahan harmonis dengan bangunan lain dan membentuk skyline yang continue dan arah pandangan ke
lingkungan secara makro langit tidak terhalang oleh ketinggian bangunan.
3. Jumlah lantai bangunan dengan peruntukan komersialperdagangan dalam hal ini rumah toko adalah maksimum 3 lantai dan jumlah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
lantai bangunan dengan peruntukkan perkantoran dan jasa bangunan tunggal adalah maksimum 4 lantai.
f. Skala Skala berfungsi untuk mengkomunikasikan wujud sebuah bangunan atau
ruang dengan menunjukkan pertimbangan perancang dan penggunaan yang bebas dari variabel-variabel arsitektur yang ada: bahan, teknologi,
bentuk, ukuran, warna, tekstur, elemen dan prinsip perancangan. g. Skyline
Merupakan suatu garis dimana langit dan bumi bertemu. Fungsi utamanya adalah penghubung bangunan secara horizontal. Pada dekade terakhir
muncul istilah yang paling baru, yakni “skyscraper”atau bangunan pencakar langit, yang kemunculannya semakin berkembang tak
terbendung lagi. “skyscraper” atau bangunan pencakar langit berawal dari Mesopotamia Zigurat sampai Burj Dubai, yang merupakan menara unik
dengan sistem struktur dan konstruksi luar biasa. Keberadaannya merupakan salah satu landmark kota Dubai. Dekade selanjutnya muncul
menara dalam bentuk bangunan industri, cerobong asap, perapian yang berbentuk kerucut dan menara air. Keberadaan menara tersebut secara
otomatis menjadi landmark kota duniawi. Poin utama dalam skyline adalah pandangan untuk memajukan kota yang tradisional menjadi kota
modern, dan kota tidak hanya terpusat pada bangunan ibadah, tetapi juga berfungsi sebagai suatu pusat kemajuan industri suatu kota dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
menampilkan bangunan pencakar langit dan setelah revolusi industri, gedung pencakar langit menjadi landmark kota. Bangunan tinggi tidak
hanya berfungsi sebagai rumah ibadah akan tetapi juga sebagai wadah pertemuan kelompok atau kekuatan politik dan ekonomi.
h. Skyline Perkotaan Skyline adalah tanda kota, identitas perkotaan dan merupakan satu cara
untuk menggambarkan kemajuan perkotaan. Skyline perkotaan bertujuan untuk memusatkan bentuk kota dan menyorot bentuk kota. Skyline kota
dapat dilihat dari ketinggian gunung sehingga ketinggian bangunan yang ada di suatu kota dapat dilihat dengan jelas. Ketinggian bangunan yang
dibentuk dari ketinggian bangunan yang berbeda akan membentuk skyline kota. Di beberapa kota besar masih banyak ditemukan gedung pencakar
langit yang tinggi dari melebihi skyline kota yang terbentuk. 2.1.2 Fasade bangunanmuka bangunan
Fasade merupakan elemen penting yang menghadirkan berbagai pengalaman kepada pengamat untuk dapat memilih pengalaman-pengalaman visual yang berbeda.
Fasade dapat mengubah fokus pandangan kita, dengan berpindah dari satu lokasi pengamatan kelokasi pengamatan lain dan hal ini akan membuka peluang bagi kota
untuk mendapatkan vista yang baru atau gambar yang baru. Kekayaan visual tergantung pada kontras dari elemen-elemen seperti jendela, dinding, material
bangunan, warna, tekstur atau kontras terang dan gelap pada langit-langit bangunan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Kekayaan visual juga tergantung pada jumlah dari elemen-elemen yang dapat dilihat oleh pengamat. Fasade bangunanmuka bangunan sangat perlu ditata, karena
4
1. Wujud dari bangunan akan lebih mudah untuk dikenalbaca. Merancang massa dari bangunan harus dapat memberikan sifat menguatkan karakter
dari suatu lokasi, sehingga dengan mudah dapat di kenal dan di baca. Massa bangunan yang dirancang saat sekarang ini harus dapat
memberikan kekuatan karakter pada bangunan, karena bangunan yang di maksud secara visual harus dapat terintegrasi dengan lingkungan
sekitarnya. Untuk mendukung sifat mudah dibaca, hal yang di perlukan adalah bagaimana kita dapat menafsirkan ketika suatu bangunan terkait
dengan konteks lingkungannya sehingga dapat menguatkan karakter bangunan. Hal ini dapat di perkuat dengan adanya paths, nodes, landmark,
edges yang ada disekitarnya. :
2. Wujud dari bangunan akan lebih mudah untuk dikenaldibaca berdasarkan kegunaanfungsi bangunan. Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah
bagaimana cara menempatkan suatu fasade dari bangunan dapat di baca oleh orang yang melintas pada bangunan tersebut. Penampilan dari muka
bangunan dapat memberikan gambaran yang terperinci tentang fungsi bangunan tersebut. Contoh suatu bangunan balai kota perlu menunjukkan
karakter dari bangunan tersebut, bahwa bangunan tersebut adalah balai kota.
