Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015
V-7
V.1.5. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan hidup adalah penjamin keberlanjutan pembangunan sebuah daerah. Selain dipengaruhi faktor-faktor internal wilayah, kondisi
lingkungan hidup juga sangat dipengaruhi oleh fenomena-fenomena global yang terjadi saat ini.
a. Penurunan kualitas lingkungan hidup, terutama di Kota Batam, Kabupaten Karimun, dan Kota Tanjung Pinang, sudah pada tingkat yang cukup
mengkhawatirkan dan jika tidak segera ditanggulangi, akan mengancam daya dukung lingkungan wilayah dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan sustainable development di Provinsi Kepulauan Riau. Di wilayah Batam, Bintan dan Karimun, kerusakan lingkungan hidup itu
terutama berupa i pencemaran tanah, perairan tawar seperti Waduk Duriangkang dan Muka Kuning serta beberapa sungai, dan perairan laut
pesisir akibat dari buangan limbah industri, rumah tangga, aktivitas pertambangan bauksit dan batu granit dan kegiatan transportasi laut yang
sangat padat, ii degradasi kawasan hutan darat dan mangrove akibat konversi ekosistem menjadi kawasan industri, pemukiman dan infrastruktur
maupun penebangan kayu, iii krisis air bersih, iv erosi dan sedimentasi perairan tawar serta laut pesisir, dan v degradasi terumbu karang dan
ekosistem pesisir lainnya akibat penambangan pasir laut di masa lampau, reklamasi, aktivitas penangkapan ikan yang merusak lingkungan destructive
fishing. Sementara itu, kerusakan lingkungan di wilayah-wilayah lain Provinsi
Kepulauan Riau pada umumnya berupa kerusakan terumbu karang dan ekosistem pesisir akibat destructive fishing, erosi tanah akibat praktek
pertanian yang tidak ramah lingkungan, dan pencemaran limbah domsetik rumah tangga.
b. Tata ruang dan implementasinya belum ditaati dengan baik, sehingga banyak kawasan lindung yang dikonversi menjadi kawasan budidaya
pembangunan seperti kawasan industri, pemukiman, pusat bisnis dan perbelanjaan, infrastruktur dan lainnya. Luasan dan kualitas ruang terbuka
hijau RTH, khususnya di Kota Batam, juga jauh lebih rendah ketimbang negara tetangga, Singapura. Akibatnya, fungsi hidrologis hutan dan RTH
tidak berjalan optimal, sehingga sering terjadi erosi dan tanah longsor pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Kepulauan Riau 2010-2015
V-8
saat musim penghujan, dan kekurangan air saat kemarau. Lebih dari itu, kesejukan, keteduhan, keindahan dan kenyamanan wilayah kota pun
menjadi menurun. c. Masih lemahnya pengendalian lingkungan hidup dan belum optimalnya
pelaksanaan pengawasan pencemaran serta pengrusakan lingkungan, disebabkan oleh minimnya dukungan kebijakan dan kerjasama pihak terkait
serta perencanaan yang belum terintegrasi terutama dalam rencana tata ruang, tata ruang laut dan tenaga pengawas yang kapabel serta sarana dan
prasarana pendukung pengawasan.
V.1.6. Sumber Daya Manusia