PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
36
4.3 Metode Pengumpulan Data dan Informasi
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi lapang, dan wawancara
mendalam dengan pakar stakeholders. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dalam rangka memperoleh landasan teoritis dan data penunjang
yang berkaitan dengan materi penelitian desk research. Observasi lapang dilakukan pada sejumlah perusahaan makanan dan
minuman skala kecil dan menengah serta sentra tanaman pangan dan
hortikulturadi wilayah Kabupaten Jember. Penggalian informasi dari pakar narasumber ahli dilakukan baik secara terstruktur dengan menggunakan
alat bantu kuesioner dan secara tidak struktur dengan melakukan wawancara secara mendalam in-depth interview yang bertujuan untuk
mengeksplorasi informasi sebanyak-banyaknya. Dalam proses akuisisi pengetahuan dari narasumber ahli dilakukan melalui expert survey dan
brainstorming melalui forum expert meeting. Narasumber ahli yang digunakan sebagai responden mengikuti dua
kriteria, yaitu 1 mempunyai reputasi, kedudukan dan kredibilitas sebagai ahli dibidangnya; 2 mempunyai pengalaman yang cukup dan bersedia untuk
diwawancarai. Narasumber ahli yang diwawancarai mempunyai keahlian dibidang hortikultura, industri pangan, dan kelembagaan. Narasumber ahli
berasal dari institusi pemerintah, instusi pendidikanperguruan tinggi, dan praktisi.
4.4 Metode Analisis a Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan,
meringkas dan menyajikan data hasil penelitian sehingga dapat dianalisis untuk
mengetahui karakterisitik
dan kecenderungannya
secara umum.Analisis ini dilakukan dengan cara mengeksplorasi karakteristik data
seperti rata-rata mean, jumlah sum simpangan baku standard deviation, varians variance, rentang range, serta nilai minimum dan maksimum.
Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka numerik, tabel atau grafis
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
37 sehingga lebih mudah dipahami, bermakna, dan dapatmemberikan informasi
yang berguna. Analisis deskriptif dilakukan terhadap data-data penelitian untuk
mendapatkan profil mengenai potensi tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Jember. Jenis profil yang akan dijelaskan secara deskriptif
diantaranya tersebut pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik DataTanaman Pangan dan Hortikultura yang
Dianalisis Secara Deskriptif No
Karakteristik Data Penyajian hasil analisis
1. Perkembangan jumlah dan volume
produksi tanaman pangan Angka numerik angka; trend
dan grafik 2.
Perkembangan jumlah dan volume produksi tanaman dan hortikultura
Angka numerik angka; trend dan grafik
3. Nilai kontribusi produksi tanaman
pangan dan
hortikultura di
Kabupaten Jember Angka numerik angka;
proporsi; tabel dan grafik
4. Produksi dan luas wilayah tanam
tanaman pangan dan hortikultura unggulan di Kabupaten Jember
Angka numerik dan tabel
5. Wilayah
potensial produksi
tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Jember
Angka numerik dan tabel
b Teknik Daya Tarik dan Daya Saing
Teknik analisis daya tarik dan daya saing merupakan analisis yang komprehensif dan efektif untuk memotret karakteristik suatu produk atau
komoditas dari dimensi daya tarik maupun daya saingnya. Daya tarik adalah penaksiran subjektif berdasarkan pada faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi nilai dari suatu produk atau komoditas, sedangkan dimensi daya saing merupakan penafsiran subjektif berdasarkan pada faktor-faktor
internal atau kekuatan yang dimiliki oleh suatu produk atau komoditas. Setiap dimensi mempunyai sejumlah kriteria kritis yang mempunyai
bobot tertentu. Setiap kriteria selanjutnya ditentukan nilainya menggunakan skor mulai dari 1 hingga 5 yang mempunyai arti proporional positif
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
38 ketertarikan dan daya saingnya. Selanjutnya nilai masing-masing kriteria
dikalikan dengan nilai bobotnya sehingga diperoleh nilai indeks atau agregat. Nilai indeks tersebut selanjutnya dipetakan dalam sebuah matrik berbentuk
kuadran sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 4.2 Kuadran Analisis Daya Tarik Daya Saing
Kriteria daya tarik dan daya saing yang digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan tanaman pangan dan hortikultura prioritas atau unggulan
adalah sebagai berikut:
Kriteria Daya Tarik :
