kuasi-ajudikatif dengan mendirikan panel. Anggota panel tidak bertindak sebagai wakil negara tetapi sebagai individu yang mempunyai keahlian, integritas dan
netralitas terhadap pihak yang bersengketa. Dengan dibentuknya sistem panel, maka apabila suatu sengketa tidak dapat diselesaikan melalui konsultasi dan
konsiliasi bilateral, jalan keluar yang tersedia adalah didirikannya suatu panel. Sejak dibentuknya sistem panel, banyak masalah GATT yang telah diselesaikan
melalui panel.
180
4. Prosedur Penyelesaian Sengketa
Di dalam penyelesaian sengketa dalam GATT, panel untuk penyelesaian sengketa dalam GATT biasanya terdiri dari tiga hingga lima orang ahli, yang
dipilih dari negara-negara yang tidak terlibat dalam sengketa, dan, ditunjuk sebagai pribadi.
181
Tugas panel adalah untuk membantu CONTRACTING PARTIES pada pemeriksaan sengketa yang dibawa oleh mereka. Hal tersebut
terdapat pada Pasal XXIII ayat 2. Panel, seperti halnya working party, tidak disebutkan dalam General Agreement. Penciptaan dari sistem panel
bagaimanapun juga merupakan ciri asli dari prosedur penyelesaian sengketa GATT dan pada saat yang sama juga merupakan hal yang paling berguna. Ketika
adanya penyelesaian bilateral antara para pihak di suatu sengketa, panel hanya melaporkan bahwa solusi telah dicapai. Maka prosedur kemudian tidak berjalan
panjang. Namun, negara anggota yang mempunyai kepentingan tersendiri mempunyai hak untuk menanyakan dan hak untuk diberikan informasi mengenai
180
Ibid, hal 153-154
181
H. S. Kartadjoemena, Op cit, hal 147
Universitas Sumatera Utara
suatu solusi yang berkaitan dengan masalah-masalah perdagangan. Besarnya jumlah dari sengketa-sengketa pada kenyata annya diselesaikan dengan solusi
yang dapat diterima bersama.
182
Jika tidak ada penyelesaian bilateral yang tercapai, maka panel menyampaikan temuan-temuan dan rekomendasinya kepada Council dalam
bentuk tertulis. Biasanya laporan disertakan temuan-temuan maupun pengamatan pada penerapan ketentuan yang relevan dari General Agreement dan disertakan
juga alasan utama untuk temuan dan rekomendasi yang telah diajukan.
183
Selanjutnya laporan dari panel tersebut diserahkan kepada Contracting Parties melalui Council. Laporan tersebut juga mengandung konklusi yang ditarik oleh
panel mengenai kasus yang ditangani. Pada paragraf terakhir dari laporan panel tersebut terdapat rekomendasi dari panel kepada Council mengenai penyelesaian
sengketa. Apabila Council setuju dengan rekomendasi yang diberikan oleh panel suatu persetujuan yang diambil secara konsensus, maka negara-negara anggota
yang tersangkut dalam kasus tersebut harus menaati rekomendasi yang disarankan.
184
Bila terjadi bahwa negara yang ditentukan telah bersalah tidak melaksanakan ketentuan yang telah disepakati oleh Council, maka negara yang
dirugikan dapat meminta otorisasi negara anggota GATT lainnya untuk melakukan retaliasi. Dalam kenyataannya hanya beberapa kasus hingga sekarang
yang memerlukan otorisasi untuk melakukan retaliasi. Tekanan moral untuk
182
Oliver Long, Law and Its Limitations in The GATT Multilateral Trade System, Op cit, hal 77
183
Ibid, hal 77
184
H. S. Kartadjoemena, Op cit, hal 148
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan negosiasi multilateral yang kredibel dari pihak negara-negara GATT biasanya sudah cukup untuk menghasilkan penyelesaian suatu kasus.
185
C. Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam WTO 1. Dasar Penyelesaian Sengketa dalam WTO
Pada dasarnya, sistem penyelesaian sengketa WTO dibangun diatas sistem penyelesaian perselisihan yang ada dibawah GATT pada awal tahun 1995. Hal ini
secara formal tampak pada Pasal 3 WTO Agreement yang menegaskan: except as otherwise provided under this Agreement or the Multilateral Trade Agreements,
the WTO shall be guided by the decisions, procedures, and customary practices followed by the CONTRACTING PARTIES to GATT 1947 . . . kecuali ditentukan
lain dalam Agreement ini atau the Multilateral Trade Agreements, WTO harus dipedomani oleh keputusan-keputusan, prosedur dan kebiasaan yang dipraktikkan
oleh para Peserta GATT 1947. Disamping itu, dapat juga ditemui pemasukan incorporation ketentuan Article XXII dan Article XXIII GATT 1947 kedalam
DSU.
186
Negara-negara anggota WTO juga menegaskan kepatuhan terhadap
prinsip-prinsip pengelolaan sengketa yang sampai sekarang diterapkan berdasarkan Pasal XXII dan XXIII GATT 1947, dan juga aturan-aturan maupun
prosedur sebagaimana yang dijabarkan lebih lanjut dan dimodifikasi di ketentuan
tersebut”. Karena “perolehan” praktek penyelesaian sengketa GATT di masa lalu,
185
Ibid, hal 148
186
Rusli Pandika, Sanksi Dagang Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO, Op cit, hal 237
Universitas Sumatera Utara
maka hal tersebut tetap relevan untuk sistem penyelesaian sengketa WTO. Pasal 3 dari WTO Agreement menekankan fungsi rule-oriented dan keutamaan hukum
dari sistem penyelesaian sengketa WTO.
187
Sistem penyelesaian sengketa yang dihasilkan Uruguay Round merupakan upaya untuk melakukan integrasi dari berbagai prosedur dan proses penyelesaian
sengketa yang dalam GATT telah berkembang dalam berbagai perjanjian khusus. Dalam perkenbangannya GATT menghasilkan perjanjian-perjanjian tambahan
dan perjanjian-perjanjian khusus untuk menghadapi masalah-masalah yang baru tampak dan timbul di kemudian hari. Ketentuan dan prosedur penyelesaian
sengketa yang diatur dalam Understanding berlaku terhadap seluruh sengketa yang diajukan berdasarkan ketentuan dan prosedur konsultasi dan penyelesaian
sengketa yang diatur oleh covered agreements. Ketentuan ini juga berlaku terhadap terhadap sengketa antara anggota tentang hak dan kewajibannya
berdasarkan WTO dan Understanding dalam kaitannya dengan covered agreements. Dasar-dasar peraturan yang diterapkan dalam sengketa adalah dalam
“Understanding” Annex 1 kecuali hal-hal khusus yang terkandung dalam covered agreements.
188
2. Alasan-Alasan Mengajukan Penyelesaian Sengketa