4
Alcock, Bentley, Responsive Environments, 1980.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
3. Variasi Dalam hal ini yang dipertimbangkan adalah bagaimana cara membuat
fasade dari bangunan secara lebih detail dan terperinci. Hal ini dilakukan, agar pada saat melintas pada bangunan tersebut orang dapat menikmati
suatu keindahan yang di miliki oleh bangunan tersebut, sehingga mereka dapat menginterpretasikan sebagai sebuah faktor yang membuat seseorang
merasa lebih bersemangat pada saat melintas atau melihat bangunan tersebut.
4. Peran dari fasade bangunanmuka bangunan jika dibuat lebih terperinci. hal ini perlu di lakukan agar memberikan tujuan yang spesifik pada
perancangan fasade bangunan, dan hal ini dilakukan agar bangunan yang di rancang lebih erat dengan lingkungan yang ada, hal ini sangat perlu
diperhatikan. 2.1.3 Unsur-unsur yang dapat mempengaruhi Fasade pada bangunan
5
Sebuah fasade harus didesain mengikuti konteks lingkungan yang ada di kawasan tersebut, sehingga akan menciptakan visual yang menarik dan indah.
a. Harmonis Harmonis adalah penyusunan elemen-elemen atau bagian-bagian dalam
kesatuan artistik yang teratur, menyenangkan atau kongruen.
5
Ulrich Knaack, Tillmann Klein and Marcel Bilow, Thomas Auer, Facades Principles Of Construction, 2007.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Keharmonisan muka bangunan perlu dirancang karena akan menghasilkan nilai estetika yang menarik maka hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Harmonis pada fasade bangunan dapat menunjukkan adanya hubungan antara elemen-elemen lainnya secara lebih detail.
2. Harmonis pada fasade bangunan mampu menguatkan karakter yang ada pada bangunan sehingga akan memperkaya unsur-unsur yang ada
pada bangunan. 3. Elemen-elemen yang di gunakan pada setiap bangunan berbeda-beda,
sehingga akan membentuk karakter visual yang berbeda pada bangunan. Harmonis pada bangunan dapat memberikan adanya
hubungan pada setiap bangunan sehingga antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lainnya memiliki hubungan.
4. Harmonis pada bangunan menunjukkan adanya ritme, datum, pengulangan dan transformasi.
b. Kontras Perancangan dalam bangunan tidak boleh mengabaikan kontras, karena
kontras dibutuhkan untuk menciptakan sebuah lingkungan yang menarik dan kreatif. Pemahaman yang baik mengenai kontras sangat dibutuhkan
dan sifat-sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras menjadi seimbang dengan konteksnya. Bangunan-bangunan yang bersifat kontras
perlu dipisahkan satu dengan yang lain supaya arti konteksnya masih dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, oleh karena itu perlu adanya
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
panduan perancangan fasade agar kawasan memiliki karakteristik visual yang memiliki kontribusin place pada ruang kota. Peristiwa visual
tergantung pada kontras visual, yang dapat diciptakan oleh perbedaan nada atau warna pada satu atau dua bentuk yang terdapat pada permukaan
bangunan atau variasi tiga dimensi yang ada pada bangunan. Efektifitas ini sangat mempengaruhi antara yang satu dengan lainnya dan ini tergantung
pada dua faktor utama, yaitu: Ada dua faktor yang paling efektif agar kontras pada permukaan bangunan
dapat dikatakan baik adalah: 1. Memposisikan bangunan, hal ini bertujuan untuk menonjolkan bagian
mana dari bangunan yang akan menjadi sudut pandang utama pada saat orang melihat bangunan tersebut. Kontras dalam merancang
bentuk massa dan fasade bangunan sangat perlu. 2. Kontras pada bangunan mampu menonjolkan unsur-unsur yang ada
pada masing-masing bentuk bangunan dan menunjukkan adanya hubunganketerkaitan antara unsur yang satu dengan yang lainnya
yang dapat memberikan kesinambungan. 3. Kontras pada bangunan membedakan detail bangunan yang soft dan
hard, keras dan lembut yang dimaksud adalah seperti, jendela, relief pada bangunan dan material lainnya yang di pakai pada bangunan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Kontras pada bangunan akan memberikan karakter visual pada bangunan, sehingga akan memberikan pengalaman pada orang yang
melihatnya atau melintas pada bangunan tersebut. 5. Kontras pada bangunan di gunakan untuk membedakan warna, level
lantai bangunan dari permukaan tanah, tiga dimensi bangunan, garis- garis vertikal dan horizontal, dan material yang di pakai pada
bangunan. 6. Bangunan yang bersifat kontras perlu dipisahkan satu dengan yang
lainnya supaya arti konteksnya masih dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
7. Pemahaman yang baik mengenai kontras sangat dibutuhkan dan sifat – sifat dasarnya serta keterbatasannya, agar suatu kontras menjadi
