Akun Dalam Mata Uang Asing Manajemen Risiko

33

3. Akun Dalam Mata Uang Asing

Tabel berikut menyajikan aset dan liabilitas keuangan dalam mata uang asing pada tanggal 31 Desember 2012 berdasarkan jenis mata uang asing: Mata Uang Asing Nilai Setara Rupiah dalam jutaan Aset Moneter Kas dan Setara Kas EUR 304.293 3.898 AUD 55.148 553 Deposito Jaminan USD 117.119 1.133 Sub Total 5.584 Liabilitas Moneter Utang Lain-lain JPY 266.545.272 29.853 EUR 264.070 3.383 USD 215.510 2.084 SGD 74.500 589 Sub Total 35.909 Liabilitas Neto 30.325 Perseroan tidak mempunyai kebijakan lindung nilai yang formal untuk mengatasi risiko pertukaran mata uang asing. Akan tetapi, Perseroan menjaga transaksi dan saldo dalam mata uang asing pada tingkat yang minimum untuk membatasi risiko mata uang asing.

4. Manajemen Risiko

Kegiatan bisnis Perseroan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang memiliki risiko-risiko. Kajian risiko dilakukan oleh Dewan Direksi untuk menetapkan kebijakan yang tepat dalam proses pengambilan keputusan. Seperti halnya bidang usaha lainnya, bidang usaha Perseroan juga tidak lepas dari tantangan dan risiko secara makro maupun mikro. Risiko yang diperkirakan dapat mempengaruhi usaha Perseroan dibahas lebih lanjut pada Bab V Risiko Usaha. Dalam menghadapi risiko-risiko, seperti yang telah dijelaskan pada Bab V mengenai Risiko Usaha, Perseroan menerapkan manajemen risiko berupa: 1. Kontaminasi terhadap produk yang dihasilkan Perseroan Untuk mencegah kontaminasi terhadap produk yang dihasilkan Perseroan, Perseroan menerapkan prosedur GMP Good Manufacturing Practice dan SSOP Sanitation Standard Operating Procedure. 2. Umur Produk yang relatif singkat Untuk mengantisipasi risiko umur produk yang relatif singkat maka supply chain management terus menerus ditingkatkan. 3. Ketersediaan bahan baku Untuk mengantisipasi ketersediaan bahan baku, Perseroan melakukan perencanaan produksi dan pengendalian persediaan yang baik disamping tetap mengusahakan bahan baku substitusi dan pengidentiikasian pemasok alternatif. 4. Ketersediaan pasokan energi Untuk mengantisipasi risiko ketersediaan pasokan energi, Perseroan menggunakan energi alternatif jika terdapat gangguan antara lain dengan menggunakan LPG, CNG dan genset. 5. Pemogokan tenaga kerja Untuk mengatasi mogok kerja, Perseroan berkoordinasi dengan Dinas Tenaga Kerja dan pihak keamanan serta mengusahakan pasokan produk dari pabrik Perseroan yang lain. 34 6. Fluktuasi mata uang asing Atas beberapa aset yang harus dibeli dengan mata uang asing, Perseroan menerapkan perencanaan pembelian dan pengendalian persediaan. 7. Persaingan Usaha Untuk mengantisipasi risiko persaingan usaha, Perseroan terus melakukan inovasi produk dan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara memberikan produk roti berkualitas dengan harga yang terjangkau. 8. Isu bahan pengawet dan kehalalan Untuk mengantisipasi risiko ini, Perseroan memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh BPOM dan persyaratan halal yang ditetapkan oleh MUI. Perseroan juga melakukan edukasi proses produksi Sari Roti melalui program “Factory Visit”. 9. Bencana alam Untuk mengantisipasi kerugian akibat bencana alam, Perseroan mengasuransikan aset dan kelangsungan operasi Perseroan. 35 V. RISIKO USAHA Dalam menjalankan usahanya, Perseroan menghadapi risiko yang mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak diantisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Risiko-risiko yang akan diungkapkan dalam uraian berikut merupakan risiko-risiko yang material bagi Perseroan. Berdasarkan pertimbangan Perseroan, risiko-risiko di bawah ini telah disusun berdasarkan bobot risiko terhadap usaha Perseroan, dimulai dari risiko utama Perseroan. Risiko yang berhubungan dengan kegiatan operasional i Kontaminasi atas produk yang dihasilkan Perseroan baik pada saat sebelum diolah bahan baku, dalam proses produksi, maupun pada saat didistribusikan Perseroan menghadapi resiko tercemarnya produk baik pada saat masih berbentuk bahan baku, dalam proses produksinya ataupun selanjutnya pada saat didistribusikan ke outlet-outlet dan konsumen akhir. Apabila produk Perseroan tercemar akan berdampak pada berkurangnya kepercayaan pelanggan Perseroan dan