Perkembangan Perdagangan Internasional Hasil Uruguay Round

5. Perkembangan Perdagangan Internasional Hasil Uruguay Round

Perundingan Uruguay Round 1986-1994, yang diselenggarakan dalam naungan GATT General Agreement on Tariffs and Trade berjalan selama lebih dari 7 tahun, telah menghasilkan serangkaian perjanjian yang merupakan aturan permainan yang berlaku di bidang perdagangan internasional. Aturan permainan yang disepakati secara multilateral tersebut mengikat semua negara-negara yang menandatangani perjanjian. Hasil perjanjian Uruguay Round secara eksplisit menguraikan hak dan kewajiban negara-negara peserta. Perjanjian yang menjadi hasil perundingan Uruguay Round akan menjadi kerangka utama serta patokan dalam hubungan perdagangan internasional pada tahun-tahun mendatang. 130 Dalam substansi yang tercakup, di samping hal- hal “tradisional” di bidang perdagangan barang-barang, yang memang selama ini telah ditangani oleh GATT, perundingan juga mencakup bidang- bidang “baru” yang selama ini belum pernah ditangani GATT, yakni bidang perdagangan jasa, intellectual property dan kebijaksanaan investasi yang mempunyai dampak terhadap perdagangan. Untuk pertama kalinya maka keseluruhan masalah perdagangan internasional termasuk upaya memperkuat GATT sebagai suatu lembaga internasional tercakup dalam satu paket perundingan. Dengan demikian perundingan kali ini tidak semata-mata bertujuan menyempurnakan prinsip-prinsip GATT dan memperkuat GATT sebagai lembaga internasional yang menjamin sistem perdagangan internasional yang terbuka. Di samping tujuan tadi, perundingan juga ditujukan untuk 130 H. S. Kartadjoemena, Substansi Perjanjian GATTWTO dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Sistem, Kelembagaan, Prosedur, Implementasi, dan Kepentingan Negara Berkembang, Op cit, hal 95 Universitas Sumatera Utara mengadakan konsolidasi semua substansi yang berkaitan dengan perdagangan internasional termasuk bidang-bidang yang belum pernah disentuh oleh GATT. 131 Dasar untuk perundingan Uruguay Round tersebut adalah Deklarasi Punta del Este. Deklarasi tersebut merupakan hasil siding GATT tingkat Menteri yang diselenggarakan di Punta del Este, Uruguay, bulan September 1986. Deklarasi tersebut menentukan substansi yang akan dirundingkan maupun cara atau modalitas dari pengendalian perundingan. Dengan demikian maka dalam proses perundingan, deklarasi tersebut merupakan suatu pegangan formal dalam pengendalian perundingan. 132 Perundingan Uruguay Round menghasilkan serangkaian perjanjian yang merupakan aturan permainan yang berlaku di bidang perdagangan internasional dan memperkuat aturan GATT yang sudah ada. Di samping terciptanya aturan permainan untuk trade in goods yang telah disempurnakan, telah disepakati pula aturan permainan untuk perdagangan jasa-jasa, serta aturan permainan yang menyangkut aspek perdagangan dari perlindungan hak katas kekayaan intelektual, maupun hal-hal yang berkaitan dengan kebijaksanaan investasi yang mempunyai dampak terhadap perdagangan internasional. 133 Dengan substansi seluas itu, dan dengan partisipasi dari hampir semua negara di dunia, terutama negara kekuatan ekonomi dan dagang di dunia, maka jelas bahwa apa yang menjadi kesepakatan hasil perundingan Uruguay Round 131 H. S. Kartadjoemena, GATT, WTO dan Hasil Uruguay Round, Jakarta: UI Press, 1997, hal 3 132 Ibid, hal 6 133 Disarikan dari H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, Op cit, hal 213 Universitas Sumatera Utara akan banyak mempengaruhi corak kegiatan perdagangan dan perekonomian dunia pada tahun-tahun mendatang. 134 Hasil perundingan Uruguay Round tidak akan segera dapat dirasakan. Dalam jangka pendek, yang masih harus dihadapi adalah pekerjaan rumah dalam bentuk penyesuaian-penyesuaian teknis yang harus dilakukan baik pada tingkat instansi teknis yang bersangkutan maupun upaya untuk menjelaskan kepada dunia usaha mengenai peluang maupun kewajiban sebagai konsekuensi dari perjanjian Uruguay Round. Aturan permainan GATT setelah diperbaiki dan diterapkan dalam organisasi baru, WTO, akan dapat membendung langkah-langkah sepihak karena adanya pengetatan dari interpretasi berbagai aturan permainan sehingga tidak terlalu mudah untuk dikonversikan menjadi alat proteksi terselubung. 135 WTO yang telah muncul sebagai sebuah lembaga penting, dimana aturan dan pengoperasiannya memiliki efek besar pada kebijakan-kebijakan pembangunan pada anggota-anggota negara berkembang, mengadakan Konferensi Tingkat Menteri di Doha, Qatar pada bulan November 2001. Keputusan yang dibuat dari konferensi tersebut telah menghasilkan program kerja penting dan juga berat yang akan memiliki implikasi yang sangat signifikan terhadap negara-negara berkembang. Program kerja tersebut berisi daftar masalah yang panjang yang akan dinegosiasikan ataupun dibahas. 136 134 Ibid, hal 213 135 H. S. Kartadjoemena, Substansi Perjanjian GATTWTO dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Sistem, Kelembagaan, Prosedur, Implementasi, dan Kepentingan Negara Berkembang, Op cit, hal 109 136 Martin Khor, The WTO, The Post-Doha Agenda and the Future of the Trade System; A Development Perspective, Penang: Third World Network, 2002, hal 1 Universitas Sumatera Utara KTM Doha pada tahun 2001 memandatkan negara anggota untuk melakukan putaran perundingan dengan tujuan membentuk tata perdagangan multilateral yang berdimensi pembangunan. Tata perdagangan ini akan memberikan kesempatan bagi negara berkembang dan LDCs untuk dapat memanfaatkan perdagangan internasional sebagai sumber pendanaan bagi pembangunan. Isu-isu utama yang dibahas mencakup isu pertanian, akses pasar produk bukan pertanian Non-Agricultural Market Access —NAMA, perdagangan bidang jasa, dan Rules. Dalam perkembangannya, isu pertanian khususnya terkait penurunan subsidi domestik dan tarif produk pertanian menjadi isu yang sangat menentukan jalannya proses perundingan. Bagi sebagian besar negara berkembang, isu pertanian sangat terkait dengan permasalahan sosial ekonomi antara lain food security, livelihood security dan rural development. Sementara bagi negara maju, pemberian subsidi domestik mempunyai dimensi politis yang penting dalam kebijakan pertanian mereka. 137 Walaupun Doha Round memiliki implikasi yang sangat signifikan terhadap negara-negara berkembang, namun sampai saat ini hal tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh negara berkembang. Karena Doha Round belum menghasilkan keputusan-keputusan yang final.

B. Perkembangan Sistem

Dokumen yang terkait

Peran Negara Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional (Studi Kasus Gugatan Perdagangan Rokok Indonesia Terhadap Australia Melalui World Trade Organization)

4 40 0

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

9 48 135

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

0 0 8

AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION

0 0 11

Implementasi Pasal XX (b) dan (g) General Agreement on Tariffs and Trade dalam Penyelesaian Sengketa di World Trade Organisation

0 0 19