1 Pasar : kondisi pasar dari produk potensial mencakup target pasar, pertumbuhan pasar dan ukuran pasar.
- Target pasar: luasnya sasaran pasar dari produk potensial, apakah
produk dapat menyasar segmen pasar yang luas atau kecil. -
Pertumbuhan pasar: laju pertumbuhan atau kenaikan jumlah konsumen pada setiap tahunnya
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
39 -
Ukuran pasar: Potensi jumlah konsumen yang menjadi sasaran produk potensial
2 Citra produk: pencitraan yang tertanam dari produk potensial di mata para konsumen dan masyarakat luas
3 Diversifikasi produk: pengembangan produk potensial menjadi aneka produk dari segi jumlah dan jenisnya, kemudian seberapa banyak produk
tersebut mampu diterima oleh konsumen 4 Trend harga: kecenderungan fluktuasi kenaikan atau penurunan harga
produk protensial 5 Dampak sosial ekonomi: pengaruh produk potensial terhadap bangkitan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya -
Penyerapan tenaga kerja: jumlah tenaga kerja yang terserap karena adanya aktivitas yang terkait dengan pengusahaan baik budidaya
maupun pengolahan produk potensial di tingkat hulu hingga hilir. -
Multiplier effect: dampak perekonomian yang muncul terkait pengusahaan produk potensial di tingkat hulu hingga hilir, misalnya
meningkatnya aktivitas transportasi, munculnya agen-agen wisata, berkembangnya
jasa keuangan,
munculnya warung
makanrestoranhotel dsb. Kriteria Daya Saing :
1 Infrastruktur: kondisi infrastruktur yang dapat dimanfaatkan oleh
kegiatan-kegiatan terkait dengan pengusahaan komoditas potensial, mencakup ketersediaan sarana jalan dan transportasi, serta penunjang
lainnya, seperti air untuk irigasi. 2
Sumberdaya Manusia SDM: keadaan SDM mencakup penguasaan teknologi, manajemen dan komitmen yang dapat digunakan untuk
pengusahaan dan pemasaran produk potensial. -
Penguasaan teknologi: Ketrampilan skill pelaku khususnya para tenaga kerjakaryawan dalam proses pengusahaan dan pemasaran
produk potensial.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
40 -
Kemampuan manajemen: Kemampuan manajerial para pelaku dalam mengelola pengusahaan dan pemasaran produk potensial.
- Komitmen pelaku: Adanya kesadaran dan motivasi untuk selalu
mengembangkan produk potensial 3
Dukungan Sumberdaya Alam SDA: keadaan SDA mencakup kondisi geografis dan ketersediaan lahanlokasi yang mampu mendukung
keberlanjutan produk potensial. -
Kondisi geografis: karakteristik iklim, topografi, dan bentang alam landscape yang sesuai dengan kebutuhan produk potensial
- Lahanlokasi: potensi ketersediaan lahan dan lokasi yang dapat
dimanfaatkan untuk
keberlanjutan pengusahaan
dan pengembangan produk potensial.
4 Karakteristik
produkkomoditas; sifat-sifat
produk potensial,
mencakup keunikannya,
kualitas, kontinuitas
dan kapasitasvolumenya.
- Keunikan produk: karakteristik khas produk potensial yang
membuatnya menarik dan membedakannya dengan produk sejenis lainnya.
- Kualitas produk: mutu produk potensial yang membuatnya unggul
dibanding produk sejenis lainnya -
Kontinuitas produk: keberlanjutan produk potensial dalam jangka panjang
- Kapasitasvolume: jumlah yang dihasilkan untuk produk potensial
berupa komoditas barang atau volumedaya tampung untuk produk potensial berupa jasa
5 Profitabilitas: manfaat finansial yang mampu dihasilkan oleh produk
potensial, mencakup efisiensi biaya produksi dan margin keuntungan yang mambu mendorong tumbuhnya investasi
- Efisiensi biaya: kemampuan untuk mengelola produk potensial
budidaya, pengolahan, distribusi atau kegiatan operasional
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
41 lainnya secara efektif dan efisien sehingga dapat dikatakan sebagai
produksi berbiaya rendah low cost -
Margin keuntungan: keuntungan yang diperoleh dari pengusahaan produk potensial.
c Teknik Comparative Performance Index CPI
Teknik Perbandingan Indeks Kinerja CPIComparative Performance Index
digunakan untuk menentukan jenis produk unggulan di Kabupaten Nganjuk. Hasil yang diperoleh adalah peringkat produk
unggulan untuk beberapa sub sektor. Peringkat tertinggi ditunjukkan dengan nilai komposi CPI yang paling besar merupakan produk
unggulan yang mempunyai keunggulan berdasarkan kriteria pemilihan. Sebaliknya, peringkat terendah adalah produk unggulan namun
mempunyai prioritas terendah.