mengakibatkan turunnya pendapatan Perseroan. ii Umur produk yang relatif singkat Keterlambatan penarikan produk-produk yang kadaluarsa dapat mengakibatkan masih beredarnya produk-produk yang telah rusak dan tidak layak dikonsumsi, mengingat produk yang dihasilkan Perseroan merupakan produk yang tidak tahan lama. Apabila terjadi keterlambatan penarikan produk kadaluarsa, maka kepercayaan pelanggan Perseroan dapat menjadi berkurang dan mengakibatkan turunnya pendapatan Perseroan. Secara rata-rata produk yang harus ditarik dari pasar karena sudah lewat masa waktunya kadaluarsa sekitar 10. iii Ketersediaan gandum sebagai bahan baku tepung terigu Perseroan menggunakan bahan baku tepung terigu yang diolah dari gandum yang diimpor dan dibeli berdasarkan harga pasar internasional. Sebagai produk pertanian, gandum dihasilkan secara musiman dan tidak selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Selain itu, apabila terjadi gejolak dalam permintaan dunia maka gandum sebagai sumber bahan baku akan menjadi langka. Apabila terjadi kelangkaan dan para pemasok Perseroan tidak dapat memproduksi tepung terigu karena kelangkaan tersebut, maka Perseroan tidak dapat melakukan kegiatan operasionalnya. Ketersediaan gandum yang berkurang di pasar internasional juga berdampak pada meningkatnya harga bahan baku tepung terigu yang digunakan oleh Perseroan. Peningkatan harga bahan baku ini tidak serta merta langsung dibebankan ke harga jual produk Perseroan, karena para pembeli produk Perseroan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi atas harga produk Perseroan. Oleh karena itu, harga gandum yang meningkat secara signiikan akan berdampak pada meningkatnya biaya pembelian bahan baku Perseroan dan selanjutnya berdampak pada menurunnya tingkat proitabilitas Perseroan. iv Ketersediaan pasokan energi Energi yang dibutuhkan oleh Perseroan untuk menjalankan pabrik dan fasilitas produksi lainnya merupakan salah satu bahan baku yang esensial. Saat ini, dua energi utama yang digunakan oleh Perseroan adalah gas LNG – Liquiied Natural Gas dan listrik. Perseroan menggunakan pasokan gas dan listrik dari kawasan industri tempat pabrik-pabrik Perseroan berdiri. Ketersediaan pasokan energi yang terhambat akan menyebabkan pabrik dan fasilitas produksi Perseroan tidak dapat berjalan dan menghasilkan volume produksi yang sesuai untuk memenuhi permintaan para pelanggan. Hal tersebut akan berdampak pada tingkat penjualan Perseroan. 36 v Risiko pemogokan tenaga kerja Tenaga kerja merupakan aset yang berharga bagi Perseroan mengingat aktivitas operasional Perseroan bergantung pada produktivitas para karyawan. Meskipun manajemen Perseroan memiliki hubungan yang baik dengan tenaga kerjanya, namun tidak ada kepastian bahwa tidak akan terjadi pemogokan tenaga kerja di kemudian hari. Apabila terjadi pemogokan tenaga kerja, kegiatan operasional Perseroan dapat terganggu dan selanjutnya berakibat pada proitabilitas Perseroan. Risiko yang berhubungan dengan kondisi pasar dan penjualan i Fluktuasi mata uang asing Perseroan membeli beberapa bahan baku utama yang dipengaruhi oleh luktuasi mata uang asing baik langsung maupun tidak langsung, antara lain tepung terigu, gula, dan ragi. Selain itu, suku cadang spare part mesin-mesin dan bahan kemasan juga dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap valuta asing. Di lain pihak, Perseroan melakukan penjualan atas produk-produk yang dihasilkannya dalam mata uang Rupiah. Perubahan kurs Rupiah terhadap mata uang asing yang terjadi secara signiikan dapat memberikan dampak kenaikan harga beberapa jenis bahan baku, berbagai bahan kemasan atau beberapa jenis suku cadang spare part mesin-mesin produksi. Hal tersebut tidak selalu dapat disertai dengan peningkatan harga jual produk Perseroan dan karenanya akan berdampak negatif terhadap nilai penjualan dan tingkat proitabilitas Perseroan. ii Persaingan usaha Perseroan melakukan penjualan produk-produknya melalui peritel. Penjualan Perseroan melalui para peritel ini memiliki porsi lebih dari 50 dari total penjualan Perseroan selama tahun 2012. Dengan semakin banyaknya peritel yang memproduksi roti sendiri untuk dijual private label, maka Perseroan menghadapi risiko persaingan usaha dari para