seimbang dengan konteksnya. c. Material
Material adalah elemen-elemen yang dipakai pada bangunan baik berupa bahan-bahan bangunan, struktur ataupun kontruksi yang dipakai pada
bangunan. Material dalam merancang bentuk massa dan fasade bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda sangat perlu karena:
1. Penggunaan material yang berbeda akan memberikan unsur-unsur yang berbeda pada bangunan, seperti jendela, pintu, penutup atap
bangunan, lantai bangunan, konstruksi bangunan dan lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Material pada bangunan akan berpengaruh terhadap lingkungan sekitarnya, sebab material bangunan akan memberikan karakter visual
pada bangunan dan untuk mempertegas fungsi dari bangunan tersebut. 3. Material dalam merancang bangunan sangat penting karena, material
akan mempengaruhi suhu pada bangunan, efek yang ditimbulkan dari penggunaan material tersebut terhadap lingkungan disekitanya, yang
disesuaikan dengan iklim lingkungan. d. Tekstur
Salah satu dari elemen terpenting yang dapat dipakai seseorang perancang dalam menentukan skala pada bangunan. Di dalam hal ini tekstur adalah
alat dimana kita dapat menentukan hubungan khusus dengan sebuah bangunan atau bahkan suatu bagian bangunan yang pada jarak dekat
melengkapi perhubungan skala kita dengannya. Keanekaragaman tekstur, digunakan dengan keterampilan perancang yang peka, yang
memungkinkan suatu rangkaian menjadi lebih luas dan lebar dalam bentuk skala arsitektur bangunan yang ada di sekitar kawasan Pemuda yang tetap
memperhatikan konteks lingkungan sebagai kawasan lamabersejarah. e. Warna
Pada rancangan bangunan, khususnya pada eksterior, adalah sering suatu cita rasa terbatas yang ditentukan oleh bahan-bahan yang dipakai.
Mempergunakan rangkaian “alamiah” pada warna yang tersedia dalam
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
bahan bangunan adalah sebuah cara untuk menerapak disiplin pada rancangan bangunan. “Alamiah disini berarti bahwa tidak ada usaha
dilakukan di dalam proses pembuatan untuk mengubah warna yang dihasilkan oleh bahan yang menyusun atau bahan yang dipakai Orr, Frank,
Skala dalam arsitektur. Fungsi dari warna, yaitu:
1. Memberikan efek skala pada bangunan. 2. Memberikan ketegasan yang lebih tajam pada bentuk sehingga
membantu seseorang sebagai pengamat untuk menegaskan hubungan fisik dengan bentuk.
3. Untuk menghiasi permukaan-permukaan yang akan terlihat didalam pancaran sinar matahari yang kuat, sehingga kehalusan bentuknya dan
ketegasannya dapat lebih mudah dilihat. 2.1.4 Cara orang-orang mengartikanmenafsirkan suatu tempat
Orang-orang mengartikan suatu tempat ketika tempat tersebut memiliki makna atau arti tertentu, karena mereka pernah mengalami suatu kejadian atau
melakukan sesuatu hal di tempat tersebut. Pada dasarnya orang-orang tidak belajar dari suatu tempatruang yang hampa sosial, akan tetapi orang-orang akan belajar dari
suatu lingkungan dimana mereka pernah berada. Setiap orang akan mengartikan makna yang berbeda pada suatu tempat, walaupun masing-masing dari mereka pernah
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
berada di tempat yang sama. Ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
6
1. Pengalaman dari lingkungan mereka yang berbeda dengan kelompok yang lainnya.
:
2. Tujuankegiatan yang dilakukan dari masing-masing berbeda berbeda dengan kelompok lainnya.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keserasian Visual Terhadap Tata Bangunan Ada beberapa faktor mempengaruhi visual pejalan kaki terhadap tata
bangunan di sekitarnya, yaitu: 1. Sudut bangunan terhadap jalan, Sky Exsposure Plan SEP Gambar 2.4.
2. Variasi bentuk desain massa bangunan. 3. Adanya keserasian antara elemen-elemen yang ada pada bangunan
Gambar 2.5.
6
Alcock, Bentley, Responsive Environments, 1980.
Gambar 2.4 Ratio 1:2 merupakan perbandingan minimum yang tepat antara
tinggi bangunan dengan lebar jalan Sumber: Hedman Andrew Jaszewaki 1984; 57-60
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Permukaan suatu bangunan perlu disain, karena akan memberikan kesan tertentu pada saat orang yang melihatnya. Hal ini dilakukan untuk menguatkan
karakter atau membandingkan karakter yang ada pada bangunan. Sehingga unsur- unsur yang ada pada bangunan dapat memberikan karakter pada bangunan tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut, harus dilakukan analisa, antara lain yaitu: 1. Unsur-unsur yang ada pada bangunan seperti detail dinding, jendela,
pintu dan level lantai. 2. Hubungan antara unsur-unsur yang ada pada bangunan seperti; vertikal
atau horizontal, irama dan hubungannya dengan garis langit yang diciptakan oleh masing-masing ketinggian bangunan.