Teknik CPI merupakan indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan peringkat dari berbagai kelompok industri mamin berdasar
basis hortikultura i berdasarkan beberapa kriteria j. Formula yang digunakan dalam teknik CPI sebagai berikut:
A
ij
= X
ij
minx 100 X
ij
min A
i+1.j
= X
1+1.j
X
ij
min x 100 I
ij
= A
ij
x P
j
I
i
=
n
i ij
I
1
A
ij
= Nilai industri mamin ke-i pada kriteria ke-j X
ij
min = Nilai industri mamin ke-i pada kriteria minimum ke-j
A
i+1.j
= Nilai industri mamin ke-i+1 pada kriteria ke-j X
i+1.j
= Nilai industri mamin ke-i+1 pada kriteria ke-j P
j
= Bobot kepentingan kriteria ke-j I
ij
= Indeks industri mamin ke-i I
i
= Indeks gabungan kriteria pada industri mamin ke-i
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
42 I
= 1, 2, 3, ..., n J
= 1, 2, 3, ..., m Untuk menentukan bobot kepentingan kriteria yang digunakan P
i
, maka digunakan metode Eikenrode.
d Teknik SWOT
Teknik analisis ini diawali dengan menentukan faktor internal IFE dan eksternal EFE
Internal Factor Evaluation IFE Matrix digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dari permasalahan yang
dikaji. IFE Matrix dapat dikembangkan dalam 5 langkah, yakni : 1. Membuat daftar faktor-faktor internal sejumlah 10-20 faktor yang
mengindikasikan kekuatan maupun kelemahan secara spesifik persentase, rasio, atau angka-angka perbandingan.
2. Memberi bobot pada setiap faktor berkisar 0 tidak penting sampai 1.0 semua penting. Bobot menandakan signifikansi relatif faktor tertentu
bagi keberhasilan tujuan. Faktor-faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja diberi bobot tertinggi, terlepas
apakah faktor utama tersebut berupa kelemahan atau kekuatan internal. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1.0.
3. Memberi skor 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk mengidikasikan faktor tersebut sangat lemah skor 1, lemah skor 2,
kuat skor 3, sangat kuat skor 4. Kelemahan mendapat skor 1 atau 2, sedangkan kekuatan mendapat skor 3 atau 4.
4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan skornya untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variabel.
5. Menjumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh skor bobot total.
Hasil akhir berupa skor bobot total di bawah 2.5 mencirikan kondisi yang lemah secara internal, sedangkan skor di atas 2.5 mengindikasikan
posisi internal yang kuat. Jumlah faktor, antara 10 sampai 20, tidak
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
43 mempengaruhi kisaran skor bobot total karena bobot selalu berjumlah 1.0.
Ketika suatu faktor internal merupakan kekuatan sekaligus kelemahan organisasi, faktor itu harus dimasukkan dua kali dalam IFE Matrix. Bobot
serta skor pun harus dikalikan skoring pada masing-masing
faktor.Penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan IFE Matrix, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa
teknik ini benar-benar tanpa celah. Pemahaman yang menyeluruh mengenai faktor-faktor yang tercakup di dalamnya lebih penting daripada angka-angka
yang ada.Contoh matrik IFE dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Matrik IFE
No Faktor Penentu
Internal Bobot
a Skor
b Skor
Tertimbang a x b
Keterangan
A Kekuatan
Total B
Kelemahan
Total Total Skor Internal
1 Sumber: Hunger dan Wheelan 2012
Keterangan: 1. Bobot diberikan sesuai dengan besarnya kekuatan dan kelemahan, total
bobot harus 1 2. Skor diberikan berdasarkan faktor prioritas yang ingin segera dibenahi
3. Skor Tertimbang merupakan hasil kali antara bobot dan skor, apabila nilai total skor lebih dari 2.5 maka faktor internal Kabupaten Jember dalam
pengembangan Agribisnis komoditas = kuat.
