Yang menjadi sasaran yang harus dicapai untuk terwujudnya tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sejarah dan perkembangannya dimasa sekarang karakter tata bangunan yg terdiri dari intensitas pembangunan dan fasade
bangunan di Jalan Pemuda Medan. 2. Mengkaji tahapan dan proses untuk mewujudkan karakter Kota Medan
dalam usaha penciptaan urban friendly corridor. 3. Merumuskan pedoman perancangan tata bangunan di kawasan Jalan
Pemuda Medan sebagai usaha penciptaan urban friendly corridor.
1.4 Manfaat Penelitian
Pedoman tata bangunan di Kawasan Pemuda Medan sebagai hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi:
1. Pengembangan wawasan ilmu perencanaan wilayah dan kota, khususnya
bidang perancangan perkotaan urban design yang memiliki fungsi sebagai pengendali yang mengatur sekaligus memberikan arahan
terhadap perkembangan baru di suatu kawasan dan pendekatan implementasinya pada kota secara keseluruhan dengan nilai-nilai sosial
budaya lokal yang terdapat didalamnya dan kondisi kawasan yang beragam di kota-kota di Indonesia, serta implikasinya pada penerapan
kebijaksanaan pembangunan kota. 2.
Pengkayaan khasanah tentang pengendalian pembangunan di suatu kawasan yang bersejarah yang ideal, bagi praktisi perencana dan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
perancang kota, khususnya untuk mengembangkan kebijaksanaan, produk perencanaan dan produk perancangan koridor-koridor kota
lainnya dalam mengembangkan serta memanfaatkan kawasan kota yang dilandasi konsep-konsep urban friendly corridor sebagai bagian dari kota
secara keseluruhan dan akan diimplementasikan sebagai panduan perancangan koridor-koridor kota yang memiliki sejarah yang unik,
seperti halnya kawasan Jalan Pemuda Medan.
1.5 Batasan Penelitian
Urban friendly corridor sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis, manusiawi dan bersahabat friendly telah dikemukan oleh tokoh-tokoh gerakan
arsitektur modern yang tergabung dalam CIAM Congres International of Architecture Modern. Ide tersebut mengarah kepada penghormatan lebih terhadap
nilai-nilai manusiawi. Adapun ide tentang sebuah peri-kehidupan di pusat kota yang humanis tersebut dilatar-belakangi oleh pembangunan kota yang dititik-beratkan pada
pembangunan jalan-jalan untuk kendaraan bermotor dan bangunan-bangunan tinggi sebagai simbol dari kemakmuran. Peri-kehidupan di pusat kota yang humanis
merupakan usaha untuk mensejajarkan kembali manusia pejalan kaki dengan kendaraan bermotor dalam haknya untuk mempergunakan ruang kota dan menikmati
arsitekturnya. Suatu hal yang sangat tragis yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia
adalah tidak diperhatikannya kepentingan manusia di jalan sebagai ruang kota yang nyaman, aman dan sehat bagi pejalan kaki. Keadaan yang tidak nyaman dan aman
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
yang dialami oleh pejalan kaki juga berdampak kepada tidak nyaman dan tidak aman bagi pengendara kendaraan. Keadaan tragis tersebut tidak terkecuali juga terjadi di
Kota Medan. Jalan-jalan yang ada di kota merupakan ruang kota yang memaparkan hampir semua kejadian kehidupan perkotaan. Oleh karena itu, kota akan disebut baik,
aman dan nyaman jika jalan-jalannya baik, aman dan nyaman. Ahli perkotaan bernama Donald Appleyard dalam bukunya “Livable Streets” 1981 menegaskan
bahwa orang akan selalu tinggal dan menjalani kehidupan di jalan, yaitu suatu tempat dimana anak-anak pertama kali mengenal dunia, bertemu dengan para tetangga dan
merupakan pusat sosialisasi dari sebuah kota. Disamping itu jalan juga menjadi jalur transportasi dengan segala kebisingan, polusi, sampah, becek dan lumpur. Jalan juga
tempat dimana orang asing mengganggu dan tempat kriminalitas terjadi. “Urban friendly corridor” merupakan perencanaan sebuah koridor Kota
yang bersahabat adalah suatu konsep ideal tentang sebuah koridor kota yang menempatkan manusiamasyarakat penghuninya sebagai “tuan rumah” yang dapat
merasakan kemakmuran, kenyamanan, kesehatan dan keamanan secara adil dan merata, dalam prinsip-prinsip kota yang berkesinambungan. Dapat dikatakan juga
ruang kota yang bersahabat adalah “City for All” atau ruang kota untuk semua, baik untuk orang yang miskin, kaya, tua, muda, sehat, sakit, mampu, cacat dan lain-lain.