3. Adanya keserasian pada bangunan, yang dapat di ciptakan melalui hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang berada di
sebelahnya sehingga keserasian visual terhadap bangunan akan tercipta. Dalam hal ini ada beberapa cara yang dapat di lakukan agar disain sebuah
bangunan memiliki hubungan antar yang satu dengan yang lainnya. 4. Jika bangunan yang saling bersebelahan memiliki persamaan bentuk dan
karakter, ini dapat digunakan sebagai titik awal dalam mendisain bangunan baru. Sisi bangunan yang dijadikan titik awal dalam mendisain
jika bangunan yang saling bersebelahan memiliki persamaan bentuk dan karakter,
Gambar 2.5 Diagram yang menunjukkan hubungan antara elemen-elemen bangunan dengan bangunan
Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
bangunan dapat digabungkan dengan beberapa bentuk bangunan lainnya, sehingga bangunan-bangunan saling berkaitan antara yang satu dengan
yang lainnya Gambar 2.26.
5. Penggunaan skala pada detailornamen bangunan yang disesuikan dengan skala bangunan.
6. Kemampuan jarak pandang terhadap permukaan bangunan dengan jarak tertentu, sehingga dapat di lihat dari berbagai posisi jalan pada suatu
Gambar 2.6 Ilustrasi yang menunjukkan bagaimana caranya menghubungkan suatu disain baru untuk dipersatukan dengan bangunan
lama Sumber: Bentley, Ian 1980; 84-85
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
kawasan pusat kota oleh pejalan kaki Gambar 2.7 dan 2.8.
7. Bentukwujud disain sebuah bangunan akan mempengaruhi visual pengguna jalanpejalan kaki, karena akan di butuhkan waktu tertentu bagi
pengamatpengguna jalan kaki untuk dapat melihat keseluruhan dari permukaan bangunan sehingga akan di dapat serialvision Gambar 2.9.
Gambar 2.7 Ilustrasi yang menunjukkan kemampuan jarak pandang pejalan kaki jika di lihat dari berbagai jarak
pandang dengan ketinggian bangunan Sumber: Bentley, Ian 1980; 94-95
Gambar 2.8 Ratio perbandingan jarak minimum dan maksimum antara posisi pengamat pejalan kaki
dengan ketinggian bangunan. Sumber: Bentley, Ian 1980; 95
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
8. Keberadaan posisi bangunan juga mempengaruhi persentase visual pengamatpengguna jalanpejalan kaki untuk dapat melihat keseluruhan
dari masing-masing sisi bangunan jika di lihat dari berbagai posisi, misalnya dari arah simpang empat, jalur satu arah, simpang tiga dan jika
sisi bangunan di ampit dengan bangunan lainnya Gambar 2.10.
2.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki yang terkait dengan penataan tata bangunan. Ada beberapa faktor mempengaruhi kenyamanan
pejalan kaki terhadap tata bangunan di sekitarnya, yaitu: 1. Sudut bangunan terhadap jalan, Sky Exsposure Plan SEP Gambar 2.11
dan 2.12. Gambar 2.9 Bentuk wujud desain sebuah bangunan
akan berpengaruh terhadap visual pengamatpengguna jalan
Sumber: Bantley, Ian 1980; 94-95
Gambar 2.10 Berapa besar persentase sisi bangunan dapat di lihat dari berbagai posisi
Sumber: Sumber: Bantley, Ian 1980; 94-95
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Garis sudut bangunan yang disesuaikan dengan kawasan yang ada. 3. Keadaan sudut bangunan yang disesuaikan dengan kondisi bangunan
lamabersejarah yang ada di kawasan tersebut.
4. Desain bentuk massa bangunan Gambar 2.13. Gambar 2.12 Ketinggian bangunan yang harmonis dengan lebar jalan
menciptakan ruang teduh bagi pejalan dengan intensitas cahaya yang cukup untuk ruang dalam bangunan
Sumber: Hedman Andrew Jaszewaki 1984; 57-60
Bermacam-macam bangunan yang didirikan dengan adanya penambilan bentuk yang memperlihatkan maju dan mundurnya
bangunan serta tinggi bangunan yang diatur dapat mengurangi kesan, bentuk bangunan yang besar dengan bangunan yang berada
disebelahnya dan juga terhadap pejalan kaki. Permukaan area dinding yang luas dan tidak terputus-putus
pada bangunan, memberikan kesan ukuran bangunan yang besar sekali dan tinggi terhadap pejalan kaki.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
5. Propertyperabot yang ada pada bangunan Gambar 2.14 dan 2.15.
Gambar 2.14 Diagram yang menunjukkan batasan maksimum antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan property bangunan
Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22 Gambar 2.13 Petunjuk dalam mendisain bangunan yang menunjukkan
hubungan antara bentukwujud bangunan dan penampilan bangunan. Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
6. Garis Sempadan Bangunan GSB 0nol yang memperlihatkan jarak antara jalur sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan dan jalur sirkulasi kendaraan
dengan bangunan Gambar 2.16.
