Ketentuan Bagi Negara Berkembang

termasuk dalam naungan perjanjian yang membawahi bidang yang dipersengketakan. Apabila hal itu juga masih belum dapat dilakukan, dan masalahnya dianggap cukup serius, maka retaliasi dikenakan terhadap bidang yang berada dalam sektor lain dan perjanjian lain. Secara keseluruhan hasil-hasil dari Uruguay Round, khususnya perbaikan mekanisme penyelesaian sengketanya, telah memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap perkembangan dan penegakan hukum internasional. Namun semuanya terpulang pada konsistensi para anggota WTO terhadap komitmen dan tekadnya semula. Jika para anggota WTO tetap yakin bahwa perdagangan bebas adalah jalan yang harus ditempuh oleh seluruh anggota masyarakat internasional demi terwujudnya kesejahteraan bagi semua, maka hukum merupakan tiang penyangga utama yang harus ditegakkan. 196

5. Ketentuan Bagi Negara Berkembang

Perjanjian dalam penyelesaian sengketa berisi sejumlah ketentuan khusus yang mengatur prosedur-prosedur tertentu dan jangka waktu untuk penyelesaian sengketa yang melibatkan negara-negara berkembang. Dalam beberapa aspek, kepentingan negara-negara berkembang mendapat suatu tempat khusus dalam sistem ini. 197 Adapun serangkaian ketentuan khusus yang ditujukan untuk lebih membantu negara berkembang dalam menangani masalah penyelesaian sengketa dalam WTO yaitu sebagai berikut: 198 196 Hata, Op cit, hal 203 197 H.S. Kartadjoemena, Op cit, hal 331 198 Ibid, hal 331-333 Universitas Sumatera Utara 1. Peranan Aktif Direktur Jenderal WTO Negara berkembang, kecuali segelintir negara yang sudah mempunyai pengalaman sejak GATT didirikan, seperti India, Uruguay, dan beberapa negara lainnya, merasa tidak terlalu aman dalam mengendalikan diri menangani masalah sengketa. Lagipula, ada kalanya diperlukan nasehat dari para ahli hukum asing, yang akhirnya menjadi mahal. Karena itu maka ada ketentuan agar Direktur Jenderal WTO memegang peranan aktif apabila ada sengketa yang melibatkan negara berkembang. Pasal 3 paragraf 12 dari Understanding menyebutkan bahwa apabila gugatan dilakukan oleh negara berkembang, negara tersebut dapat memilih untuk menerapkan ketentuan dari Keputusan Contracting Party tanggal 5 April 1966 BISD 14S18, yang memungkinkan negara-negara berkembang untuk meminta good offices dari Direktur Jenderal WTO dan prosedur khusus panel yang mempersingkat jangka waktu penyelesaian sebagai suatu alternatif dari Understanding atau DSU. 2. Negara Berkembang dalam Proses Konsultasi Dalam penanganan sengketa, karena pentingnya proses konsultasi yang tujuannya menyediakan mekanisme dan forum apabila suatu negara dirugikan akibat tindakan negara lain, maka ada ketentuan khusus mengenai proses konsultasi apabila menyangkut kepentingan negara berkembang, Pasal 4 paragraf 10 dari Understanding mengatakan bahwa selama konsultasi, negara-negara anggota harus Universitas Sumatera Utara memberikan perhatian khusus kepada masalah-masalah khusus yang menjadi kepentingan negara berkembang. 3. Komposisi Panel untuk Negara Berkembang Negara berkembang mempunyai kekhawatiran bahwa dalam proses penyelesaian sengketa kepentingannya tidak dapat diperhatikan apabila dari pihak anggota panel tidak ada seorang yang berasal dari negara berkembang. Pasal 8 paragraf 10 dari Understanding mengatur bahwa apabila terjadi sengketa antara negara berkembang dan negara maju, maka, apabila ada permintaan dari pihak negara berkembang, keanggotaan dari panel harus terdiri sekurang-kurangnya satu orang yang dating dari negara berkembang. 4. Kelonggaran Waktu dalam Penyelesaian Sengketa Keterbatasan jumlah ahli di negara berkembang dalam bidang-bidang yang menjadi sengketa dapat memakan waktu lebih lama untuk menyelesaikan sengketa. Pasal 12 paragraf 10 Understanding mengatakan bahwa dalam hubungan konsultasi yang melibatkan suatu tindakan yang dilakukan negara berkembang, para pihak dapat menyetujui untuk memperpanjang jangka waktu yang ditetapkan untuk konsultasi. Apabila para pihak tidak setuju bahwa konsultasi telah berhasil, Ketua DSB harus memutuskan apakah memperpanjang jangka waktu konsultasi. Sebagai tambahan di dalam menguji gugatan terhadap negara berkembang panel harus memberikan jangka waktu Universitas Sumatera Utara yang cukup kepada negara-negara berkembang untuk mempersiapkan dan mempresentasikan argumennya. 5. Pengaturan Mengenai Retaliasi Setelah proses penyelesaian sengketa mencapai tahap akhir maka salah satu kemungkinan dalam keputusan DSB adalah penentuan bahwa salah satu pihak yang bersengketa dianggap melanggar aturan WTO. Apabila rektifikasi dari tindakan yang dianggap melanggar dan merugikan pihak yang menggugat tidak dilaksanakan maka pihak yang dirugikan diberi hak untuk melakukan “retaliasi” dalam bentuk yang harus disepakati oleh DSB. Pasal 21 paragraf 2 dari Understanding mengatakan bahwa dalam mengawasi penerapan rekomendasi atau ruling, perhatian khusus harus diberikan kepada masalah-masalah yang mempengaruhi kepentingan negara-negara berkembang. Pasal 21 paragraf 7 dan Pasal 21 paragraf 8 dari Understanding mengatakan bahwa apabila suatu kasus diajukan oleh negara berkembang, DSB akan mempertimbangkan tindakan lanjutan apa yang akan dilakukan dengan memperhatikan bukan saja cakupan dari substansi perdagangan yang terkait tetapi juga dampak luasnya terhadap perekonomian negara berkembang. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Peran Negara Dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional (Studi Kasus Gugatan Perdagangan Rokok Indonesia Terhadap Australia Melalui World Trade Organization)

4 40 0

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

9 48 135

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 9

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 2

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 1 28

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 0 38

Sistem Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional : Perbandingan Sistem Penyelesaian Sengketa Antara General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan World Trade Organization (WTO)

0 2 4

Prosedur Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional Dalam Kerangka GATT Dan WTO

0 0 8

AGREEMENT ESTABLISHING THE WORLD TRADE ORGANIZATION

0 0 11

Implementasi Pasal XX (b) dan (g) General Agreement on Tariffs and Trade dalam Penyelesaian Sengketa di World Trade Organisation

0 0 19