Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai

penyelesaian secara paksa atau dengan kekerasan A.A.S.P. Dian Saraswati, 2007:19. Cara-cara penyelesaian sengketa secara damai dapat dilakukan apabila para pihak telah menyepakati untuk menemukan suatu solusi yang bersahabat. J.G. Starke mengklasifikasikan suatu metode penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai atau bersahabat yaitu sebagai berikut J.G. Starke, 2007: 646: arbitrase, penyelesaian yudisial judicial settlement, negosiasi, jasa- jasa baik good offices, mediasi, konsiliasi, penyelidikan Inquiry, dan penyelesaian di bawah naungan organisasi PBB. Sementara itu, F. Sugeng Istanto 1998:88, menyatakan bahwa penyelesaian secara damai dapat dilakukan melalui beberapa cara yakni: rujuk, penyelesaian sengketa di bawah perlindungan PBB, arbitrasi dan peradilan. Sedangkan apabila negara-negara tidak dapat mencapai suatu kesepakatan untuk menyelesaikan sengketa-sengketa mereka secara damai maka cara pemecahan yang mungkin adalah dengan melalui cara-cara kekerasan seperti perang dan tindakan bersenjata non perang, retorsi, tindakan-tindakan pembalasan Reprisal, blokade secara damai Pacific Blockade, dan intervensi. 58

1. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai

Cara penyelesaian sengketa dengan damai dapat dilihat dalam Pasal 33 1 Piagam PBB, yaitu: perundingan negotiation, penyelidikan inquiry, mediasi mediation, konsiliasi conciliation, Arbitrase arbitration, penyelesaian menurut hukum judicial settlement melalui badan atau pengaturan regional atau 58 Dewa Gede Sudika Mangku, Op cit, hal 151,155 dan 156 Universitas Sumatera Utara dengan cara damai yang dipilih sendiri. 59 Adapun penjelasan dari masing-masing penyelesaian sengketa dengan damai adalah sebagai berikut: 1. Perundingan Negotiation Negosiasi atau perundingan adalah cara penyelesaian sengketa yang paling penting dan banyak ditempuh, serta efektif dalam menyelesaikan sengketa internasional. Praktik negara-negara menunjukkan bahwa mereka lebih cenderung untuk menggunakan sarana negosiasi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan sengketanya. Negosiasi adalah perundingan yang diadakan secara langsung Antara para pihak dengan tujuan untuk mencari penyelesaian melalui dialog tanpa melibatkan pihak ketiga. Menurut Fleischhauer, dengan tidak adanya keikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa, masyarakat internasional telah menjadikan negosiasi ini sebagai langkah pertama dalam penyelesaian sengketa. 60 Deklarasi Manila di dalam hal penyelesaian sengketa internasional secara damai menyoroti fleksibilitas sebagai salah satu ciri dari negosiasi secara langsung sebagai sarana penyelesaian sengketa secara damai. Negosiasi adalah cara yang fleksibel dari suatu penyelesaian sengketa secara damai di dalam beberapa hal. Hal tersebut dapat diaplikasikan ke semua jenis sengketa, baik itu politik, hukum maupun teknis. 61 59 Sri Setianingsih Suwardi, Op cit, hal 4 60 Huala Adolf, Op cit, hal 26-27 61 United Nations, Op cit, hal 9 Universitas Sumatera Utara 2. Penyelidikan Inquiry Para pihak yang bersengketa dapat pula menunjuk suatu badan independen untuk menyelidiki fakta-fakta yang menjadi sebab sengketa. Tujuan utamanya adalah untuk memberikan laporan kepada para pihak mengenai fakta yang ditelitinya. Dengan adanya pencarian fakta-fakta demikian, diharapkan proses penyelesaian sengketa di antara para pihak dapat segera diselesaikan. 62 penyelidikan sebagai sarana penyelesaian sengketa telah diatur dalam sejumlah perjanjian bilateral dan multilateral, termasuk perjanjian liga bangsa- bangsa, piagam PBB dan instrumen konstituen dari badan-badan khusus tertentu dan organisasi internasional lainnya dalam sistem PBB, dan dalam berbagai instrumen oleh badan-badan regional. 63 3. Mediasi Mediation Ketika para pihak yang bersengketa internasional tidak dapat menyelesaikan sengketanya dengan cara negosiasi, intervensi ataupun campur tangan dari pihak ketiga adalah cara yang mungkin untuk memecahkan kebuntuan dan menghasilkan solusi yang dapat diterima. 64 Mediasi merupakan suatu prosedur penengahan di mana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi antarpara pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan 62 Huala Adolf, Op cit, hal 29 63 United Nations, Op cit, hal 24 64 Barry E. Carter dan Philip R. Trimble, International Law, London: Little, Brown and Company, 1991, hal 258 Universitas Sumatera Utara mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap berada di tangan para pihak sendiri. 65 Mediasi melibatkan keikutsertaan pihak ketiga mediator yang netral dan independen dalam suatu sengketa. Mediator bisa negara, individu, organisasi internasional, dan lain-lain. Dalam menjalankan fungsinya, mediator tidak tunduk pada suatu aturan hukum acara tertentu. Ia bebas menentukan bagaimana proses penyelesaian sengketanya berlangsung. Peranannya di sini tidak semata-mata mempertemukan para pihak agar bersedia berunding, tetapi ia juga terlibat dalam perundingan dengan para pihak dan bisa pula memberikan saran-saran atau usulan penyelesaian sengketa. Bahkan mediator dapat pula berupaya mendamaikan para pihak. 66 4. Konsiliasi Conciliation Menurut J. G. Starke 1991:673, istilah konsiliasi mempunyai suatu arti yang luas dan sempit. Dalam pengertian luas, konsiliasi mencakup berbagai ragam metode dimana suatu sengketa diselesaikan secara damai dengan bantuan negara- negara lain atau badan- badan penyelidik dan komite-komite penasihat yang tidak berpihak. Dalam pengertian sempit, konsiliasi berarti penyerahan suatu sengketa kepada sebuah komisi atau komite untuk membuat laporan beserta usulan-usulan kepada para pihak bagi penyelesaian sengketa tersebut, usulan itu tidak memiliki sifat mengikat. Konsiliasi menurut the Institute of International Law melalui the Regulations on the Procedure of International Conciliation yang telah 65 Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan Internasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2013, hal 15 66 Huala Adolf, Op cit, hal 33-34 Universitas Sumatera Utara diadopsinya pada tahun 1961 dalam Pasal 1 dinyatakan, sebagai suatu metode dari penyelesaian sengketa bersifat internasional di dalam suatu komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik sifatnya permanen atau ad hoc sementara berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa. Proses seperti ini berupaya mendamaikan pandangan-pandangan para pihak yang bersengketa meskipun usulan-usulan penyelesaian yang dibuat oleh konsiliator sifatnya tidak mempunyai kekuatan hukum. 67 5. Arbitrase Arbitration Praktik penyelesaian perselisihan melalui pihak ketiga bukan merupakan hal baru yang muncul bersamaan dengan munculnya pemerintahan-pemerintahan modern, karena dalam sejarahnya yang panjang model penyelesaian arbitrase ternyata sudah dipraktikkan oleh bangsa-bangsa yang hidup sejak jaman Yunani Kuno. 68 Aristoteles, misalnya menganggap arbitrase sebagai alternative dari pengadilan karena keadilan bagi filosof besar ini merupakan sesuatu yang berlaku lebih dari sekedar hukum tertulis. Sangatlah adil kata Aristoteles memilih arbitrase dibandingkan pengadilan umum, karena pandangan-pandangan arbiter selalu bertumpu pada keadilan, sementara hakim hanya terfokus pada hukum. Alasan menunjuk arbiter dalam penyelesaian perselisihan karena adanya jaminan dipenuhinya rasa adil bagi para pihak. 69 67 Dewa Gede Sudika, Op cit¸ hal 154 68 Maqdir Ismail, Pengantar Praktek Arbitrase di Indonesia, Malaysia, Singapura dan Australia, Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, 2007, hal 1 69 Ibid, hal 1-2 Universitas Sumatera Utara Di zaman penjajahan Belanda, keberadaan lembaga arbitrase sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa sudah diperkenalkan melalui Reglement op de Rechtsvordering RV dan Het Herziene Indonesisch Reglement HIR ataupun Rechtsreglement Bitengewesten RBg.. Pasal 377 HIR dan Pasal 705 RBg secara umum menyatakan bahwa apabila orang Indonesia atau orang timur asing menghendaki persengketaan yang terjadi di antara mereka dapat diselesaikan oleh juru pisah wasit dengan tunduk pada ketentuan pengadilan yang berlaku bagi orang Eropa. 70 Secara singkat arbitrase adalah salah satu pranata penyelesaian sengketa disputes perdata private di luar pengadilan non-litigation dengan dibantu oleh seorang atau beberapa orang pihak ketiga arbiter yang bersifat netral yang diberi kewenangan untuk membantu para pihak menyelesaikan sengketa yang sedang mereka hadapi. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase ini didasarkan pada perjanjian atau klausula arbitrase arbitration clause, yang dibuat secara tertulis oleh para pihak, baik sebelum maupun setelah timbulnya sengketa. 71 6. Penyelesaian Menurut Hukum Judicial Settlement Penyelesaian yudisial berarti suatu penyelesaian yang dihasilkan melalui suatu pengadilan yudisial internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya dengan memperlakukan dari suatu kaidah-kaidah hukum. Peradilan yudisial ini menurut F. Sugeng Istanto juga dapat disamakan dengan suatu peradilan internasional. Di dalam Peradilan Internasional penyelesaian masalah dilakukan 70 Candra Irawan, Op cit, hal 53 71 Suleman Batubara dan Orinton Purba, Arbitrase Internasional Penyelesaian Sengketa Investasi Asing Melalui ICSID, UNCITRAL, dan SIAC, Jakarta: Raih Asa Perkasa, 2013, hal 8 Universitas Sumatera Utara dengan menerapkan ketentuan hukum yang dibentuk secara teratur. Pengadilan dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu pengadilan permanen dan pengadilan ad hoc atau pengadilan khusus. Pengadilan internasional permanen contohnya adalah Mahkamah Internasional ICJ. Menurut F. Sugeng Istanto 1998:94, peradilan internasional berbeda dengan arbitrase internasional yakni ketentuan yang dijadikan dasar pembuatan keputusan dan sifat acaranya. Peradilan internasional memutuskan masalah yang diajukan kepadanya pada prinsipnya hanya berdasarkan pada ketentuan hukum, sedangkan arbitrasi internasional dapat memutuskan masalah yang diajukan kepadanya dapat berdasarkan ketentuan hukum ataupun berdasarkan kepantasan dan kebaikan dan di samping itu acara dalam peradilan internasional yang pada prinsipnya adalah terbuka, sedangkan arbitrasi internasional adalah tertutup. 72

2. Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Paksa

Dokumen yang terkait

Peran Negara Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional (Studi Kasus Gugatan Perdagangan Rokok Indonesia Terhadap Australia Melalui World Trade Organization)

4 40 0

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

9 48 135

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

0 0 8

AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION

0 0 11

Implementasi Pasal XX (b) dan (g) General Agreement on Tariffs and Trade dalam Penyelesaian Sengketa di World Trade Organisation

0 0 19