7. Elemen ruang publik yang berorientasi kepada pejalan kaki Gambar 2.17.
Gambar 2.15 Penataan perabot yang ada pada bangunan dengan sirkulasi pejalan kaki akan memberikan kenyamanan bagi pejalan
kaki Sumber: Bantley, Ian 1980; 71-72
Gambar 2.16 Ilustrasi yang menunjukkan GSB bangunan 0nol, sehingga tidak ada jarak batasan
antara sirkulasi pejalan kaki dengan bangunan Sumber: Hamid, Shirvani 1985; 11-22
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.1.7 Aspirasi dan dekorasi dari fasade Pada jalan bergantung pada pemahaman sebuah jalan itu dari
pengembangannya, konteksnya, peraturan maupun fungsinya. Ditinjau dari aspek fungsional, jalan-jalan di kota secara umum dapat dikelompokkan dalam 3 tipe, yaitu:
1. Civic Streets, yaitu jalan yang diperuntukan untuk umum. Jalan ini
didominasi oleh bangunan-bangunan umum yang menjadi milik semua masyarakat kotanya, seperti teater, hall konser, museum, dan kantor
pemerintah. 2.
Commercial Streets, yaitu jalan yang diperuntukan untuk kepentingan komersial. Jalan ini sering digunakan untuk mengidentifikasi kota.
Contoh: Regent Street London. Hal-hal ini menjadi pertimbangan yang sangat perlu diperhatikan.
3. Residential Streets, yaitu jalan untuk kawasan perumahan, yang
mengambil tempat paling besar dalam area perkotaan. 2.18
Citra Kota Menurut Kevin Lynch, citra kota dapat dibagi dalam lima elemen, yaitu path
jalur, edge tepian, node simpul, district kawasan, serta landmark tengeran. Gambar 2.17 Elemen ruang publik yang berotientasi
kepada pejalan kaki Sumber: Chiara. 1990;340
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Kelima elemen ini dapat tercipta pada skala bangunan, sehingga karakter sebuah kawasan dapat dikenal melalui bangun-bangunan yang ada di kawasan tersebut.
a. Path Jalur
Path adalah merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan umum, yakni jalan, gang-gang, jalan
transit, lintasan kereta api dan sebagainya. Path mempunyai identitas Gambar 2.18.
Path jalur dipakai pada sebuah kawasankoridor jalan agar sebuah fasad bangunan memiliki sifat untuk mudah di baca, karena sebuah path jalur memiliki
fungsi, yaitu: 1.
Path jalur di pakai untuk memperkuat karakter suatu kawasan atau bangunan sehingga akan lebih mudah untuk membedakan bangunan
pada suatu kawasan dengan bangunan yang ada di kawasan lainnya. Gambar 2.18 Path pada skala bangunan
Sumber: Bantley, Ian 1980; 46
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Path jalur akan menciptakan sebuah alur pandangan bagi pengamat
pada saat melihat bangunan di suatu kawasan pusat kota. b.
Edge Batasan Adalah elemen linier yang tidak dipakaidilihat sebagai path. Edge
berada pada antara dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linier, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan kereta api,
topografi, dan sebagainya. Edge lebih bersifat sebagai referensi daripada misalnya sumbu yang bersifat koordinasi linkage. Edge merupakan
penghalang walaupun kadang-kadang ada untuk masuk. Edge merupakan pengakhir dari sebuah district atau batasan sebuah district
dengan yang lainnya. Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontuinitas tampak jelas batasnya dari kondisi yang ada di sekitar
lingkungan kawasan yang saling mendukung. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas yang membagi atau menyatukan sehingga batasan
yang dibuat dari bangunan yang ada ataupun elemen kota lainnya dapat terlihat dan tergambar dengan jelas Gambar 2.19.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
c. Nodes Simpul
Merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah kearah atau aktivitas lain,
misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar,taman, square dan
sebagainya. Catatan: tidak semua persimpangan jalan adalah sebuah node, yang menentukan adalah citra place terhadapnya. Node adalah suatu tempat
di mana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ atau ‘keluar’ dalam tempat yang sama. Node mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki
bentuk yang jelas karena lebih mudah diingat, serta tampilan berbeda dari lingkungannya fungsi dan bentuk hal ini sangat mempengaruhi kondisi-
kondisi yang ada di sekitar kawasan Pemuda Gambar 2.20. Gambar 2.19 Edge pada skala
bangunan Sumber: Chiara. 1990;340
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Semua persimpangan jalan masing-masing memiliki potensi tersendiri untuk membentuk simpul-simpul jalan, akan tetapi tidak semua dari simpul-simpul jalan
yang ada dapat dibuat menjadi sebuah nodes yang memiliki karakter tersendiri. Hal ini tergantung pada tiga faktor, yaitu:
1. Jalan tersebut memiliki peranan atau fungsional sehingga persimpangan
yang terbentuk oleh jalan memiliki karakter sendiri misalnya: memiliki sejarah, berada di kawasan komersil dan merupakan suatu kawasan di
pusat kota yang terdapat bangunan bersejarah atau bangunan lama sehingga sudut dari ruang kota yang ada dapat dibentuk dengan jelas,
baik bentuk persimpangan atau bentuk simpul jalan lainnya yang ada di sekitar kawasan, terutama persimpangan yang ada di kawasan Pemuda.
