Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember

PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER 81 Sebaran wilayah produksi tanaman hias menunjukkan pola yang sama dengan tanaman obatrempah. Kecamatan Gumukmas dapat disebut sebagai sentra produksi bagi tanaman palem, sansievera, adenium dan mawar. Sementara itu, masih terdapat beberapa sentra produksi lain namun hanya untuk jenis tanaman hias tertentu, misalnya kecamatan Tanggul untuk bunga mawar, dan Kecamatan Ambulu bunga adenium Sebaran wilayah produksi tanaman hias di Kabupaten Jember ditunjukkan pada Tabel 5.19. Tabel 5.19. Sebaran Wilayah Produsen Tanaman Hias di Kabupaten Jember Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Jember 2014, data diolah

5.3 Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember

Komoditas unggulan merupakan komoditas yang secara relatif mempunyai keunggulan komparatif maupun kompetitif yang jika potensinya dapat dioptimalkan akan mempunyai dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, seperti penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, berkembangnya industri hilir, dan tumbuhnya ekonomi kreatif masyarakat disektor jasa dan perdagangan. Hal tersebut menyebabkan arah kebijakan pembangunan nasional di sektor pertanian maupun industri selalu menempatkan produk atau komoditas unggulan sebagai basis bagi pengembangan ekonomi daerah. Kerangka tersebut digunakan dalam penyusunan masterplan pertanian Kabupaten Jember yang menempatkan komoditas tanaman pangan dan hortikultura unggulan sebagai basis pengembangan pertanian yang kuat, maju, mensejahterakan, dan berkelanjutan. Komoditas tanaman pangan unggulan di Kabupaten Jember yang mempunyai prioritas tinggi untuk dikembangkan adalah padi, jagung, Palem Sansievera Adenium Mawar 1 Gumukmas 2 Tanggul 3 Ambulu Komoditas Kecamatan No. PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER 82 kedelai. Hal tersebut sesuai dengan arah kebijakan pembangunan pertanian nasional tahun 2015 2019 yang berupaya mencapai swasembada produksi bagi ketiga komoditas utama tersebut. Kebijakan tersebut diperkuat pula dengan adanya program pemerintah tahun 2015 yang menitikberatkan pada upaya pencapaian swasembada produksi padi, jagung, dan kedelai nasional atau lekat disebut dengan program swasembada PaJaLe. Program tersebut ditindaklanjuti hingga ke tingkat pemerintah daerah kabupaten di seluruh Indonesia sehingga seolah menjadi gerakan nasional. Pemerintah Kabupaten Jember sendiri telah merespon kebijakan tersebut dan telah menetapkan target produksi bagi komoditas padi, jagung, dan kedelai dalam rangka meningkatkan kontribusi terhadap pencapaian swasembada pangan nasional sekaligus upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan di wilayah Kabupaten Jember. Dengan munculnya mainstream kebijakan nasional yang menempatkan swasembada padi, jagung, dan kedelai sebagai prioritas utama, sertamempertimbangkan bahwa komoditas tersebut secara faktual memang merupakan komoditas penting yang produksinya sangat dominan di Kabupaten Jember, maka padi, jagung, dan kedelai ditetapkan sebagai komoditas unggulan tanaman pangan. Adapun untuk hortikultura, komoditas unggulan berasal dari kelompok buah-buahan dan sayur-sayuran yang dipilih menggunakan