Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015
V-1
V. BAB V
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJMD karena menjadi dasar utama visi dan misi pembangunan jangka
menengah. Penyajian isu-isu strategis meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis.
V.1. Permasalahan Pembangunan
Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan gap expectation antara kinerja pembangunan yang
dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Menggunakan
analogi SWOT Strengths, Weaknessess, Opportunity, and Threats, maka permasalahan ada pada komponen weaknessess kelemahan, baik kelemahan
yang terdapat di internal pemerintah provinsi Kepulauan Riau maupun kelemahan yang terdapat di masyarakat Kepulauan Riau secara keseluruhan.
Permasalahan dalam pembangunan lima tahun ke depan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tujuh kategori meliputi i sosial budaya, ii
ekonomi kelautan, iii infrastruktur, iv lingkungan hidup, v sumber daya manusia, vi ekonomi masyarakat lokal dan ekonomi lemah wong cilik dan
vii tata kelola pemerintahan yang baik Good Governance.
V.1.1. Sosial dan Budaya
Pembangunan sebuah provinsi akan sangat dipengaruhi oleh karakter dari masyarakat daerah provinsi itu sendiri. Selama ini Kepulauan Riau sudah cukup
dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu, dan hal ini yang menjadi dasar dan modal bagi pembangunan yang dilakukan. Untuk itu isu sosial dan budaya
menjadi salah satu komponen penting dalam memaknai sebuah perencanaan dan pembangunan, sehingga permasalahan yang menyertainya menjadi hal
yang harus diamati.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015
V-2
a. Secara umum, upaya pelestarian dan pengembangan daya tarik budaya melayu dan budaya lokal masih sangat rendah. Hal ini bisa ditunjukkan dari
masih belum optimalnya pemberdayaan kelompok masyarakat potensial dan lembaga adat, serta pembinaan potensi dan kreativitas masyarakat dalam
mengembangkan seni dan budaya daerah. Hal ini disebabkan antara lain peran dan dukungan dunia usaha, pihak
swasta dan masyarakat untuk bekerjasama dalam pembinaan seni dan budaya masih rendah, termasuk dalam pengembangan sejarah dan budaya
daerah. Akibatnya, aktivitas seni dan budaya dalam event baik lokal, regional maupun internasional terutama dalam membangkitkan kembali semangat
Kepulauan Riau sebagai Bunda Tanah Melayu belum berjalan secara optimal.
b. Menurunnya pengamalan nilai agama, nilai budaya dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan baik dalam lembaga pendidikan,
organisasi kemasyarakatan dan aparatur pemerintah, sehingga jati diri anak negeri Melayu mulai tergerus oleh budaya luarasing. Di sisi lain dukungan
yang nyata dari daerahnegara serumpun tentang peranan dan kedudukan Kepulauan Riau sebagai Bunda tanah Melayu juga belum ada.
Untuk itu perlu ada upaya berkesinambungan dalam memelihara, membina dan mengembangkan nilai budaya Melayu disamping budaya-budaya lain
yang hidup berkembang di Kepulauan Riau. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan kajian dan seminar kebudayaan secara rutin
serta meningkatkan peranan seni dan budaya dalam kegiatan pembangunan daerah dengan meningkatkan apresiasi dan kreativitas berkesenian dan
kebudayaan masyarakat. Upaya lain adalah dengan membangun, mengembangkan dan membina sekolah pariwisata dan pusat informasi
pariwisata. c. Secara umum pemanfaatan potensi dalam pengembangan wisata termasuk
potensi budaya, potensi wisata bahari dan wisata minat khusus di kawasan pulau kecil di Kepulauan Riau, belum optimal dilakukan. Hal ini bisa
ditunjukkan dari belum berkembangnya pusat-pusat wisata baru dan even- even wisata baru yang didukung oleh keamanan lingkungan yang kondusif
dengan memanfaatkan potensi alam dan budaya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015
V-3
Hal ini disebabkan antara lain oleh i masih belum terbinanya pelaku wisata dalam kepariwisataan, ii masih terbatasnya infrastruktur kepariwisataan
seperti jalan, sarana angkutan, telekomunikasi dan fasilitas umum termasuk cinderamata khas dikawasan-kawasan wisata, iii belum adanya
perencanaan pembangunan pariwisata budaya dan bahari yang partisipatif dan terintegrasi, iv belum optimalnya pengembangan dan pemeliharaan
objek wisata budaya dan bahari yang sudah ada, dan v minimnya kegiatan- kegiatan promosi budaya dan bahari, serta pelaksanaannya yang belum
terintegrasi baik promosi melalui website maupun lainnya.
V.1.2. Ekonomi Kelautan