2. Aktivitas ruang publik sangat berpengaruh terhadap bangunan, sehingga
memerlukan adanya penekanan dalam pengaturan fasade bangunan yang berada di persimpangan jalan.
3.
Dalam hal ini harus ada ketentuan,apakah simpul-simpul jalan yang membentuk persimpangan merupakan jalan utama atau tidak, sehingga
Gambar 2.20 Nodes pada skala bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 53
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Gambar 2.21 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes
Sumber: Bantley, Ian 1980; 57 Gambar 2.21 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan
yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes Sumber: Bantley, Ian 1980; 57
dapat ditetapkan apakah simpul jalan tersebut dapat dibentuk untuk menciptakan karakter sebuah bangunan untuk dapat mudah dibaca oleh
pengguna jalan. Ketiga faktor ini dijelaskan pada masing-masing
gambar Gambar 2.21 dan 2.22.
Pada bagian ini posisi yang tercipta oleh simpul- simpul dari bangunan memiliki fungsi tertentu
sehingga sejauh mana kemampuan sebuah simpul yang diciptakan oleh sebuah bangunan dapat
untuk mudah di baca. Dan hal ini tergantung pada memperkuat simpul
ini tergantung pada dua faktor utama: 1.
Peran fungsional dari penghubung jalan 2.
Tingkatan terkaitan antara aktivitas publik dengan bangunan
1. Pada alur ini bentuk persimpangan yang dibentuk oleh bangunan
dapat meningkatkan adanya rasa terlingkupi , ketika mulai mendekati persimpangan, rute-rute sirkulasi yang di bentuk oleh
bangunan menutup pandangan terhadap bangunan yang ada di depannya.
2. Pada alur ini kurang baik karena akan mengurangi kemampuan
bangunan untuk di lihat secara keseluruhan, karena bentuk persimpangan ini akan sangat minim untuk menciptakan suatu
karakter bangunan yang berada di persimpangan
3. Sudut kemiringan dan adanya set-back pada bangunan dapat
membentuk arah pandang mata terhadap alur yang terbentuk oleh bangunan, sehingga cekungan yang dibentuk oleh bangunan akan
tampak berlanjut yang memperlihatkan dengan jelas akhir dari sebuah nodes, sehingga orang akan mempunyai perasaan ‘masuk’
dan ‘keluar’ pada suatu tempat.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
d. District Kawasan
Merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan district memiliki cirri khas yang mirip bentuk, pola dan wujudnya dan khas
pula dalam batasnya, di mana orang merasa harus mengakhiri dan memulainya. District dalam kota dapat dilihat sebagai referensi interior dan
eksterior. Distrct mempunyai identitas yang lebih baik jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen, serta fungsi dan
posisinya jelas introvertekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang lain, suasana ini akan mendukung kondisi-kondisi bangunan lainnya
yang ada di sekitar kawasan Pemuda, karena bangunan ini akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap bangunan lainnya Gambar 2.23.
Gambar 2.22 Ilustrasi gambar bentuk persimpangan yang sesuai untuk dapat dijadikan sebuah nodes
Sumber: Bantley, Ian 1980; 58
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
e. Landmark
Merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen
eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol pada kota, misalnya gunung atau bukit, gedung tinggi, menara, tanda tinggi, tempat ibadah, pohon
tinggi dan sebagainya. Beberapa landmark letaknya dekat, sedangkan yang lain jauh sampai di luar kota. Beberapa landmark hanya mempunyai arti di
daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan landmark lain mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa di lihat dari mana-mana.
Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk mengorientasikan diri dari dalam kota dan membentu orang mengenali
suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya, dan ada sekuens dari beberapa landmark
untuk menciptakan rasa nyaman dalam orientasi, serta ada perbedaan skala masing-masing Gambar 2.24.
Gambar 2.23 District pada skala bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 59
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Bangunan yang menonjol seperti gambar diatas merupakan landmark bangunan dari suatu kawasan pusat kota. Bangunan tersebut diletakan pada
persimpangan jalan, walaupun pada prinsipnya sebuah landmark akan terlihat lebih utuh apabila diletakkan pada ketinggian atau posisi tertentu, sehingga dari berbagai
posisi sudut pandang dapat dilihat. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan agar landmark bangunan pada sebuah kawasan district atau koridor yang di letakkan pada
persimpangan jalan dapat dilihat dari berbagai posisi jalan yaitu: 1. Bangunan harus di buat lebih menonjol dan lebih tinggi dari bangunan
yang ada di sekitarnya. 2. Fasade pada bangunan merupakan titik awal untuk disain bangunan baru
selanjutnya sehingga tercipta keserasian visual. 3. Jalur yang di ciptakan oleh bangunan, lebih baik agak
melingkarmembentuk bujur di bandingkan jika jalur yang tercipta oleh bangunan berbentuk lurus.