EFE External Factor Evaluation digunakan untuk merumuskan peluang dan ancaman dari permasalahan yang dikaji. Terdapat 5 langkah
dalam membuat EFE matriks, yaitu: 1. Mengidentifikasi dan membuat faktor-faktor eksternal yang mencakup
peluang dan ancaman yang langsung maupun tidak langsung.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
44 2. Memberi bobot pada setiap faktor berkisar 0 tidak penting sampai 1.0
sangat penting. Bobot menandakan signifikansi relatif faktor tertentu bagi keberhasilan tujuan. Faktor-faktor yang dianggap memiliki
pengaruh paling besar terhadap kinerja diberi bobot tertinggi, terlepas apakah faktor utama tersebut berupa peluang atau ancaman. Jumlah
seluruh bobot harus sama dengan 1.0. 3. Memberi skor 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk
mengidikasikan faktor tersebut rendah skor 1, rata-rata skor 2, diatas rata-rata skor 3, tinggi skor 4. Rating tersebut mencerminkan
efektifitas strategi perusahaan dalam memberikan tanggapan. 4. Mengalikan nilai skor tertimbangrating dari tiap faktor tersebut
dengan bobotnya masing-masing. 5. Menjumlahkan hasil perkalian tersebut menjadi total nilai skor
tertimbang total skor. Jumlah tertinggi dari total nilai skor tertimbangtotal skor tersebut adalah 4, jumlah terendah 1 dan jumlah
rata-rata adalah 2.5. Bila jumlah tersebut adalah 4 adalah menandakan bahwa kegiatan agribisnis telah mampu menerjemahkan peluang-
peluang yang ada menjadi strategi pengembangan, serta menjalankan strategi untuk mengurangi potensi ancaman.
Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi
pengembangan agribisnis padi. Contoh penyusunan matrik EFE dapat dilihat pada Tabel 4.3.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
45 Tabel 4.3 Matrik EFE
No Faktor Penentu
Eksternal Bobot
a Skor
b Skor
Tertimbang a x b
Keterangan
A Peluang
Total B
Ancaman
Total Total Skor
Eksternal 1.00
Sumber: Hunger dan Wheelan 2012 Keterangan:
1. Bobot diberikan sesuai dengan besarnya peluang dan ancaman, total
bobot harus 1 2. Skor diberikan berdasarkan faktor prioritas yang ingin segera dibenahi
3. Skor Tertimbang merupakan hasil kali antara bobot dan skor, apabila nilai total skor lebih dari 2.5 maka faktor eksternal Kabupaten Jember = kuat.
Matrik IFE maupun EFE menjadi masukan bagi analisis SWOT. Analisis ini merupakan singkatan dari Strength S, Weakness W,
Opportunities O, dan Threats T yang artinya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau kendala, dimana yang secara sistematis dapat
membantu dalam mengidentifikasi faktor-faktor luar O dan T dan faktor internal S dan W. Analisa SWOT didasarkan pada hubungan atau interaksi
antara unsur-unsur internal, yaitu kekuatan dan kelemahan, terhadap unsur- unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman.Penelitian analisis SWOT
diproleh hasil berupa kesimpulan-kesimpulan berdasarkan ke-4 faktor dimuka yang sebelumnya telah dianalisis:
1. Strategi Kekuatan-Kesempatan S dan O atau Maxi-maxi 2. Strategi Kelemahan-Kesempatan W dan O atau Mini-maxi
3. Strategi Kekuatan-Ancaman S atau T atau Maxi-min 4. Strategi Kelemahan-Ancaman W dan T atau Mini-mini
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
46
Strength S Menentukan faktor
kekuatan internal Weakness W
Menentukan faktor- faktor kelemahan
internal
Opportunities O Menentukan
faktor-faktor peluang eksternal
Strategi S-O Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang Strategi W-O
Menciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan
peluang
Threats T Menentukan
faktor-faktor ancaman eksternal
Strategi S-T Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman Strategi W-T
Menciptakan strategi yang meminimalkan
kelemahan dan menghindari
ancaman
Sumber: Hunger dan Wheelan 2012 Gambar 4.3. Matriks SWOT
e Teknik QSPM
Proses penyusunan perencanaan strategis dilakukan dengan melalui tiga tahap analisis, yaitu tahap masukan atau input, tahap pencocokan atau
analisis, dan tahap keputusan decision making. Tahap masukan atau input dilakukan dengan menggunakan metode matrik EFE dan matrik IFE, hasilnya
disajikan dalam bentuk informasi untuk masukan tahapan berikutnya. Selanjutnya adalah tahap pencocokan atau analisis, pada tahap ini fokus pada
strategi alternatif yang dihasilkan. Dalam tahap ini metode yang digunakan adalah SWOT. Tahap terakhir adalah tahapan dalam pengambilan keputusan
decision making, dalam tahap ini metode yang digunakan adalah QSP matriks.
QSPM Quantitive Strategic Planning Matrix merupakan teknik yang secara objektif dapat menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan.
