PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
110 pertanian juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan
yang jumlahnya jauh lebih besar. Menurut data Kantor Pertanahan Kabupaten Jember tahun 2014 pada
periode 2010 hingga 2014, sebanyak 595.47 hektar tanah pertanian yang terdiri dari 580 ha sawah dan 15.10 ha tegalan telah dikonversi menjadi
peruntukan lain sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 5.35. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pada masa mendatang dimana jumlah
penduduk semakin meningkat dan kebutuhan pangan juga meningkat, Kabupaten Jember menghadapi potensi keterbatasan lahan pertanian,
sehingga perlu diupayakan untuk melakukan konservasi atau perlindungan terhadap lahan-lahan pertanian produktif.
Tabel 5.35Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Jember
Tahun Luas Konversi Ha
Sawah Tegal
Jumlah 2010
47.34 0.75
48.09 2011
112.97 5.91
118.88 2012
87.14 4.93
92.07 2013
155.36 1.7
157.07 2014
27.85 1.81
29.66
Jumlah 430.66
15.10 445.77
5.4.2 Tanaman Hortikultura a Buah-Buahan
Komoditas unggulan buah-buahan di Kabupaten Jember adalah jeruk siam, manggis, durian, alpukat dan pepaya. Namun potensi tersebut belum
dapat dikelola secara maksimal sehingga belum memberikan nilai tambah dan manfaat yang seharusnya bagi para petani, masyarakat, maupun
pemerintah daerah. Pemerintah daerah melalui dinas terkait belum mempunyai prioritas terhadap rencana pengembangan komoditas buah-
buahan unggulan, baik dalam menengah maupun jangka panjang. Program- program yang dilaksanakan selama ini sebagian besar terfokus pada
peningkatan produksi tanaman pangan, sedangkan untuk tanaman hortikultura pembinaannya masih sangat terbatas. Jikalau ada pun sifatnya
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
111 lebih berorientasi pada aspek budidaya, sementara untuk aspek lain seperti
peningkatan mutu, peningkatan nilai tambah, pendanaan, dan pemasaran belum banyak dilakukan. Padahal potensi komoditas ini sebenarnya sangat
besar. Jika komoditas unggulan ini dapat dikelola dengan baik, Kabupaten Jember dapat mempunyai ikon buah yang dikenal secara nasional, misalnya
Jeruk Semboro Jember, Manggis Tanggul Jember, seperti halnya ikon yang sudah melekat dan dimiliki oleh daerah lainnya, seperti Salak Pondoh
Yogyakarta, Mangga Podang Kediri, Belimbing Demak, dan yang sedang gencar dipromosikan adalah Durian Merah Banyuwangi.
Upaya untuk mewujudkan hal tersebut merupakan suatu keniscayaan karena Kabupaten Jember mempunyai modal keunggulan komparatif yang
cukup besar, walaupun secara kompetitif masih harus ditingkatkan. Berbagai terobosan inovatif sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk memberikan
sekedar bantuan dan solusi atas permasalahan produksi yang dihadapi petanisaja,
namun yang lebih penting adalah sentuhan dalam
mengembangkan pola pengusahaan yang berwawasan agribisnis sehingga memberikan hasil yang jauh lebih menguntungkan, menyejahterakan, dan
berkelanjutan. Pola tersebut mensyaratkan agar pemerintah daerah pandai untuk
membaca peluang pasar, kemudian memanfaatkan peluang tersebut dengan memberdayakan segala kemampuan yang dimiliki untuk menghasilkan
keunggulan kompetitif yang diferensitif sehingga sanggup menjadi market leader dalam beberapa tahun ke depan. Memang upaya tersebut tidaklah
mudah, karena itu diperlukan kerjasama dan sinergi antar SKPD terkait untuk secara bersama-sama mempunyai program-program terpadu yang
terencana, sistematis, dan berjenjang agar dapat menghasilkan luaran yang lebih efektif dan monumental.
Berikut ini adalah gambaran singkat dan aktual pengusahaan komoditas unggulan buah-buahan di Kabupaten Jember.
1. Jeruk Siam
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
112 Jeruk siam adalah komoditas unggulan utama buah-buahan utama di
Kabupaten Jember. Komoditas ini berpotensi menjadi ikon Kabupaten Jember. Wilayah sentra penghasil jeruk siam adalah Kecamatan Semboro dan
Umbulsari. Komoditas ini juga dibudidayakan di Kecamatan Jombang, Sumberbaru, Kencong, dan Tanggul.
Jeruk siam awalnya dibudidayakan oleh petani di Kecamatan Semboro, sehingga masyarakat luas mengenalnya sebagai Jeruk Semboro . Komoditas
ini benar-benar menjadi primadona bagi petani karena mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan budidaya padi, jagung, dan kedelai.
Kondisi tersebut menyebabkan petani menanami lahan sawahnya dengan jeruk semboro. Pengusahaan komoditas ini lebih baik jika dibandingkan
tanaman unggulan lainnya, seperti manggis, durian, dan alpukat. Di Kecamatan Semboro, seperti di Desa Sidonekar, Sidomulyo, Semboro,
Rejoagung, Pondokjoyo, jeruk siam dibudidayakan di lahan sawah. Sebelum tanaman jeruk berumur 3 tahun dilakukan tumpangsari dengan tanaman
padi atau kedelai yang ditanam diantara bedengan-bedengan jeruk. Setelah berumur 3 tahun, budidaya dilakukan secara monokultur. Bibit berasal dari
penangkar setempat dan berasal dari daerah lain seperti Tulung Agung dan Purworejo Jawa Tengah, namun umumnya bibit belum bersertifikat.
Sebagian ada yang menggunakan benih bersertifikat terutama yang diperoleh dari dinas setempat. Kebutuhan air untuk budidaya jeruk siam
sangat mencukupi karena memanfaatkan sistem irigasi teknis. Tingginya minat petani untuk menanam jeruk siam, menyebabkan dinas
setempat telah memberikan bantuan penyuluhan dan menyelenggarakan program, seperti SL GAP, SL PHT, demplot, pelatihan, studi banding. Upaya
tersebut dapat dikatakan cukup berhasil. Indikasinya, karena saat ini petani telah melakukan budidaya dengan cukup baik, seperti pemupukan dan
pengendalian OPT. Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk kandang 10 20 kg per pohon tahun dan pupuk kimia, seperti NPK, ZA, dan Urea
diberikan setiap 3 bulan sekali. Pengendalian OPT dilakukan melalui penyemprotan menggunakan pestisida, dan sebagian petani juga telah
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
113 melaksanakan pengendalian hama secara PHT. Namun, program yang
dilakukan oleh dinas tersebut hanya berkaitan dengan aspek budidaya saja, sedangkan aspek lainnya yang terkait dengan agribisnis jeruk siam belum
mendapat banyak sentuhan. Panen dan pasca panen menjadi salah satu masalah utama yang dihadapi
petani. Petani umumnya menggunakan sistem tebasan sehingga panen dilakukan oleh para pedagang atau tengkulak. Walaupun sistem ini tidak
menguntungkan, namun petani tidak mempunyai pilihan lain karena keterbatasan modal yang dimiliki, dan ketiadaan jaringan pemasaran yang
lebih luas. Jaringan pemasaran telah dikuasai oleh tengkulak. Setelah melakukan panen, pedagang pengepul melakukan grading dan
pengemasan. Buah dikelompokkan ke dalam beberapa grade mutu, yaitu kelas A, B, dan C lalu dikemas dalam keranjang plastik atau kotak kayu
kemudian dikirim ke kota tujuan. Pemasaran jeruk selain di Kabupaten Jember juga telah menjangkau kota-kota lainnya, seperti Surabaya,
Yogyakarta, Jakarta, Denpasar melalui pedagang pengepul yang ada di Kecamatan Semboro, Tanggul, dan Umbulsari.