sejumlah kriteria yang merepresentasikan keunggulan daya tarik dan daya saing komoditas. Kriteria daya tarik meliputi 1 pasar; 2 citra produk; 3 diversifikasi produk; 4 trend harga; dan 5 dampak sosial ekonomi. Sedangkan kriteria daya saing adalah 1 infrastruktur; 2 sumberdaya manusia SDM; 3 dukungan sumberdaya alam SDA; 4 karakteristik komoditas; dan 5 profitabilitas. Masing-masing kriteria mempunyai bobot atau prioritas yang berbeda yang menunjukkan bahwatidak semua kriteria mempunyai tingkat kepentingan yang selalu sama. Secara konstekstual memang sangat dimungkinkan terjadiberlakunya kaidah relativitas dimana suatu kriteria yang dianggap lebih penting dibandingkan kriteria lainnya. Hasil analisis penentuan tingkat kepentingan atau bobot kriteria pemilihan komoditas PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER 83 hortikultura menggunakan teknik Eickenrode ditunjukkan pada Tabel 5.20. Pada faktor daya tarik, kriteria Pasar adalah kriteria yang paling penting dibandingkan lainnya dengan bobot 0.35, sedangkan kriteria Dampak Sosial Ekonomihanya mempunyai bobot 0.1, artinya kriteria ini tingkat kepentingannya paling rendah dibandingkan kriteria lain pada faktor daya tarik. Pada faktor daya saing, kriteria Dukungan Sumberdaya alam SDA adalah yang tertinggi dengan nilai 0.28, sementara kriteria Dukungan SDM justru menempati peringkat terendah dengan nilai hanya 0.08. Tabel 5.20. Bobot Kriteria Pemilihan Komoditas Unggulan Hortikultura Kriteria Bobot Daya Tarik: 1 Pasar 0.35 2 Citra komoditas 0.24 3 Diversifikasi komoditas 0.12 4 Trend harga 0.18 5 Dampak sosial ekonomi 0.10 Daya Saing: 1 Infrastruktur 0.16 2 Dukungan SDM 0.08 3 Dukungan SDA 0.28 4 Karakteristik komoditas 0.16 5 Profitabilitas 0.32 Hasil analisis menggunakan teknik analisis daya tarik daya saing terhadap 13 jenis buah-buahan penting di Kabupaten Jember menunjukkan bahwa pada faktor daya tarik jeruk siam mempunyai nilai indeks yang paling tinggi, yaitu 3.91, diikuti oleh manggis 3.77, durian 3.69, dan alpukat 3.31, sedangkan nangka mempunyai nilai indeks terendah 1.60. Hasil analisis untuk faktor daya tarik dapat dilihat pada Tabel 5.21. Jeruk siam mempunyai nilai tinggi pada hampir semua kriteria, kecuali diversifikasi komoditas. Kecenderungan tersebut terjadi pada hampir semua komoditas buah-buahan yang dianalisis. Hingga saat ini, di Kabupaten Jember agroindustri skala kecil atau menengah yang memanfaatkan komoditas buah- buahan tersebut sebagai bahan baku utamanya masih belum berkembang. PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER 84 Yang paling banyak ditemukan adalah usaha berskala rumah tangga atau informal, seperti usaha keripik pisang, keripik nangka, sirup dan juice buah. Pada umumnya, komoditas tersebut dijual dalam keadaan segar. Beberapa jenis komoditas buah-buahan tertentu, seperti jeruk siam, durian, manggis, alpukat, dan semangka mempunyai pasar yang prospektif dan citra yang baik di masyarakat sebagai buah eksotik bagi kelas menengah sehingga nilai kriterianya relatif tinggi dibandingkan buah lainnya. Komoditas tersebut juga mempunyai harga yang cukup tinggi dan relatif stabil sehingga mampu memberikan keuntungan bagi petani dan berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Hal tersebut menyebabkan