Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Good Governance dan Produk-Produk Kebijakan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 V-10 dibanding tenaga kerja asing. Akibatnya kondisi ini sering menjadi pemicu kecemburuan dan akhirnya kerusuhan pertikaian antara tenaga kerja lokalnasional dengan tenaga kerja asing, seperti yang terjadi pada tahun 2010 di PT. Drydocks Batam. g. Semakin terpuruknya jati diri anak negeri yang disebabkan oleh arus globalisasi yang telah menginfiltrasi masyarakat dengan budaya asing yang materialistis, hedonis, dan pragmatis. Akibatnya nilai-nilai agama dan budaya cenderung ditinggalkan oleh masyarakat, terutama oleh genarasi muda saat ini. h. Belum efektifnya Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Kelembagaan PUG yang mengintegrasikan perspektif sudut pandang gender ke dalam proses pembangunan di setiap bidang dan mendorong kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh i belum optimalnya penerapan hukum, metoda analisis, dan dukungan politik terhadap kesetaraan gender sebagai prioritas pembangunan, ii belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus pembangunan; dan iii masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan. Akibatnya masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. i. Masih lemahnya proses pembinaan nilai moral dan budi pekerti pada lembaga pendidikan sehingga belum memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan moral pegawai pemerintah dan masyarakat.

V.1.7. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Good Governance dan Produk-Produk Kebijakan

Segala perencanaan dan pembangunan serta pengembangan wilayah akan tercapai jika didukung oleh instrumen tata kelola pemerintahan yang baik. Terkait tata kelola pemerintahan yang baik maka hal-hal mengenai sistem, kapasitas aparatur pemerintah dan peran serta masyarakat menjadi bagian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 V-11 yang menjadi perhatian. Salah satu wujud nyata dari hasil pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik adalah kebijakan yang mendasarkan diri pada kebutuhan daerah dan menjawab permasalahan-permasalahan yang ada. a. Munculnya kesenjangan dan perbedaan pemahaman terhadap otonomi yang memberi kewenangan luas kepada pemerintah kabupaten dan kota. Di sisi lain kewenangan pusat di daerah dalam hal perizinan, pengelolaan dan pemanfaatan potensi kelautan dan perikanan masih cukup besar sehingga pemerintah provinsi memiliki banyak keterbatasan dalam mengelola pulau- pulau kecil, pesisir dan laut. Kondisi ini antara lain disebabkan masih lemahnya keterpaduan, keterkaitan dan koordinasi antar sektor dan antar hierarki pemerintahan. b. Rendahnya kerjasama, tingkat pengertian, dan komunikasi antar masyarakat dan antar pemerintah serta dunia usaha dalam pembinaan kesadaran berbangsa dan segala aspek bidang pembangunan. c. Belum optimalnya sistem administrasi pemerintahan, pembangunan, pelayanan publik dan pengelolaan keuangan daerah dalam sistem yang terintegrasi berbasis ICT Information Communication and Technology. d. Rendahnya efisiensi, efektivitas serta akuntabilitas aparatur dalam tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah. Hal ini ditandai dari belum optimalnya peranan dan manfaat PAD dalam keuangan daerah sehingga ketergantungan keuangan daerah akan dana perimbangan masih relatif tinggi. Selain itu, masih sering terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan dan pembangunan daerah. Pengelolaan program dan anggaran belum optimal berjalan sehingga mengakibatkan program yang disusun tidak terintegrasi dan kurang dapat digunakan secara efektif dan efisien. Besaran DBH Dana Bagi Hasil migas sejauh ini masih relatif kecil dan penggunaannya pun belum optimal. e. Masih lemahnya pemanfaatan data dalam perencanaan, dan belum digunakannya hasil evaluasi dan pengawasan dalam penyusunan rencana pembangunan, salah satunya adalah pengelolaan data dan informasi mengenai potensi pengembangan kelautan dan perikanan Kepulauan Riau. f. Belum optimalnya peran serta dan kapasitas masyarakat dalam pembangunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 V-12 g. Belum optimalnya pelaksanaan peraturan kepegawaian khususnya dalam memberikan sanksi yang tegas kepada pegawai yang terlibat KKN Korupsi, Kolusi, Nepotisme. h. Masih terbatasnya sarana dan prasarana bangunan pemerintah termasuk gedung kantor yang refresentatif bagi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. i. Terbatasnya sumber daya aparatur daerah baik dari segi kuantitas maupun kualitas yang meliputi tenaga perencanaan, keuanganpelaksana anggaran, teknologi informasi, administasi kependudukan, pelaksana teknis program, penegakan hukum, pengawasan regulasi, dan penyuluh pertanian. j. Lemahnya kebijakan yang dikeluarkan dalam hal perencanaan pembangunan, tata ruang, ketenagakerjaan dan ekonomi daerah tentang upaya mengembangkan potensi daerah, menjamin keberlangsungan investasi, dan menangkap peluang-peluang terlaksananya FTZ Free Trade Zone.

V.2. Isu Strategis