peritel tersebut. Akibatnya, ada hambatan dalam menjual produk Perseroan di toko-toko peritel karena peritel memaksimumkan penjualan rotinya sendiri. Selain persaingan usaha dari para peritel, Perseroan juga menghadapi persaingan dari industri toko roti boutique bakery dan industri rumah tangga usaha kecil yang meskipun memiliki skala usaha lebih kecil dari Perseroan tetapi berjumlah banyak dan memiliki pelanggan tersendiri. Risiko yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah dan lingkungan sosial i Kenaikan upah minimum regionalpropinsi Kenaikan upah minimum regionalpropinsi yang melebihi tingkat inlasi akan mempengaruhi biaya produksi Perseroan. Kontribusi biaya karyawan produksi terhadap biaya produksi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 adalah sekitar 6,6. Hal ini disebabkan karena Perseroan masih mengandalkan tenaga kerja dalam proses produksi. Selama ini, Perseroan berusaha untuk mengatasi kenaikan upah minimum regionalpropinsi dengan meningkatkan harga jual produk Perseroan. Namun, apabila upah minimum regional meningkat dengan tajam dan tidak terkendali dengan baik maka biaya produksi akan meningkat cukup signiikan. ii Kestabilan kondisi ekonomi, politik dan sosial Kondisi ekonomi, politik dan sosial Indonesia turut mempengaruhi jalannya kegiatan usaha Perseroan. Ketidakstabilan kondisi ekonomi, politik dan sosial Indonesia dapat menyebabkan kerusuhan oleh buruh ataupun massa yang berada di luar kendali Perseroan. Selain itu, hal tersebut dapat berdampak pula pada daya beli konsumen Perseroan yang selanjutnya dapat menyebabkan penjualan Perseroan menurun. Apabila terjadi kerusuhan ataupun huru hara yang disebabkan oleh ketidakstabilan kondisi ekonomi, politik dan sosial Indonesia, maka Perseroan dapat mengalami dampak negatif terhadap kegiatan usaha, kinerja keuangan, hasil operasi dan prospek usahanya. 37 iii Isu bahan pengawet dan kehalalan Mengingat produk Perseroan adalah makanan yang memiliki umur lebih dari satu hari, Perseroan menghadapi risiko adanya isu yang berkembang di tengah masyarakat sehubungan dengan bahan pengawet yang digunakan, yang dapat membuat produk Perseroan bertahan untuk beberapa hari. Isu tersebut dapat memberikan gambaran yang tidak baik atas bahan baku yang digunakan serta proses produksi dan pengolahan yang dilakukan oleh Perseroan. Selain itu, dapat berkembang pula isu mengenai halal atau tidaknya produk yang dihasilkan Perseroan. Apabila isu-isu tersebut berkembang di tengah masyarakat maka terdapat kemungkinan permintaan pasar atas produk-produk Perseroan menjadi berkurang dan mengakibatkan turunnya penjualan Perseroan. iv Bencana alam Pabrik-pabrik Perseroan berada di wilayah Indonesia dan pendistribusian produk-produk Perseroan juga ditujukan ke pasar Indonesia. Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, gunung berapi, banjir dan lain-lain. Apabila terjadi bencana alam di Indonesia, maka proses produksi Perseroan dapat terganggu. Selain itu, dapat mengganggu pengiriman bahan baku oleh pemasok dan pendistribusian produk-produk yang dihasilkan Perseroan ke tempat peritel ataupun ke stock point . Perseroan menghadapi risiko lamanya proses transportasi tersebut apabila terjadi bencana alam. Hambatan dalam pendistribusian produk akan mengakibatkan umur produk menjadi semakin pendek dan harus segera dapat terjual dan dikonsumsi. MANAJEMEN PERSEROAN MENYATAKAN BAHWA SEMUA RISIKO YANG DIHADAPI OLEH PERSEROAN DALAM MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA TELAH DIUNGKAPKAN DAN DISUSUN BERDASARKAN BOBOT DARI DAMPAK MASING-MASING RISIKO TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERSEROAN DIMULAI DARI RISIKO UTAMA. 38 VI. KEJADIAN PENTING SETELAH TANGGAL LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN Tidak ada kejadian penting yang mempunyai dampak cukup material terhadap posisi keuangan dan hasil usaha Perseroan yang terjadi setelah tanggal Laporan Auditor Independen tertanggal 24 April 2013 atas Laporan Keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Purwantono, Suherman Surja dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, yang perlu diungkapkan dalam Prospektus ini. 39 VII. KETERANGAN TENTANG PERSEROAN

1. Riwayat Singkat Perseroan