2. Manggis
Sentra tanaman manggis terdapat di Kecamatan Sumberbaru dan Tanggul, dan sebagian kecil di Kecamatan Panti dan Sukorambi. Manggis
sesuai dibudidayakan di wilayah yang agak tinggi. Di Kecamatan Tanggul dan Sumberbaru, tanaman manggis banyak dijumpai di bagian utara, di daerah
kaki hingga lereng Gunung Argopuro. Tanaman ini masih diusahakan secara tradisional di pekarangan-pekarangan rumah atau diusahakan dengan sistem
tumpangsari sebagai tanaman naungan kopi.Sebagian petani telah mulai membuka kebun-kebun manggis, bahkan sebagian kecil lainnya mulai
menfungsikan sawahnya menjadi kebun manggis. Manggis yang banyak dibudidayakan petani umumnya adalah varietas
lokal. Bibit diperoleh dari benihnon-sertifikat. Pemerintah daerah melalui dinas terkait pernah memberikan bantuan bibit unggul di Desa Manggisan
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
114 dan Darungan, Kecamatan Tanggul sebanyak 2000 bibit, namun program
tersebut hanya bersifat sporadis dan tidak berkelanjutan. Petani manggis membudidayakan tanamannya dengan sangat sederhana sehingga terkesan
seadanya . Tanaman tumbuh tanpa pemupukan, jika ada pun masih sangat
terbatas. Perawatan tanaman sangat minimal, termasuk dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan juga sangat sederhana, hanya menggunakan
alat-alat tradisonal yang kurang memadai. Setelah dipanen, perlakuan pasca panen pun juga masih sangat minim sehingga buah rawan mengalami
kerusakan atau susut mutu. Dinas terkait pernah memberikan program SL GAP dan bantuan alat panen, namun adopsi masyarakat terhadap teknologi
baru kurang sesuai harapan.Peran kelembagaan petani selama ini masih terfokus pada tanaman padi, jagung, dan kedelai saja, sedangkan untuk
manggis masih belum menjadi prioritas. Hal ini lah yang menyebabkan produktivitas danmutu hasil panen masih rendah.
Produktivitas hanya berkisar 50 100 kg setiap pohon.
Namun yang cukup menggembirakan, bahwa dengan kondisi seperti itu ternyata permintaan buah manggis khususnya dari luar daerah masih
sangat tinggi. Harga manggis cukup menjanjikan sehingga memberikan nilai tambah yang lebih tinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan.
Beberapa petani telah memperoleh sertifikat Prima-3 yang menunjukkan bahwa buah manggis segar yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi,
sedangkan untuk sertifikat yang lebih tinggi, seperti Prima-2, dan Prima-1 belum berhasil diraih. Tidak semua buah manggis yang dihasilkan bermutu
baik, sebagian bermutu rendah karena adanya getah kuning atau burik
sehingga tidak bisa diekspor. Akan tetapi, sebagian bu ah manggis yang
berkualitas baik telah diminati oleh eksportir dan sebagian diantaranya telah berhasil menembus pasar luar negeri.
3. Durian
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
115 Komoditas durian menjadi unggulan ketiga di Kabupaten Jember setelah
jeruk siam dan manggis. Wilayah sentra penghasil durian di Kabupaten Jember adalah Kecamatan Sumberjambe dan Panti. Wilayah penghasil
lainnya adalah Kecamatan Jelbuk, Tanggul, Sumberbaru, dan Arjasa. Komoditas ini memang sesuai dibudidayakan di wilayah yang mempunyai
ketinggian diatas 300 meter dpl. Pengusahaan tanaman durian dapat dikatakan masih sangat tradisional.
Di sentra durian, seperti desa Rowosari, Jambearum, Pringgodani, dan Plerean yang berada di Kecamatan Sumberjambe, tanaman durian tumbuh di
tegalan, pekarangan rumah, dan lahan perhutani. Petani hanya membudidayakan durian di lahan-lahan yang tidak bisa ditanaman
komoditas lainnya karena kendala topografinya, sehingga tidak dijumpai kebun-kebun duren yang telah diusahakan secara komersial dalam skala
besar.Oleh karena permintaan pasar dan harganya yang relatif tinggi, maka petani di wilayah tersebut sebagian besar menanaminya dengan durian pada
lahan dengan karakteristik seperti itu. Produk durian yang berasal dari Kecamatan Sumberjambe dikenal
mempunyai citarasa yang khas. Hal ini karena durian yang dibudidayakan oleh petani setempat berasal dari varietas lokal yang mempunyai
mempunyai keunikan atau bersifat spesifik lokasi. Beberapa petani mendapatkan bibit durian hasil penangkaran lokal di Kecamatan Panti.
Namun karena cara budidayanya hanya seadanya , maka hasil panen, baik produktivitas maupun mutunya, kurang maksimal. Petani setempat tidak
pernah melakukan pengolahan tanah. Pemupukan juga jarang dilakukan pemupukan dan hanya dilakukan pada awal musim hujan dengan pupuk NPK
tanpa ukuran yang semestinya. Petani juga jarang melakukan pengendalian hama sehingga tanamannya sering diserang oleh hama penggerek dan
pengerat.Selama ini, dinas setempat belum pernah mempunyai program- program prioritas yang terencana dan berkelanjutan untuk pengembangan
komoditas durian di wilayah ini.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
116 Pada saat panen tiba, petani durian juga mengadapi sejumlah masalah.
Tekanan ekonomi yang dihadapi dan keterbatasan akses pasar seringkali menjadi penyebab petani durian menggadaikan tanaman duriannya kepada
para tengkulak dengan harga yang ditetapkan di awal. Panen dilakukan oleh petani dengan alat tradisional kemudian hasilnyadiberikan kepada para
tengkulak sesuai kesepakatan sebelumnya kemudian dijual ke berbagai daerah. Hal tersebut jelas tidak menguntungkan bagi petani, namun kondisi
tersebut telah berlangsung sejak lama. Keberadaan kelompok tani yang ada sekarang belum menyentuh komoditas ini dan masih memfokuskan kepada
komoditas padi dan jagung. Ketidakberdayaan petani durian selama ini menyebabkan petani belum sepenuhnya dapat menikmati nilai tambah buah
durian.