nilai kriterianya relatif lebih tinggi dibandingkan komoditas lainnya. Tabel 5.21. Nilai Indeks Komoditas Buah-buahan untuk Faktor Daya Tarik Komoditas Buah-Buahan Kriteria dan Bobotnya Nilai Indeks Pasar Citra komoditas Diversifikasi Trend harga Dampak Sosek 0.35 0.24 0.12 0.18 0.10 Jeruk Siam 4.60 3.80 2.00 4.00 4.00 3.91 Pisang 3.60 2.60 1.60 2.20 2.60 2.75 Pepaya 3.40 2.80 1.20 3.00 3.20 2.89 Rambutan 2.40 1.60 1.00 1.60 1.60 1.80 Mangga 2.80 2.00 1.40 2.00 1.80 2.18 Nangka 2.00 1.20 1.60 1.40 1.60 1.60 Durian 4.40 3.80 1.40 3.80 3.60 3.69 Manggis 4.40 3.60 1.80 4.00 4.00 3.77 Belimbing 2.20 1.20 1.40 1.60 1.60 1.69 Jambu Biji 3.00 2.00 1.20 2.00 1.60 2.21 DukuLangsat 2.60 1.80 1.00 1.80 1.40 1.94 Alpukat 3.80 3.40 1.40 3.40 3.60 3.31 Semangka 3.80 2.80 1.20 2.60 2.80 2.91 Pada faktor daya saing, jeruk siam kembali memperoleh indeks tertinggi, yaitu 3.56, diikuti oleh manggis 3.19, rambutan 3,06, nangka 3,0, durian 2,84, dukulansat 2.85, pepaya 2.83, dan Alpukat 2.64, sedangkan pisang justru mempunyai nilai terendah sebesar 2.3. Hasil analisis untuk faktor daya saing dapat dilihat pada Tabel 5.22. PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER 85 Buah-buahan seperti rambutan, nangka, dan duku mempunyai nilai tinggi pada kriteria Dukungan SDA dan Karakteristik Komoditas. Kedua kriteria tersebut menggambarkan keunggulan komparatif, seperti kesesuaian agroekologi bagi, jumlah produksi, mutu dan keunikannya. Sedangkan buah pisang, walaupun jumlah produksinya besar, namun mutu dan keunikannya dinilai masih rendah sehingga nilai untuk kedua kriteria tersebut masih dibawah buah rambutan, nangka, dan duku. Sementara itu, buah-buahan seperti jeruk siam, manggis, durian, dan semangka lebih unggul dari sisi profitabilitasnya. Tabel 5.22. Nilai Indeks Komoditas Buah-buahan untuk Faktor Daya Saing Komoditas Buah-Buahan Kriteria dan Bobotnya Nilai Indeks Infrastruktur SDM SDA Karakteristik Komoditas Profitabilitas 0.16 0.08 0.28 0.16 0.32 Jeruk Siam 3.40 3.00 4.20 3.20 3.40 3.56 Pisang 2.60 2.60 2.80 2.40 1.60 2.30 Pepaya 3.00 2.20 3.20 3.20 2.40 2.83 Rambutan 2.60 3.20 4.20 4.00 1.80 3.06 Mangga 2.40 2.80 2.80 2.40 1.80 2.35 Nangka 2.00 3.20 4.20 3.40 2.20 3.00 Durian 3.00 2.40 3.40 2.40 2.60 2.84 Manggis 3.20 2.60 3.80 2.80 3.00 3.19 Belimbing 2.40 2.60 3.40 3.40 1.60 2.60 Jambu Biji 2.20 3.20 3.00 2.20 1.80 2.38 DukuLangsat 2.60 3.00 3.60 3.40 2.00 2.85 Alpukat 2.60 2.20 3.20 2.80 2.20 2.64 Semangka 3.80 2.60 1.00 2.40 2.60 2.31 Pemetaan tingkat keunggulan buah-buahan dalam bentuk kuadran yang didasarkan atas faktor daya tarik dan daya saingnya ditunjukkan pada Gambar 5.10. Pada diagram tersebut tampak bahwa komoditas jeruk siam, manggis, dan durian termasuk ke dalam kelompok buah-buahan yang mempunyai daya tarik tinggi dan daya saing sedang. Sedangkan komoditas alpukat dan pepaya masuk ke dalam kelompok buah-buahan yang berdaya tarik dan berdaya saing sedang. Sementara itu, semangka dan pisang terkatagorisasi sebagai buah yang berdaya tarik sedang, namun daya saingnya masih rendah. Terakhir adalah buah rambutan, mangga, dan duku PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER 86 yang termasuk ke dalam kelompok buah yang berdaya tarik rendah walaupun mempunyai daya saing sedang.

5.00 3.66