Secara konseptual, tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif relative attractiveness dari strategi-strategi yang bervariasi yang
telah dipilih dan untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan. Sebagai suatu teknik, QSPM memerlukan intuisi
yang baik dalam penilaian. Metode ini adalah alat yang dirokemandasikan
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
47 bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif
secara objektif, berdasarkan faktor kunci kesuksesan internal-eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual, tujuan metode ini
adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang paling
baik untuk diimplementasikan. QSPM sangat diperlukan sebagai metode pengambilan keputusan
setelah tahap input dan tahap analisis dilakukan. QSPM sangat berhubungan dengan metode-metode lain yang digunakan dalam tahap input dan analisis
sebagai bentuk informasi untuk tahap QSPM sendiri. Kondisi eksternal- internal agribisnis sangat diperlukan dalam penggunaan metode ini, sehingga
dapat diputuskan pemilihan prioritas strategi mana yang akan digunakan sesuai dengan keadaan organisasi tersebut. Cara membuat tabel QSPM
sebagai berikut: 1. Membuat daftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan di
sebelah kiri QSPM, informasi ini diambil dari matriks EFE dan IFE. 2. Memberi weight pada masing-masing eksternal dan internal. Weight
ini sama dengan yang ada di matriks EFE dan IFE. 3. Meneliti matriks-matriks pada stage I dan identifikasikan alternative
strategi yang dapat direkomendasikan dari hasil matriks SWOT, grand strategy, matriks profil kompetitif, dan matriks BCG.
4. Menetapkan attractiveness score AS, yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan relatife untuk masing-masing strategi yang dipilih. AS
ditetapkan dengan cara meneliti faktor internal dan eksternal, dan bagaimana peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi
yang sedang dibuat. Batasan nilai attractive score adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, 4 = sangat menarik.
5. Menghitung total attractiveness score yang dapat dari perkalian weight dengan
attractives score
pada masing-masing baris. total
attractiveness score menunjukkan relative attractiveness dari masing- masing alternatif strategi.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
48 6. Menjumlahkan semua score attractiveness score pada masing-masing
kolom QSPM. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS dari alternative strategi yang tertinggilah menunjukkan bahwa alternatif.
7. Strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS terkecil menujukkan bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
Contoh matrik QSPM tertera pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Matriks QSPM Faktor-faktor
utama Bobot
Alternatif Strategi Strategi 1
Strategi 2 Strategi 3
AS TAS
AS TAS
AS TAS
Faktor-faktor utama internal
Total bobot Faktor-faktor
utama eksternal Total bobot
Jumlah Keseluruhan Daya Tarik Total
Keterangan: 1. Memasukkan faktor utama internal dan eksternal
2. Memasukkan bobot yang ada dalam matrik IFE dan EFE 3. Identifikasi berbagai strategi alternatif dalam matrik SWOT, kemudian
masukan ke dalam matrik QSPM 4. Tentukanlah skor daya tarik Attractiveness Score-AS, berikan kisaran
skor mulai dari 1, 2, 3, atau 4 5. Hitunglah skor daya tarik total TotalAttractiveness Score-TAS dengan
cara mengkalikan bobot dengan AS 6. Jumlahkan semua TAS. Strategi dengan skor tertinggi merupakan strategi
yang paling menarik untuk dikembangkan.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
49
4.5Pelaksana Pekerjaan
Kegiatan Masterplan Pertanian di Kabupaten Jemberdidukung oleh Tim tenaga Ahli yang multidisipliner dan tenaga pendukung lainnya yang
dikoordinir oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat P3M Politeknik Negeri Jember.
Adapun tenaga ahli yang dimaksud di atas adalah sebagai berikut:
a.
Team Leader Ahli Teknik Pertanian, Pendidikan S2, lulusan universitasperguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara, berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
b.
Ahli Ekonomi Manajemen, Pendidikan S2, lulusan universitasperguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian negara, berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
c.
Ahli Perencanaan Wilayah, Pendidikan S2, lulusan universitasperguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau
yang telah lulus ujian negara, berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
d.
Ahli Kelembagaan, Pendidikan S2, lulusan universitasperguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang
telah lulus ujian negara, berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
e.
Ahli Sosial
Budaya Pertanian,
Pendidikan S2,
lulusan universitasperguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang
telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian negara, berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
f.
Ahli Statistik, Pendidikan S2, lulusan universitasperguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah
lulus ujian negara, berpengalaman minimal 5 tahun dibidangnya.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
50
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN