Sumber Daya Manusia Permasalahan Pembangunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 V-8 saat musim penghujan, dan kekurangan air saat kemarau. Lebih dari itu, kesejukan, keteduhan, keindahan dan kenyamanan wilayah kota pun menjadi menurun. c. Masih lemahnya pengendalian lingkungan hidup dan belum optimalnya pelaksanaan pengawasan pencemaran serta pengrusakan lingkungan, disebabkan oleh minimnya dukungan kebijakan dan kerjasama pihak terkait serta perencanaan yang belum terintegrasi terutama dalam rencana tata ruang, tata ruang laut dan tenaga pengawas yang kapabel serta sarana dan prasarana pendukung pengawasan.

V.1.6. Sumber Daya Manusia

Sejarah dan fakta empiris telah membuktikan, bahwa ketersediaan sumber daya manusia SDM yang berkualitas merupakan faktor kunci yang menentukan kemajuan suatu masyarakat dan bangsa. Terlebih di era globalisasi yang bercirikan perdagangan bebas free trade, persaingan antar bangsa yang semakin tajam, dan semakin terkoneksinya negara-negara di dunia flat world berkat kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi, maka ketersediaan SDM berkualitas semakin dibutuhkan oleh setiap bangsa yang ingin maju, makmur, dan berdaulat. a. Masih rendahnya kualitas SDM yang meliputi keterampilan kemampuan menerapkan IPTEK dan manajemen; jiwa wirausaha entrepreneurship, dan akhlak atau etos kerja seperti kerja keras, rajin, ulet, disiplin, jujur, kemampuan bekerjasama, dan semangat untuk memberikan yang terbaik. Hal ini salah satunya disebabkan oleh keberadaan Balai Latihan Tenaga Kerja yang belum mampu meningkatkan keterampilan, etos kerja, dan penyiapan calon tenaga kerja siap pakai bagi SDM tenaga kerja yang saat ini ada di Kepulauan Riau. Akibatnya angka pengangguran terbuka semakin tinggi dan rendahnya serapan lapangan kerja bagi lulusan sekolah. b. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Kepulauan Riau dapat dilihat dari angka rata-rata lama bersekolah yang hanya mencapai 9 tahun. Artinya penduduk Kepulauan Riau rata-rata hanya tamatan SLTP. Sementara itu, penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah SLTA baru mencapai 64, dan angka partisipasi sekolah untuk usia di atas 18 tahun partisipasi pendidikan tinggi bahkan di bawah 5. Hal ini antara lain disebabkan oleh kemampuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 V-9 ekonomi daya beli masyarakat yang terbatas sehingga pola konsumsi masih didominansi oleh pemenuhan kebutuhan pokok. c. Kualitas pendidikan yang belum optimal, dicerminkan dari kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, ketersediaan sarana dan prasarana serta tenaga pengajar termasuk kuantitas, terutama untuk guru eksakta dan ilmu alam natural sciences. d. Masih rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, terutama untuk masyarakat di daerah perdesaan dan pulau-pulau kecil yang jauh dari pusat kota serta kawasan kumuh slum areas perkotaan. Hal ini disebabkan oleh biaya berobat dan perawatan kesehatan yang relatif mahal, rendahnya perluasan dan peningkatan mutu Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas dan Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin Askeskin, terbatasnya ketersediaan tenaga medis dan fasilitas kesehatan terutama di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta kurangnya kemampuan, kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan tingkat kesehatan masyarakat Kepulauan Riau pada umumnya masih rendah, antara lain tercermin dari masih tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan serta endemi penyakit menular yang muncul dari kondisi lingkungan. e. Masih lemahnya peran pemerintah dalam hal perencanaan dan pengawasan program pendidikan dan kesehatan, koordinasi pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupatenkota. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kapasitas kelembagaan dalam mengelola anggaran pendidikan dan kesehatan yang cukup besar. Akibatnya program pelayanan masyarakat miskin dalam bidang pendidikan, kesehatan dan usaha ekonomi produktif, masih belum terintegrasi. f. Rendahnya tingkat kesejahteraan buruh atau karyawan. Pendapatan gaji, upah seringkali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar yang meliputi pangan, sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan rekreasi sekedarnya. Hal ini disebabkan oleh dominannya sistem outsourcing, meskipun juga ada faktor lain yaitu produktifitas tenaga kerja lokal Kepulauan Riau maupun nasional pada umumnya relatif lebih rendah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015 V-10 dibanding tenaga kerja asing. Akibatnya kondisi ini sering menjadi pemicu kecemburuan dan akhirnya kerusuhan pertikaian antara tenaga kerja lokalnasional dengan tenaga kerja asing, seperti yang terjadi pada tahun 2010 di PT. Drydocks Batam. g. Semakin terpuruknya jati diri anak negeri yang disebabkan oleh arus globalisasi yang telah menginfiltrasi masyarakat dengan budaya asing yang materialistis, hedonis, dan pragmatis. Akibatnya nilai-nilai agama dan budaya cenderung ditinggalkan oleh masyarakat, terutama oleh genarasi muda saat ini. h. Belum efektifnya Kelembagaan Pengarusutamaan Gender Kelembagaan PUG yang mengintegrasikan perspektif sudut pandang gender ke dalam proses pembangunan di setiap bidang dan mendorong kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan pembangunan yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh i belum optimalnya penerapan hukum, metoda analisis, dan dukungan politik terhadap kesetaraan gender sebagai prioritas pembangunan, ii belum memadainya kapasitas kelembagaan dalam pelaksanaan PUG, terutama sumber daya manusia, serta ketersediaan dan penggunaan data terpilah menurut jenis kelamin dalam siklus pembangunan; dan iii masih rendahnya pemahaman mengenai konsep dan isu gender serta manfaat PUG dalam pembangunan. Akibatnya masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses pembangunan. i. Masih lemahnya proses pembinaan nilai moral dan budi pekerti pada lembaga pendidikan sehingga belum memberikan kontribusi signifikan bagi peningkatan moral pegawai pemerintah dan masyarakat.

V.1.7. Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Good Governance dan Produk-Produk Kebijakan