4. Alpukat
Komoditas alpukat menjadi komoditas unggulan buah-buahan di Kabupaten Jember setelah jeruk siam, manggis, dan durian. Sentra penghasil
buah alpukat adalah wilayah yang mempunyai topografi agak tinggi hingga tinggi, seperti di Kecamatan Silo dan Sumberjambe. Selain kedua wilayah
tersebut, alpukat juga dihasilkan di Kecamatan Jelbuk, dan Ledokombo. Pengusahaan alpukat di Kabupaten Jember masih dilakukan secara
sederhana, belum mengikuti tata cara budidaya yang benar dan tepat. Selama ini, tanaman alpukat ditanam secara tumpangsari dengan tanaman kopi di
lahan-lahan perhutani. Sebagian petani juga menanam alpukat di tegalan dan lahan pekarangan. Tanaman yang dibudidayakan merupakan varietas lokal
dan termasuk ke dalam jenis alpukat mentega dan tidak ada varietas yang termasuk ke dalam jenis spesifik lokasi.
Dalam sistem tumpangsari, petani hanyamemprioritaskan pengelolaan pada tanaman kopi, sedangkan tanaman alpukat cenderung dibiarkan saja.
Petani mempunyai keyakinan kuat bahwa dengan merawat tanaman kopi, maka secara otomatis tanaman alpukat juga akan ikut terawat. Dinas
pertanian setempat juga belum melakukan program-program terpadu yang
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
117 berkelanjutan bagi petani alpukat. Hal tersebut menyebabkan mutu dan
produktivitasnya masih belum sesuai dengan harapan. Jika musim panen tiba, pedagang pengepul atau tengkulak datang kepada
para petani untuk melakukan transaksi jual beli. Umumnya, petani telah mempunyai jalinan kerjasama yang cukup baik dengan para pembeli
sehingga terbentuk rasa saling percaya. Namun, dalam sistem tersebut posisi tawar petani tetap lemah karena transaksinya bersifat individual dan petani
tidak mengetahui informasi pasar secara pasti.
5. Pepaya
Komoditas pepaya menjadi komoditas unggulan buah-buahan di Kabupaten Jember setelah jeruk siam, manggis, durian, dan alpukat. Sentra
penghasil buah pepaya berada di Kecamatan Ledokombo dan Silo.Jika dilihat dari aspek budidayanya, pengusahaan pepaya jauh lebih baik dibandingkan
komoditas durian, manggis, atau alpukat. Petani pepaya telah menerapkan tata cara budidaya yang cukup memadai walaupun kurang optimal. Hal
tersebut ditunjang dengan keberadaan asosiasi pepaya yang menyebabkan petani mendapat informasi yang memadai tentang teknis budidaya pepaya.
Di Kecamatan Ledokombo, pepaya dibudidayakan oleh petani di lahan tegal karena tanaman ini relatif tahan terhadap kekurangan air dengan sistem
monokultur atau tumpangsari dengan tanaman sengon, kelapa dan cabe. Jenis pepaya yang dibudidayakan adalah jenis yang mudah dipasarkan,
umumnya adalah jenis pepaya thailand. Tanaman pepaya relatif mudah dibudidayakan. Petani umumnya
melakukan pemupukan dengan cara disebar disekitar batang dengan pupuk ZA, phonska dan sedikit urea. Pengendalian OPT juga sudah dilakukan
dengan melakukan pestisida secara teratur atau disaat terindikasi terkena serangan OPT. Sebagian petani juga telah menjalin kemitraan dengan
pengusaha dari luar Kabupaten Jember untuk mengusahakan pepaya. Hal tersebut menyebabkan produktivitas dan mutu hasil panennya cukup baik.
Produktivitas panen pepaya mencapai 2.5 3 ton ha untuk satu kali tanam.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
118 Petani yang telah menjalin hubungan kemitraan dengan pengusaha lain
tidak terkendala dengan masalah pemasaran, namun bagi petani yang melakukan pengusahaan secara mandiri sering menghadapi fluktuasi harga
panen yang terkadang merosot tajam, bahkan sering tidak terjual. Peranan tengkulak pada situasi seperti ini sangat besar. Bahkan, para tengkulak
memberikan harga penawaran, melakukan panen dan menimbang sendiri hasil panennya. Praktek tersebut jelas tidak memuaskan petani, dan kerap
merugikan, namun petani tidak mempunyai pilihan lain karena keterbatasan informasi dan akses pasar.
b Sayur-sayuran
Sayuran yang menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Jember adalah cabe rawit, kacang panjang, jamur, dan kubis. Seperti halnya, komoditas
buah-buahan, sayuran unggulan juga belum banyak mendapat sentuhan pengembangan. Program-program dari dinas terkait yang dilakukan selama
ini hanya terfokus pada aspek budidayanya saja, sedangkan untuk aspek lain yang mengarah kepada pengembangan agribisnis sayuran unggul belum
mendapat perhatian.
1. Cabe rawit
Cabe rawit banyak diusahakan di berbagai wilayah Kabupaten Jember karena tanaman ini menjadi salah satu komoditas primadona petani untk
meningkatkan pendapatannya. Jika harga cabe rawit tinggi, komoditas ini dapat memberikan keuntungan hingga tiga kali lipat dibandingkan
keuntungan yang diperoleh dari budidaya tanaman pangan. Wilayah yang menjadi sentra cabe rawit adalah Kecamatan Kalisat dan Gumukmas. Wilayah
penghasil lainnya adalah Kecamatan Sukowono, Ledokombo, Puger, dan Wuluhan.
Cabe rawit merupakan tanaman sepanjang musim. Dapat dibudidayakan kapan saja tanpa melihat musim, namun biasanya petani menanamnya ketika
akhir musim penghujan untuk menghindari curah hujan yang berlebihan. Di
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
119 Kecamatan Kalisat dan Sukowono, tanaman ini banyak diusahakan di lahan
sawah dan tegal secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman tembakau dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong disekitar tanaman
tembakau.Di lahan sawah, cabe rawit dibudidayakan mengikuti kebiasaan yang ada, yaitu menanamnya setelah mereka membudidayakan padi dengan
menggunakan pola tanam padi padi
cabe atau pola padi tembakau
cabe. Pola yang terakhir dianggap paling menguntungkan karena jika tembakau telah dipanen dan hujan belum kunjung datang, tanaman cabe
dapat terus dipertahankan. Besarnya minat petani untuk menanam cabe rawit dipengaruhi oleh
situasi harga panen. Jika harga cenderung tinggi dan stabil, maka semakin banyak petani yang membudidayakannya, demikian pula sebaliknya. Hal
tersebut mendorong dinas pertanian setempat untuk menyelenggarakan program untuk meningkatkan hasil panen dan mutu cabe rawit. Program
yang pernah dilakukan adalah SL GAP, SL PHT, pemberian bantuan agensia hayati, dan pembinaan rutin melalui kelompok tani. Adanya program
tersebut memberikan dampak positif terhadap cara budidaya petani cabe mulai dari penggunaan benih atau bibit, pengolahan tanah, pengendalian
OPT, penyiangan, dan pemupukan. Benih cabe rawit yang digunakan sudah berasal dari jenis varietas unggul
hibrida, namun untuk menghemat biaya, petani melakukan pembibitan sendiri atau menggunakan benih komposit. Hal inilah yang menyebabkan
produktivitas dan mutu panennya kurang bagus. Petani yang membudidayakan cabe hibrida umumnya telah melakukan
pengolahan tanah dengan baik. Petani telah membuat bedengan-bedengan yang dicampur dengan sedikit pupuk kandang atau menambahkan dengan
pupuk urea, SP36 dan KCl. Bagi petani yang mempunyai modal besar, telah digunakan mulsa plastik untuk meningkatkan produktivitas panennya. Petani
juga menggunakan jerami sebagai pengganti mulsa untuk menghemat biaya produksi.Jenis pupuk yang dipakai oleh petani umumnya adalah pupuk kimia
dan penggunaannya masih belum berimbang. Pemupukan dilakukan pada
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
120 awal tanam, ketika tanaman berumur satu bulan, kemudian secara intensif
dilakukan setiap kali selesai dipetik. Perawatan tanaman telah banyak dilakukan petani walaupun tidak
secara rutin. Di wilayah Kecamatan Kalisat, pengamatan OPT dilakukan sesekali saja.Perawatan untuk maksud pencegahan sangat jarang dilakukan.
Petani hanya melakukan pemberantasan ketika tanaman telah ada tanda- tanda terjangkit OPT, bahkan sering menunggu hingga sudah parah. OPT
yang sering menyerang adalah layu bakteri, layu fusarium dan virus kuning. DiKecamatan Sumberjambe, terdapat sebagian petani yang melakukan
pengendalian hama cukup intensif dan penyemprotan intensitas tinggi dengan rentang waktu yang rapat, yaitu 3 5 hari sekali.
Pemanenan cabe rawit dilakukan setelah berumur 2,5-3 bulan sejak bibit ditanam. Periode panen bisa berlangsung selama 6 bulan bahkan lebih. Umur
tanaman cabe rawit bisa mencapai 24 bulan. Frekuensi panen pada periode masa panen tersebut bisa berlangsung 15-18 kali. Namun semakin tua
tanaman, produktivitasnya semakin rendah sehingga tidak ekonomis lagi untuk dipelihara. Untuk budidaya intensif, biasanya tanaman cabe rawit
dipelihara hingga berumur 12 bulan. Budidaya yang baik bisa menghasilkan total produksi hingga 30 tonha, namun pada kenyataannya produktivitas
panen di wilayah sentra hanya sekitar 9 10 tonha. Hasil panen di jual dalam keadaan segar kepada para pengepul. Sebagian
petani telah menjalin kemitraan dengan pengusaha, namun dalam prakteknya masih belum berjalan dengan baik. Peran kelompok tani dalam
pemasaran cabe rawit masih sangat lemah sehingga harga panen sering berfluktuasi tajam.
2. Kacang Panjang
Kabupaten Jember merupakan penghasil utama kacang panjang di Provinsi Jawa Timur. Komoditas ini mempunyai prospek yang cukup baik
karena termasuk tanaman yang tahan terhadap serangan hama kepik dan harganya relatif tinggi dibandingkan sayuran lainnya, seperti mentimun,
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
121 oyong, atau pare. Wilayah penghasil kacang panjang adalah Kecamatan
Tempurejo, Umbulsari, Gumukmas, dan Semboro. Umumnya, budidaya kacang panjang di Kabupaten Jember telah telah
dilakukan dengan baik.Hal ini merpakan dampak dari adanya penyuluhan yang dilakukan oleh dinas pertanian setempat mengenai teknis budidaya dan
usahatani kacang panjang. Komoditas ini dibudidayakan di lahan sawah setelah petani menanam padi atau dibudidayakan secara tumpangsari
dengan tanaman tembakau. Sebagian petani di Kecamatan Ambulu melakukan pola tumpangsari dengan tembakau karena dianggap lebih efisien
dan menguntungkan. Batang tembakau sisa panen dapat dimanfaatkan sebagai ajir tiang rambatan tanaman kacang panjang, sehingga petani tidak
perlu menyediakan ajir dari belahan bambu tua. Benih kacang panjang yang ditanam petani berasal dari varietas lokal.
Umumnya petani membuat benih sendiri dari biji kacang panjang yang sudah tua kemudian dikeringkan. Sebagian kecil petani saja yang sudah
menggunakan benih unggul kacang panjang. Pengolahan tanah dilakukan petani dengan membuat guludan dan parit-
parit ditepi sawah sebagai sarana drainase. Benih kacang panjang ditanam pada lubang-lubang yang dibuat pada puncak-puncak guludan dengan jarak
tanam 25 30 cm. Bersamaan dengan itu pula di dimasukkan pupuk urea.
Sebagian petani telah mencampur urea beserta pupuk kandang. Biji akan tumbuh antara tiga sampai dengan empat hari kemudian.
Pemupukan dilakukan pada saat tanam dan pada waktu tanaman berumur tiga minggu. Sebagian besar petani masih menggunakan pupuk
kimia dengan dosis yang belum berimbang. Sebagian kecil telah menggunakan campuran pupuk kandang dan pupuk kimia, seperti urea, TSP,
dan KCL. Kacang panjang rentan terhadap beberapa OPT, seperti bercak daun
akibat serangan jamur Cercospora sp, penyakit karat daun dan busuk polong, dan serangan cendawan Colletotrichum. Penyakit-penyakit ini terutama
menyerang pada areal tanaman dengan kelembapan tinggi. Petani kacang
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
122 panjang kurang intensif dalam melakukan pencegahan terhadap serangan
OPT. Biasanya penyemprotan pestisida baru dilaksanakan saat terdapat gejala-gejala serangan mulai muncul.
Panen kacang panjang bisa dilakukan beberapa kali. Panen pertama dilakukan pada umur dua bulan. Masa produktif kacang panjang dapat
mencapai empat bulan dengan interval pemanenan setiap satu minggu sekali pada hamparan yang sama. Produktivitas kacang panjang sekitar 8
10 ton per ha, masih cukup rendah jika dibandingkan dengan produktivitas panen
ideal yang dapat mencapai 25 30 ton per ha. Kacang panjang dijual dalam keadaan segar kepada para pedagang
pengepul dengan harga antara Rp. 1000 2000 kg. Pengepul mempunyai
posisi tawar yang tinggi dalam menentukan harga panen. Kacang panjang produksi Jember dijual ke wilayah sekitar, seperti Surabaya, Banyuwangi,
dan Bali.
3. Jamur
Komoditas jamur mempunyai prospek yang sangat menjanjikan karena permintaan pasarnya yang terus meningkat dan harga jual yang stabil. Jamur
dapat digunakan menjadi aneka produk olahan bernilai tambah tinggi, seperti jamur krispi, kerupuk jamur, abon jamur, nugget jamur, baso jamur,
dan sebagainya. Jamur segar juga dapat dibuat menjadi aneka masakan yang menyehatkan. Meningkatnya kecenderungan pola hidup sehat menjadi salah
satu penyebab meningkatnya permintaan jamur. Budidaya jamur mempunyai keberlanjutan yang sangat tinggi karena tidak tergantung dengan
musim.Produktivitasnya juga dapat terus ditingkatkan tanpa terlalu tergantung dengan ketersediaan lahan.