Gambar 2.24 bangunan yang di jadikan landmark pada suatu kawasan pusat kota yang berada di persimpangan
jalan Sumber: Bantley, Ian 1980; 60
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Jalan yang di bentuk lebih baik agak melengkung, hal ini di lakukan sebagai pertimbangan, karena bangunan yang berada di persimpangan
tidak mungkin kelihatan dari berbagai posisi jalan, akan tetapi jika di buat jalur jalan yang melengkung bangunan yang menjadi landmark agar
dapat di lihat pada awal dan akhir dari sebuah district kawasan pada koridor jalan.
5. Agar bangunan dapat dilihat dengan jelas, harus di buat jarak dengan perhitungan tertentu pada bangunan sehingga dari berbagai posisi
bangunan dapat dilihat oleh pengamat Gambar 2.25.
2.1.9 Bentuk massa akan mempengaruhi bentuk ruang Pengelompokan bangunan secara bersama-sama memiliki dinamika sendiri
dibandingkan satu bangunan saja. Cara menghubungkan massa bangunan akan sangat mempengaruhi lingkungan di dalam kesatuannya. Sistem menghubungkan massa
memiliki dinamika tersendiri karena di dalam proses itu terikat bentuk-bentuk ruang Gambar 2.25 Ratio perhitungan jarak-jarak bangunan
sehingga landamark pada suatu kawasan pusat kotakoridor jalan tertentu dapat dibuat.
Sumber: Bantley, Ian 1980; 61
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
yang sifatnya sangat berbeda. Lihatlah bagaimana dengan berbagai massa dapat di bentuk ruang yang sangat berbeda bentuk dan ukurannya. Cara penghubung ruang
akan sangat mempengaruhi suasana di dalam lingkungannya. Ada beberapa tipe bentuk massa sehingga akan mempengaruhi bentuk ruang, yaitu:
1. Blok-blok kecil dengan jumlah yang banyak akan berdampak terhadap
berkurangnya rasa keterlingkupan yang terbentuk antara massa bangunan dengan ruang yang terbentuk. Akan tetapi hal ini dapat
selesaikan dengan bentuk dinding, ataupun pohon, tetapi ini tidak dapat memperkuat hubungan antara aktivitas di dalam bangunan dengan jalan
sehingga kesan yang ditimbulkan dari bangunan lebih sedikit Gambar 2.26.
2. Keterlingkupan suatu ruang akan dapat lebih mudah dicapai dengan bentuk yang diciptakan oleh massa bangunan yang tidak terblok-
blokmenyatu antara yang satu dengan yang lainnya Gambar 2.27. Gambar 2.26 Bentuk massa bangunan dengan ruang yang terbentuk
tidak adanya kesatuan dengan lingkungan yang tercipta Sumber: Bantley, Ian 1980; 52
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Bentuk massa bangunan yang terblok-blok dan tidak beraturan akan berdampak terhadap ruang yang tercipta dan visual terhadap
bangunan yang ada di sekitarnya sehingga sudut pandang terhadap bangunan menjadi terblok-blok, bentuk massa bangunan yang
terpisah-pisah membuat pandangan tidak menjadi fokus untuk menciptakan suatu jalan ceritaserial vision yang diciptakan oleh
bangunan tersebut. Pada lingkungan kota kondisi ini masih banyak ditemukan, terutama di kota besar yang terdapat bangunan besar dan
bertingkat sehingga tidak adanya penciptaan keserasian bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga tidak tercipta
pandangan yang baik Gambar 2.28. Gambar 2.27 Bentuk massa bangunan dengan ruang yang
terbentuk yang memperlihatkan adanya kesatuan dengan lingkungan yang tercipta
Sumber: Bantley, Ian 1980; 52
Gambar 2.28 Bentuk massa bangunan yang terblok-blok dan tidak beraturan akan mempengaruhi ruang yang terbentuk dan visual
terhadap bangunan Sumber: Bantley, Ian 1980; 52
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
4. Hubungan antara bentuk massa bangunan dengan ruang yang di
ciptakan memiliki satu kesatuan dan rasa terlingkupi akan menciptakan sebuah jalurpath untuk lebih mudah dibacadimengerti apabila adanya
keterlingkupan yang di ciptakan dari bangunan. Pada gambar pertama ruang dan massa bangunan dengan ruang yang diciptakan tidak
memiliki rasa keterlingkupan sedangkan gambar yang kedua ruang dan massa bangunan.
5. Hubungan dengan ruang yang tercipta adanya keterkaitan sehingga
membentuk rasa terlingkupi. 6.
Hubungan antara ruang dengan massa bangunan, dimana dinding bangunan diartikan sebagai alur yang akan mengarahkan pandangan,
terhadap bangunan sehingga simpulpersimpangan yang terbentuk oleh bangunan terputus atau tidak terputus.