Sebagai kebalikannya, kota yang tidak bersahabat adalah kota yang secara langsung maupun tidak langsung mendeskriminasikanmengesampingkan manusianya. Peran
kota saat ini telah berubah, yaitu menjadi sebuah mesin besar yang merongrong kenyamanan, keamanan, kemakmuran dan kesehatan. David Sucher, dalam “City
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Comforts How To Build an Urban Village” 1995 mengatakan “Manusia adalah alat ukur dari dunia, sehingga kenyamanan manusia adalah ukuran keberhasilan sebuah
kota”. Kawasan yang menjadi objek penelitian adalah Jalan Pemuda Medan yang merupakan koridor utama yang menghubungkan Kawasan Kesawan dengan Kawasan
Brigjen Katamso. Penelitian ini tidak berusaha untuk mencari dan merumuskan suatu
pengendalian perancangan tata bangunan yang bersifat menyeluruh untuk semua koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, namun hanya bersifat spesifik
pada objek penelitian yaitu koridor utama Jalan Pemuda Medan, karena pedoman tata bangunan di Jalan Pemuda Medan hanya untuk koridor jalan tersebut. Proses
mengkaji tata bangunan ini juga dapat dilakukan pada koridor-koridor yang penting lainnya di Kota Medan, tetapi pedomannya tidak dapat digunakan pada koridor
lainnya di Kota Medan.
Pemilihan Kawasan Pemuda sebagai objek penelitian yang dianggap dapat mewakili permasalahan umum tentang pengendalian intensitas pembangunan
penataan tata bangunan karena kawasan Jalan Pemuda Medan merupakan salah satu kawasan bersejarah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Kota Medan modern
yang memiliki bangunan lamabersejarah yang dikelilingi kawasan-kawasan lain yang merupakan hasil dari perkembangan Kota Medan, sehingga perlu diantisipasi
untuk mengurangi dan menghindari fenomena penurunan fisik kawasan yang berpengaruh terhadap penataan tata bangunan di kawasan tersebut. Adapun
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
peraturan-peraturan yang dapat dibuat menyangkut bentuk dan massa bangunan terdiri dari:
1. Ketinggian bangunan
2. Bentuk massa bangunan Bulk
3. Koefisien Lantai Bangunan
4. Garis Sempadan Bangunan
5. Skala
6. Penutup Bangunan
7. Material
8. Tekstur
9. Warna
Shirvani, Hamid 1985 dalam Urban Design Process menyatakan bahwa penataan massa dan bentuk bangunan akan menciptakan efek visual yang baik, yaitu:
memperlihatkan hubungan antara bangunan yang satu dengan bangunan yang lain, menciptakan efek visual yang baik jika bangunan didesain sebaik mungkin. Penataan
tata bangunan tidak hanya terfokus dalam menganalisa ketinggian bangunan dan efek bulk yang terjadi pada bangunan, yang menjadi faktor yang paling diperhatikan pada
bentuk bangunan dan massa bangunan, tetapi juga warna, material, tekstur dan fasade bangunan. Sehingga pembahasan mengenai pedoman tata bangunan sebagai usaha
penciptaan urban friendly corridor dibatasi oleh beberapa hal, yaitu: 1.
Karakter tata bangunan yang terdiri dari intensitas pembangunan dan fasade bangunan di Jalan Pemuda Medan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
2. Penciptaan urban friendly corridor dalam konteks keserasian visual
melalui usulan penataan intensitas pembangunan dan fasade bangunan. Pendekatan rasional digunakan untuk menentukan keserasian visual dan
kualitas unsur fisik yang dianggap dapat mewakili image public. 3.
Pendekatan regional dan perubahan regional akan memberikan peluang perancangan yang berbeda pada kawasan Jalan Pemuda Medan.
4. Tata bangunan lamabersejarah akan menjadi panduan dalam menata
fasade bangunan baru di Jalan Pemuda Medan. 5.
Urban friendly corridor akan dijadikan tema dalam pengembangan konsep di kawasan Pemuda, karena dapat mencerminkan kehidupan kota
yang nyaman, indah dan sejahtera yang tetap memperhatikan kehidupan masyarakat di dalamnya dan elemen perancangan kota yang nantinya
akan membentuk kota tersebut dalam konteks keserasian visual melalui usulan penataan intensitas pembangunan dan fasade bangunan.
1.6 Kerangka Penelitian