Budidaya jamur telah banyak diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Jember, khususnya di Kecamatan Ajung, Sukorambi, dan Rambipuji. Jamur
yang banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih. Kelompok petani jamur di Jember umumnya telah tergabung dalam Koperasi Tani Jamur
Nusantara Kotanimura. Melalui lembaga ini dan peran mitra usaha, petani
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
123 mendapat informasi, pelatihan, pendampingan, dan pembinaan tentang
peluang dan cara budidaya jamur tiram, sementara peran dinas setempat masih sangat terbatas.
Budidaya jamur tiram memerlukan proses panjang yang tidak mudah. Proses ini dimulai dengan pembibitan, pembuatan baglog, dan penumbuhan
baglog dalam kumbung-kumbung hingga dilakukan pemanenan hasil. Petani yang bermodal besar dan mempunyai keahlian dapat menangani sekaligus
ketiga tahapan tersebut. Namun bagi petani kecil atau pemula umumnya hanya melakukan penumbuhan baglog dalam kumbung-kumbung. Mereka
menjadi mitra bagi petani besar yang menyediakan baglog siap tumbuh dan pemasaran hasil panen. Petani kecil yang melakukan budidaya secara
swadaya biasanya memperoleh baglog siap tumbuh dari pihak lain atau penyedia baglog, yang tersebar di Kecamatan Sukorambi, Ajung, Rambipuji,
Umbulsari, Tanggul. Penyedia baglog umumnya telah berhasil membuat bibit sendiri dengan cara isolasi dari indukan. Namun tidak jarang pula yang hanya
membuat media baglog saja dari campuran serbuk gergaji, bekatul, dan kapur, kemudian bibitnya fenotipe 1 dan 2 dibeli dari pihak lain. Produsen
pembuat baglog dan penyuplai bibit dulunya adalah petani-petani jamur yang usahanya telah berkembang, mempunyai keahlian, dan berpengalaman.
Petani yang banyak terdapat di Kabupaten Jember adalah petani kecil yang hanya menumbuhkan baglog di dalam kumbung hingga siap dipanen.
Kumbung adalah rumah tempat menumbuhkan jamur dengan ukuran yang disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki petani. Biasanya, kumbung
mempunyai lebar 4 7 meter, dan panjangnya 6
10 meter. Kumbung berfungsi untuk melindungi dari paparan sinar matahari dan hujan secara
langsung. Dinding kumbung terbuat dari gedek, dan atapnya dapat menggunakan genting, asbes, atau rumbia. Di dalam kumbung tersedia rak-
rak budidaya yang terbuat dari kayu atau bambu. Rak tersebut digunakan untuk meletakkan baglog jamur. Baglog disusun teratur dengan mulut
menghadap keatas atau miring. Agar pertumbuhan jamur optimal, ruangan di dalam kumbung dijaga agar tetap lembab dengan suhu sekitar 24
26 C.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
124 Ruangan juga memerlukan sirkulasi udara yang baik, dan ketika cuaca panas
dapat disemprot kabut hingga tiga kali sehari. Serangan OPT yang sering dihadapi adalah ulat,gurem dan semut. Resiko
serangan menjadi semakin besar jika lingkungan di dalam kumbung tidak bersih. Hama ulat dan gurem dapat dicegah dengan cara menyemprotkan
cairan bawang putih dua kali seminggu. Namun jika serangan tetap terjadi biasanya diberantas dengan menyemprotkan insektisida dosis rendah.
Pemanenan mulai dapat dilakukan ketika berumur dua minggu sejak penumbuhan. Setiap baglog dapat dipanen antara empat sampai enam kali,
atau total bisa mencapai 4 smpai 6 ons dalam kisaran waktu 3 sampai 4 bulan. Harga jamur tiram siap konsumsi saat ini kisaran Rp. 6500 - 9.000 per
kilogram. Permintaan pasar terhadap jamur tiram segar cukup tinggi. Di Kabupaten Jember, permintaannya mencapai 10 tonhari, sedangkan tingkat
produksinya baru dapat mencukupi sekitar i 50 saja. Bagi petani yang tidak mempunyai mitra, hasil panen dijual kepada para pengepul, namun bagi
petani yang telah bermitra atau tergabung ke dalam kelompok usaha, maka pemasarannya melalui kelompok yang ada.
Di Kabupaten Jember telah terdapat kelompok atau paguyuban budidaya jamur yang melakukan pengolahan pasca penen jamur dengan cara
diblanching kemudian di kemas dalam plastik. Kelompok ini menjual produknya ke pasar tradisional di Jember, Surabaya, Banyuwangi, dan Pulau
Bali. Sebagian produknya juga telah mampu menembus pasar ekspor ke Filipina dan Thailand.
4. Kubis
Komoditas kubis menjadi primadona baru bagi petani di Kecamatan Ambulu, Wuluhan, dan Puger. Di wilayah yang dikenal sebagai sentra
tanaman kubis tersebut dikembangkan kubis untuk dataran rendah yang kualitasnya tidak kalah dengan kubis yang dibudidayakan di daerah tinggi.
Sentra produksi kubis ada di Kecamatan Ambulu, Puger, dan Wuluhan.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
125 Kubis merupakan tanaman semusim atau dua musim dan dapat ditanam
sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif. Faktor terpenting adalah menjaga kesuburan tanah dengan memberikan bahan organik,
gembur, porus, dan tidak terlalu asam. Petani kubis di wilayah sentra umumnya telah mempunyai jalinan kerjasama pemasaran dengan pembeli
dari luar daerah. Sebagian ada yang bermitra dengan pemodal disertai dengan bimbingan teknis budidaya. Oleh karena itu, cara budidaya kubis
termasuk baik walaupun belum optimal. Dinas pertanian setempat telah membantu petani melalui kelompok-kelompok tani yang ada memberikan
penyuluhan tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu, dan usaha tani kubis. Program tersebut banyak memberikan keberhasilan karena karakteristik
petani kubis yang cukup adaptif terhadap informasi dan teknologi baru. Petani kubis di wilayah ini memulai budidaya kubis dengan menyemai
benih unggul pada lahan-lahan persemaian selama 3 hingga 4 minggu. Setelah tumbuh bibit yang berdaun 4 sampai 6 helai, kemudian di tanam
transplanting pada lahan tanam yang telah disiapkan sebelumnya. Tanaman kubis mensyaratkan adanya kandungan unsur hara dan bahan
organik yang cukup. Oleh karena itu, pada saat pengolahan tanah, juga diberikan pupuk kandang sebagai pupuk dasar. Kebutuhan pupuk kandang
mencapai pupuk 10 20 tonha.Penanaman dilakukan dengan cara
memasukkan bibit hingga leher akarnya ikut tertanam ke dalam tanah. Selama dua minggu berikutnya, petani mengamati pertumbuhan tanamannya
dan melakukan penyulaman jika terdapat tanaman yang mati. Pemupukan berikutnya dilakukan dua minggu setelah transplanting.