1
2 3
Simpulpersimpangan yang terbentuk dapat di baca karena adanya pelebaran sudut pada
jalur utamaSimpulpersimpangan terlihat lebih jelas dari jalur utama untuk masuk
kedal am. Efek ini memperkuat kemungkinan untuk melihat langsung jalur
sirkulasi yang mengarahkan untuk keluar.Tingkat hubungan antar ruang
dengan massa bangunan yang terbentuk harus dipertimbangkan karena dalam hal ini
ruang yang tercipta sangat berlawanan, karena akan menghilang kemampuan suatu
bangunan untuk dipandang lebih jelas oleh pemakai.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2.1.10 Jenis panduan penataan bangunan Panduan pengendalian penataan tata bangunan dapat bersifat preskriptif
maupun kinerja. Panduan preskriptif memberikan kerangkabatasan kerja yang ketat. Misalnya, memberikan persyaratan koefisien lantai bangunan 12 yang berarti luas
lantai tidak boleh lebih 12 kali luas lahan yang direncanakan. Sedangkan panduan kinerja memberikan ukuran, kriteria dan cara penghitungannya, serta memberikan
keleluasaan. Misalnya, menentukan daya dukung infrastruktur untuk melayani tambahan kegiatan suatu bangunan Shirvani. 1985; 150-152. Dikarenakan telah
memiliki aturan yang ketat, panduan perskriptif tidak memberikan peluang banyak interpretasi dan keleluasaan kepada pengendali keputusan. Panduan kinerja yang
hanya memberikan kriteria dan cara penghitungannya, memungkinkan pengambilan keputusan memiliki keleluasaan interpretasi yang lebih banyak.
Dengan perbedaan sifat tersebut, maka hal-hal yang perlu dikendalikan diatur secara ketat, lebih baik dibuat dalam bentuk panduan yang bersifat
preskriptif. misalnya kegiatan preservasi memerlukan ukuran-kuran yang jelas dan ketat. Hal-hal yang berkembang dengan cepat dimana kemungkinannya banyak
variasi dan tidak diatur secara ketat akan lebih sesuai dikendalikan diatur dengan Gambar 2.29 Hubungan antara bentuk massa bangunan dengan ruang yang
tercipta akan berpengaruh terhadap identitas sebuah nodesimpul untuk lebih mudah di baca
Sumber: Bantley, Ian 1980; 52
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
panduan yang bersifat kinerja. Pilihan jenis panduan untuk setiap komponen perancangan di kawasan Pemuda baik pada bangunan lamabersejarah dan pada
bangunan baru yang nantinya akan mengatur elemen-elemen perancangan yang ada di sekitar kawasan Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komponen yang dikendaliakan dan pilihan jenis panduan Komponen yang diatur
Jenis panduan Pertimbangan
keterangan Peruntukan
lahan bangunan Jenis
kegiatan Kinerja
Memungkinkan terdapat banyak
variasi kegiatan.
KDB
Perspektif Tinggi
bangunan Perspektif
Garis sempadan
Perspektif Set-back
Perspektif Pelestarian
Perspektif mempertahankan
bangunan yang ada di sekitar kawasan
Pemuda.
Tabel 2.1 Lanjutan Komponen yang diatur
Jenis panduan Pertimbangan
keterangan lamabersejarah
yang menjadi karaktersitik dan
identitas kawasan bersejarah
Pembongkaran demolition
Kinerja Untuk
mempertahankan keberadaan
bangunan lamabersejarah
yang menjadi karaktersitik dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
identitas kawasan bersejarah dan
keselamatan masyarakat dan
lingkungan
Tata massa bangunan Orientasi
Kinerja Memerlukan
penyeragaman. Sirkulasi
Pejalan Kinerja
Menghindari perbedaan
interpretasi Kendaraan
Kinerja Perlu pengaturan
yang ketat untuk menghindari
kemacetan dan keselmatan bagi
pengendara dan pemakai lainnya
Parkir Kinerja
Memerlukan pengaturan yang
ketat dalam pelaksanaannya
Tata informasi Konstruksi
Perspektif Untuk menjamin
keselamatan masyarakat dan
lingkungan di
Tabel 2.1 Lanjutan Komponen yang diatur
Jenis panduan Pertimbangan
keterangan sekitarnya dan untuk
mendukung keindahan
lingkungan
Bentuk Kinerja
Memungkinkan banyaknya variasi
Ukuran Kinerja
Untuk memperhatikan
ketersediaan ruang serta kesesuaian
dengan karakteristik
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
lansekaplingkungan serta faktor
keselamatan
Penempatan Perspektif
Untuk mewujudkan keindahan
lingkungan, keefektifan
penyampaian informasi dan
keselamatan bagi masyarakat
pejalanpengendara dan lingkungan
sekitarnya
Jumlah Perspektif
Untuk menjamin keselamatan
masyarakat dan lingkungan di
sekitarnya dan untuk mendukung
keindahan lingkungan
Orientasi Kinerja
Untuk meningkatkan keefektifan
penyampaian informasi dan
Tabel 2.1 Lanjutan Komponen yang diatur
Jenis panduan Pertimbangan
keterangan keindahan
lingkungan Pencahayaan
Kinerja Pertimbangan
keselamatan, keindahan dan
keefektifan penyampaian
informasi
Perlengkapan jalan Kinerja
Lansekap Ruang terbuka
Kinerja
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Sumber: Hasil analisa, tahun 2012
2.5 Urban Friendly corridor