Faktor Internal Kendala yang Dihadapi Dalam Kegiatan Pemberdayaan

bisa punya penghasilan dari ilmu yang didapat otomatis kami mau lah” Hasil wawancara 22 Juni 2012. Kesadaran akan kebutuhan ekonomi yang kompleks ini menimbulkan suatu keinginan bagi para perempuan untuk melakukan perubahan dalam hidupnya. Sehingga dengan pola kesadaran yang terbentuk tadi para perempuan memiliki suatu dorongan untuk meningkatkan kualitas kehidupan ekonominya dan keluarganya melalui kegiatan serta program yang dibentuk oleh komunitas SPI. Kesamaan tuntutan kebutuhan ekonomi para anggotanya juga menjadi suatu faktor pendorong bagi para perempuan untuk aktif dan terus melaksanakan berbagai kegiatan serta program-program pemberdayaan sosial ekonomi yang telah dibentuk oleh komunitas tersebut.

4.7. Kendala yang Dihadapi Dalam Kegiatan Pemberdayaan

Dalam melaksanakan setiap program pemberdayaan, komunitas SPI Desa Marindal II masih menemui beberapa kendala ataupun permasalahan. Kendala ataupun permasalahan yang dihadapi komunitas tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor. Kendala yang terjadi biasanya berasal dari faktor internal yaitu hambatan yang berasal dari komunitas itu sendiri maupun faktor ekternal yaitu hambatan berasal dari luar komunitas tersebut.

4.7.1. Faktor Internal

Masyarakat Desa Marindal II mayoritas merupakan lulusan SMA sebesar 34.66 dan lulusan SMP sebanyak 31.73. Sehingga kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat cenderung apatis dan kurang memiliki kesadaran dalam merespon setiap perubahan yang ada. Kemiskinan yang terjadi juga membuat pola pikir masyarakat semakin sempit. Masyarakat cenderung Universitas Sumatera Utara mengutamakan kebutuhan hidupnya sehari-hari dari pada kebutuhan hidup jangka pangjangnya. Selain itu, pola pikir masyarakat yang masih tradisionil juga menjadi suatu hambatan dalam proses pemberdayaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya program yang belum berhasil mereka jalankan, yaitu salah satunya program koperasi credit union. Dalam hal ini, komunitas SPI mengalami kesulitan untuk melakukan proses penyadaran kepada para anggotanya mengenai manfaat dari sistem koperasi credit union. Hal ini karena para anggota merasa keberatan dengan dana yang dikeluarkan untuk mendaftar sebagai anggota koperasi. Keterbatasan penghasilan dan kebutuhan hidup yang kompleks menjadi alasan utama para anggota untuk tidak terlibat didalam program tersebut. Hasil wawancara dengan Ibu Lismawati sebagai berikut: “Kalau koperasi cu ini karna masalah biaya aja. masalahnya biaya untuk pendaftaran kredit union dana awalnya kami harus bayar 60 ribu per orang ke dinas koperas. Nah, mengingat tingkat ekonomi anggota yang untuk makan aja pas-pasan, konon lagi di bebankan biaya pendaftaran sebesar itu, ya mereka juga berpikir 2 kali untuk mngeluarkan uang sebesar itu. Belum lagi tiap bulan nanti kami di kutip 8 ribu. 5 ribu untuk simpanan pokok, 3 ribu untuk simpanan wajib”Hasil wawancara tanggal 20 Juni 2012. Hal ini didukung pernyataan Ibu Hanisah sebagai berikut : “Memang kesadaran masyarakat kami ini masih kurang kalo saya liat. mereka masih mengutamakan kebutuhan sehari-hari. Mereka gak sadar kalo program yang mau kami buat itu bagus”Hasil wawancara tanggal 9 Juli 2012. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu Sri Rahayu sebagai berikut : “Sebenarnya koperasi CU itu masih sulit diterapkan ya karna banyak anggota spi yang masih mikir-mikir. Ya iya, banyangkan aja 60 ribu per orang untuk mendaftar ke koperasi aja belum lagi penghasilan yang pas- pasan. makanya koperasi cu ini cuma ada di beberapa desa saja di deli serdang ini”Hasil wawancara tanggal 7 Juli 2012. Universitas Sumatera Utara Masalah dana dalam pendirian koperasi CU menjadi penyebab kegagalan program tersebut. Sehingga program koperasi CU dapat membantu dalam penyediaan akses bagi para anggota dalam mendapatkan modal usaha dan dapat meningkatkan kualitas kehidupan ekonomi para anggotanya. Oleh karena itu perlu adanya suatu alternatif solusi yang dilakukan. Misalnya seperti menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat membantu komunitas tersebut dalam penyediaan akses modal bagi para anggota dalam berwirausaha sehingga terjadi sinergi antara program pelatihan keterampilan telah didapatkan dengan fasilitas modal kapital yang dibutuhkan.

4.7.2. Faktor Eksternal

Dokumen yang terkait

Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Kenakalan Remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang

7 125 115

Strategi Mewujudkan Kemandirian Pesantren Berbasis Pemberdayaan Santri (Studi Kasus Pesantren Hidayatullah Desa Bandar Labuhan, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 76 134

Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Masyarakat Pesisir Pantai (Studi Pada Desa Kuala Lama Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai)

9 121 115

Perubahan Desa Menjadi Kota (Studi Deskriptif di Desa Tembung, Kecamatan Percut SeiTuan, Kabupaten Deli Serdang)

22 218 93

Pengaruh Sosial Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Kenakalan Remaja Di Desa Sidodadi Kecamatan Birubiru Kabupaten Deli Serdang

7 84 114

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA “KOMUNITAS SOSIAL NELAYAN BINASI” DI DESA BINASI KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

0 2 34

Strategi Pemberdayaan Komunitas Perempuan Miskin Berbasis Agribisnis

0 0 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Masyarakat - Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Pemberdayaan Sosial Ekonomi Masyarakat Berbasis Komunitas Perempuan” (Studi Deskriptif Pada Komunitas Serikat Perempuan Independen (SPI) di Desa Marindal II Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang).

0 1 10