Petani menggunakan pupuk kimia jenis urea, TSP, dan KCL. Pemupukan dilakukan kembali dua minggu kemudian dengan menggunakan pupuk urea.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah kebiasaan petani yang belum dapat melakukan pemupukan secara berimbang.
Penyiraman dilakukan setiap hari atau sesuai kondisi tanaman.Jika cuaca panas maka tanaman
disiram tiap pagi dan sore hari ,sedangkan jika hujan tanaman tidak perlu
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
126 disiram. Sementara itu, penyiangan dilakukan bersamaan pada saat
pemupukan atau tergantung adanya gulma yang tumbuh. Masalah utama budidaya kubis adalah serangan busuk daun kubis atau
petani sering menyebut dengan istilah kresek yang biasanya muncul saat curah hujan tinggi. Serangan kresek menyebabkan kepala kubis tidak bisa
besar sehingga menyebabkan kerugian bagi petani. OPT lain yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat daun kubis, ulat krop kubis, bengkak
akar, busuk hitam, busuk lunak, bercak daun dan penyakit embun tepung. Pengendalian
OPT dilakukan
dengan melakukan
penyemprotan menggunakan pestisida.
Kubis mulai dipanen setelah berumur 85 hingga 110 hari. Produktivitas panen di wilayah sentra mencapai 15
22 ton perha masih termasuk rendah dibandingkan dengan produktivitas ideal yang dapat mencapai lebih
dari 30 tonha. Harga kubis segar ditingkat petani mencapai Rp. 2,000 sampai Rp. 2,300kg, namun jika harga anjlok harganya hanya sekitar
Rp.500kg. Peran kelompok tani masih lemah dalam menentukan harga jual. Keterbatasan informasi pasar dan kebutuhan akan modal operasional
menjadikan petani kubis tidak punya banyak pilihan untuk menolak harga yang ditawarkan pembeli atau tengkulak. Hal tersebut biasanya terjadi ketika
hasil panen melimpah dan menurunya kualitas panen akibat ketidakpastian musim.
Gambaran mengenai pengusahaan komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Jember tersebut menegaskan bahwa masih banyak permasalahan
yang dihadapi baik dari aspek penyediaan benih, teknis budidaya, sarana produksi, kelembagaan, permodalan, dan pemasaran. Untuk mewujudkan
pertanian yang maju, bernilai tambah, menyejahterakan, dan berkelanjutan maka permasalahan-permasalahan tersebut harus dapat diselesaikan.
Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanaman hortikultura adalah sebagai berikut:
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
127
1 Benih
Benih menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas panen. Benih unggul mempunyai karakteristik produksi tinggi,
umur genjah, dan tahan terhadap serangan OPT. Di Kabupaten Jember terdapat sejumlah penangkar benih bagi komoditas hortikultura unggulan,
kecuali kubis sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 5.35. Jeruk siam mempunyai jumlah penangkar dan produksi benih terbesar, berikutnya
adalah kacang panjang, dan durian. Kecenderungan yang sama juga terlihat pada perdagangan benih dimana ketiga komoditas tersebut paling banyak
diperdagangkan. Namun, tidak semua penangkar telah dapat menghasilkan benih bersetifikat karena sebagian besar merupakan penangkar lokal.
Tabel 5.35Produsen dan Perdagangan Benih Hortikultura Unggulan di Kabupaten Jember Tahun 2014
Komoditas Produsen Benih
Perdagangan Benih Jumlah
Produsen Unit
Luas Penangkaran
M² Produksi
Benih KgPohon
Jumlah Pedagang
Benih Orang
Jml Benih yg diperdagangkan
KgPohon Jeruk Siam
34 64,100
2,185,100 64
2,071,000 Manggis
2 2,200
4,221 3
4,215 Durian
9 45,700
176,450 70
175,900 Pepaya
1 100
1,000 Cabe Rawit
3 8,000
70 87
822 Kc. Panjang
5 692,000
82,610 55
2,055 Jamur
1
Alpukat
2
Kubis
Keterangan:
1 dan 2
belum terdata
Kecamatan Semboro menjadi sentra penghasil benih jeruk siam, disamping Kecamatan Umbulsari, dan Bangsalsari. Sementara itu wilayah
pengahsil manggis adalah Kecamatan Tanggul, dan Sentra benih durian berada di Kecamatan Panti. Wilayah-wilayah yang menjadi produsen benih
komoditas hortikultura unggulan ditunjukkan oleh Tabel 5.36.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
128 Jika dilihat dari penggunaannya, tidak semua petani menggunakan bibit
bersertifikatberlabel. Petani jeruk siam, manggis, durian, pepaya, dan kacang panjang umumnya masih menggunakan benih yang belum
bersertifikatl, sedangkan petani cabe rawit, dan kubis kebanyakan telah menggunakan benih bersertifikat. Sedangkan untuk jamur, belum terdapat
sertifikasi benih. Petani jamur yang mempunyai keahlian dan pengalaman melakukan pembibitan dengan cara isolasi. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa petani masih mempunyai kendala dalam menggunakan benih bersertifikat. Faktor penyebabnya adalah ketersediaan benih berlabel dan
harganya yang dirasakan masih cukup mahal. Tabel 5.36Penggunaan Benih dan Wilayah Produsen Benih Hortikultura
Unggulan di Kabupaten Jember Tahun 2014
Komoditas Jumlah Penggunaan Benih
Wilayah Produsen Benih Berlabel
KgPohon Tidak Berlabel
KgPohon Jeruk Siam
33,000 2,031,400
Semboro, Umbulsari, Bangsalsari Manggis
0.00 4,215
Tanggul Durian
4,000 25,900
Panti, Bangsalsari Pepaya
0.00 50
Sumbersari Cabe Rawit
156,170 694
Sumberjambe, Ajung Kc. Panjang
764 1,164
Umbulsari, Semboro Jamur
0.00 0.00
- Alpukat
0.00 0.00
- Kubis
0.00 0.00
-
2 Pemupukan
Pupuk memberikan kontribusi besar terhadap produksi tanaman. Dengan semakin miskinnya kandungan hara dan menurunnya kesuburan
tanah, pemupukan menjadi kegiatan penting dalam produksi pertanian. Tidak semua petani hortikultura unggulan telah melakukan pemupukan
secara tepat, benar, dan berimbang. Petani yang mengusahakan tanaman keras dan menahun, seperti durian, alpukat, dan manggis umumnya tidak
melakukan pemupukan secara teratur. Jikalau ada dapat dikatakan seperlunya saja karena petani lebih mengutamakan pemupukan tanaman
semusim lain yang dimilikinya, misalnya padi dan palawija karenafaktor keterbatasan modal. Namun bagi petani yang memprioritaskan tanaman
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
129 hortikultura saja, seperti petani jeruk siam, cabe rawit, kubis, dan kacang
panjang, umumnya telah melakukan pemupukan dengan pupuk kimia walaupun sering tidak berimbang.
Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah untuk mencapai status semua hara esensial seimbang dan optimum dalam tanah
untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian, efisiensi pemupukan, kesuburan tanah serta menghindari pencemaran lingkungan.
Pemupukan berimbang tidak harus merupakan pemupukan dengan menggunakan semua jenis pupukJenis hara tanah yang sudah mencapai
kadar optimum atau status tinggi, tidak perlu ditambahkan lagi, kecuali sebagai pengganti hara yang terangkut sewaktu panen.Penggunaan pupuk
yang tidak berimbang akan menyebabkan penurunan produktivitas padi dan mutu hasil. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mendorong petani
menggunakan pupuk secara berimbang melalui penyesuaian harga berbagai jenis pupuk. Mengingat unsur makro yang banyak dibutuhkan tanaman
adalah Nitrogen dan Posfat, maka perlu dilakukan upaya penyeimbangan dan penyesuaian kedua jenis pupuk.
3 Pengendalian OPT
Serangan OPT menjadi salah satu faktor rendahnya mutu dan produktivitas panen hortikultura unggulan di Kabupaten Jember. Petani
hortikultura yang termasuk tanaman semusim, seperti cabe rawit, kubis, kacang panjang, jeruk siam, jamur, dan sebagian petani pepaya dan manggis
telah melakukan pengendalian OPT walaupun belum optimal. Sementara itu, petani tanaman menahun seperti durian dan alpukat, hampir tidak pernah
melakukan pengendalian OPT secara khusus. Salah satu indikasi bahwa pengendalian OPT masih belum optimal adalah terjadinya kasus serangan
virus CVPD Citrus Vein Phloem Degenerapions pada komoditas jeruk siam wilayah Semboro. Batang tanaman layu dan daunnya menguning, sementara
buah jeruk yang mulai besar menguning dan berguguran. Serangan tersebut menyebabkan ribuan pohon jeruk mati sehingga harus ditebang.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
130 Petani kubis, cabe rawit dan kacang panjang termasuk intensif dalam
melakukan pengendalian
OPT dengan
melakukan penyemprotan
menggunakan pestisida karena kedua komoditas ini rawan terhadap serangan OPT, khususnya jika terjadi ketidakpastian musim. Budidaya
komoditas ini membutuhkan investasi yang cukup besar dan resiko kegagalan panen akibat serangan OPT tinggi sehingga petani harus
melakukan pengendalian. Berbeda dengan tanaman menahun yang resikonya dianggap lebih rendah dan hanya merupakan tanaman sampingan
menyebabkan petani kurang mempedulikan kondisi tanamannya. Petani hortikultura mempunyai informasi awal yang memadai tentang
pentingnya pengendalian OPT bagi tanamannya, namun rendahnya implementasi terhadap hal tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran
petani terhadap mutu dan produktivitas hasil panennya, keinginan petani untuk berhemat sehingga hanya melakukan pengendalian disaat serangan
sudah parah saja, dan kebiasaan petani tentang cara budidaya yang diyakini selama ini. Petani sering beranggapan bahwa dengan melakukan cara
budidaya sederhana seperti saat ini saja, mereka sudah mampu menerima keuntungan. Keyakinan tersebut menjadi sulit dirubah walaupun dinas
pertanian terkait telah memberikan program penyuluhan, manakala petani tersebut juga mengusahakan tanaman lainnya yang lebih diprioritaskan.
Faktor keterbatasan modal, ketersediaan obat-obatan, dan efisiensi adalah alasan utama dan menjadi kendala bagi peningkatan produksi dan mutu hasil
panen hortikultura.
4 Peralatan Produksi
Peralatan produksi mencakup semua sarana alat dan mesin yang dibutuhkan dalam pengusahaan tanaman hortikultura unggulan. Petani
jeruk, cabe rawit, kacang panjang, jamur, kubis pada umumnya telah mempunyai peralatan yang cukup memadai untuk kegiatan pengolahan
tanah, penanaman, pengendalian OPT, pemupukan, perawatan, dan pemanenan. Jenis peralatan yang dibutuhkan sebagian besar sama dengan
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
131 yang dibutuhkan untuk pengusahaan tanaman padi, jagung, dan kedelai,
walaupun dari sisi jumlahnya masih membutuhkan kajian yang lebih mendalam.
Hal tersebut berbeda dengan petani durian, alpukat, pepaya dan manggis yang kelengkapan peralatannya sangat kurang memadai. Seperti,
pengendalian OPT dan peralatan panen. Alat pengendalian OPT untuk tanaman keras berbeda dengan yang digunakan pada tanaman semusim.
Ketersediaan peralatan tersebut saat ini masih sangat terbatas sehinga perlu untuk ditingkatkan baik jenis maupun jumlahnya. Sementara itu, peralatan
panen untuk komoditas durian, manggis, dan alpukat yang masih bersifat tradisional. Akibatnya, kerusakan hasil panen menjadi sangat tinggi akibat
cacat fisik yang terjadi selama pemanenan. Cacat fisik karena buah mengalami benturan atau jatuh dapat menyebabkan serangan jamur dan
penyakit yang menyebabkan kebusukan buah.
5 Teknologi Pasca Panen
Komoditas hortikultura unggulan di Kabupaten Jember hingga saat ini masih dijual dalam bentuk segar. Hingga saat ini, belum terdapat industri
pengolahan agroindustri, baik yang berskala kecil atau menengah, yang memanfaatkan komoditas-komoditas tersebut menjadi produk olahan yang
bernilai tambah. Petani menjual hasil panennya kepada para tengkulak yang kemudian mendistribusikannya ke pasar tradisonal setempat atau dikirim ke
luar wilayah. Pengolahan pasca panen yang sering dilakukan adalah pengkelasan grading mutu yang biasanya dilakukan oleh para pedagang.
Petani yang menjalin hubungan pasar dengan pedagang besar hanya sebatas sebagai pemasok supplier saja, sedangkan grading mutu hasil panen dan
pengemasannya dengan kotak kayu box dilakukan oleh para pedagang. Untuk industri jamur, saat ini telah terdapat unit usaha pengolahan yang
menghasilkan produk jamur kemasan yang telah dapat dipasarkan keluar daerah hingga luar negeri. Jamur tiram hasil panen diolah dengan cara
dibersihkan, disortasi, diblanching kemudian dilakukan pengemasan.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
132 Keberadaan agroindustri semestinya akan dapat menjadi barrier
terjadinya fluktuasi harga komoditas yang tajam ditingkat petani, meningkatkan nilai tambah komoditas, dan menggerakkan perekonomian
masyarakat sekitarnya. Adanya agroindustri membuat petani mempunyai alternatif untuk menjual hasil panennya terutama ketika harga yang
ditawarkan pedagang sangat rendah. Agroindustri ini juga dapat menampung hasil panen yang bermutu rendah atau tidak layak untuk dikonsumsi segar
sehingga petani masih mempunyai nilai tambah.
6 Kelembagaan Petani
Kelembagaan petani yang kuat dan maju sangat dibutuhkan bagi pengembangan komoditas hortikultura unggulan. Peran lembaga petani
terhadap petani hortikultura unggulan masih termasuk lemah. Lembaga petani yang ada saat ini sebagian besar masih menjalankan program-
program peningkatan produksi dan penguatan usaha tani bagi komoditas tanaman pangan. Hanya sebagian komoditas hortikultura ungulan yang telah
menjadi program poktan maupun gapoktan, seperti cabe rawit, kubis, dan kacang panjang, sedangkan untuk komoditas unggulan lainnya masih sangat
terbatas. Kelembagaan yang secara spesifik menangani pengembangan komoditas
tertentu, seperti Asosiasi Petani Pepaya, AsosiasiPetani Manggis, Asosiasi Petani Cabai, dan Koperasi Tani Jamur Nusantara Kotanimura telah ada
namun perannya masih terbatas pada aspek budidaya, sedangkan aspek lainnya belum tersentuh. Untuk komoditas durian dan alpukat belum
terdapat lembaga-lembaga yang serupa sehingga masih mengandalkan kepada poktan dan gapoktan setempat. Secara umum, keberadaan lembaga
ini cukup membantu petani walaupun belum dapat mengatasi permasalahan yang banyak dihadapi, seperti pemasaran dan modal.
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
133
7 Pemasaran Hasil Panen
Permintaan pasar untuk produk hortikultura di Kabupaten Jember sangat tinggi. Hasil panen hortikultura mampu diserap oleh pasar tradisional
di Kabupaten Jember, pasar modern, pasar di luar daerah, dan sebagian kecil telah mampu menembus pasar ekspor. Namun demikian, tata niaga produk
hortikultura sebenarnya belum ideal karena masih dikendalikan oleh pihak pedagang atau tengkulak. Pelaku yang terlibat dalam tata niaga hortikultura
adalah petani produsen, tengkulak, pedagang besar, retail, dan konsumen. Rantai tata niaga dapat menjadi lebih pendek atau lebih panjang tergantung
jangkauan pemasaran dan efektifitas pemasarannya. Seringkali rantai tata niaga menjadi lebih panjang apabila tengkulak terbagi menjadi beberapa
pemain, misalnya tengkulak tingkat kecamatan, tengkulak tingkat kabupaten, dan seterusnya. Hal tersebut menyebabkan perbedaan harga yang sangat
tajam. Harga pasar, yaitu harga yang harus dibayar oleh konsumen dapat berlipat kali dibandingkan harga yang diterima oleh petani. Rente yang besar
berada pada tengkulak atau pedagang besar yang seringkali lebih tinggi dibandingkan nilai yang diterima petani.
Lemahnya petani dihadapan para tengkulak karena petani tidak mempunyai akses langsung ke pasar, dan tidak mempunyai kemampuan
untuk menangani hasil panennya sebelum dijual ke pasar. Kegiatan petani terputus hingga pemanenan saja, sedangkan kegiatan pasca panen seperti
pengkelasan mutu, pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penjualan dilakukan pedagang.
Hingga saat ini, Kabupaten Jember belum mempunyai sarana pemasaran khusus bagi produk hortikultura unggulan. Hal inilah yang menyebabkan
petani selalu tergantung pada tengkulak untuk memasarkan hasil panennya ke daerah lain, padahal jika tersedia sarana pemasaran, petani dapat
menjualnya ke tempat tersebut sehingga akan memangkas rantai tata niaga. Tersedianya sarana pemasaran selain akan dapat meningkatkan efektifitas
pemasaran, menjaga fluktuasi harga, dan meningkatkan nilai tambah petani juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan image Kabupaten
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
134 Jember dalam melakukan branding terhadap komoditas unggulan yang
dimilikinya.
8 Mutu Hasil Panen
Mutu produk hortikultura Kabupaten Jember secara umum masih perlu ditingkatkan. Produk cabe rawit, kubis, jamur, dan kacang panjang mutunya
relatif lebih baik dibandingkan produk manggis, durian, alpukat, dan pepaya. Hal ini disebabkan pengusahaan untuk komoditas sayuran dan jamur lebih
baik dari segi penggunaan benih, pemupukan, perawatan tanaman, pemberantasan OPT, dan pemanenan. Sementara, komoditas unggulan buah-
buahan umumnya masih diusahakan secara seadanya . Produk hortikultura yang aman dan bermutu ditunjukkan dengan
adanya sertifikasi dari otoritas keamanan pangan, yaitu sertifikasi prima 3 produk aman dikonsumsi, prima 2 produk aman dikonsumsi dan
bermutu, dan prima 1 produk aman dikonsumsi, bermutu, ramah lingkungan. Sebagian besar produk hortikultura unggulan dari Kabupaten
Jember belum mempunyai sertifikat tersebut. Dalam rangka menghadapi MEA Masyarakat Ekonomi Asean tahun 2016 dimana persaingan akan
menjadi sangat ketat, maka sertifikasi produk hortikultura mutlak harus dilakukan agar produk unggulan Kabupaten Jember mempunyai daya saing
yang tinggi dan mampu memenangkan persaingan pasar global.
9 Permodalan
Keterbatasan modal menjadi kendala utama bagi petani untuk dapat menerapkan program-program pengembangan komoditas unggulan
hortikultura. Petani memerlukan modal kerja yang mencukupi untuk dapat melakukan usaha tani secara tepat, seperti penyediaan benih unggul, pupuk,
peralatan produksi, pengairan, obat-obatan, perawatan tanaman, dan pemanenan. Jika modal terbatas, maka petani akan melakukan efisiensi
biaya, misalnya dengan membeli benih yang tidak berlabel, mengurangi intensitas pengendalian OPT, meminimalkan biaya perawatan, menggunakan
PENYUSUNAN MASTERPLAN PERTANIAN KABUPATEN JEMBER
135 pupuk yang tidak berimbang, dan sebagainya. Hal inilah yang menyebabkan
usaha tani menjadi tidak efisien sehingga mutu dan produktivitas panen lebih rendah dari target yang ditetapkan.
Petani telah berupaya untuk meningkatkan kemampuan modalnya dengan memanfaatkan berbagai skim kredit yang ditawarkan oleh
perbankan maupun lembaga keuangan non-bank. Namun berbagai skim tersebut umumnya mensyaratkan agunan yang sulit dipenuhi oleh petani.
Lembaga keuangan yang menggunakan agunan ringan, cepat, dan mudah administrasinya justru menawarkan kredit pertanian yang mempunyai
bunga tinggi. Walaupun hal tersebut memberatkan petani dari sisi beban hutang, namun dari sisi kemudahan sangat membantu sehingga petani
banyak memanfaatkan jasa tersebut. Petania hortikultura membutuhkan peran dan kepeduliann lembaga keuangan dalam meningkatkan modal
petani, namun dengan skim kredit yang lebih lunak namun tetap menguntungkan kedua belah pihak.
5.5 Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan di Kabupaten Jember