Seiring dengan berkembangnya aktifitas yang dilakukan komunitas ini secara kolektif dan intensif terbangun rasa persamaan nasib, pemikiran, dan peran,
serta keinginan untuk berubah secara politis maka tercipta sebuah human relation diantara para anggotanya dalam bentuk solidaritas kelompok. Dengan adanya rasa
solidaritas ini maka setiap individu didalamnya mampu menyatukan visi dan misi dalam melakukan proses perubahan yang mengarah pada kondisi terciptanya
kesetaraan gender. Ketika hal ini terwujud maka melakukan perubahan dalam kehidupan masyarakat bukan merupakan hal yang sulit bagi mereka.
Perubahan pola pikir maupun peran yang dijalankan para perempuan dari domestik ke pubik juga dapat menciptakan suatu kesadaran bahwa sesungguhnya
perempuan tidak hanya seorang individu yang mampu memasak, mencuci, maupun mengurus anak, akan tetapi perempuan juga merupakan seorang individu
yang mampu memainkan peran yang biasa dimainkan oleh laki-laki yaitu peran publik. Dengan masuknya perempuan ke sektor publik memperlihatkan bahwa
sesungguhnya perempuan tidak hanya dapat dipimpin akan tetapi mampu memimpin dan melakukan suatu perubahan.
4.5.1. Keberhasilan Pemberdayaan Sosial
Keberhasilan kegiatan perberdayaan sosial yang dilakukan oleh komunitas SPI dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada kehidupan sosial kelompok
maupun masyarakat yang ikut terlibat dalam proses pemberdayaan. Hal ini dapat dilihat dari manfaat yang didapatkan para anggota komunitas SPI setelah
mengikuti program atau kegiatan pemberdayaan sosial yang telah dilakukan, seperti penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis, kegiatan perwiridan,
pemberantasan penyakit masyarakat judi dan narkoba, dan program Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Anak Usia Dini PAUD gratis. Salah satu manfaat yang diperoleh dari kegiatan pemberdayaan sosial bagi para anggotanya tersebut dapat dilihat dari peningkatan
kesadaran serta pengetahuan perempuan mengenai kesetaraan gender, kesehatan, dan leadership. Sehingga hal ini mengakibatkan perubahan pola pikir yang ada
pada anggotanya. Hasil wawancara dengan Ibu Rusmiati sebagai berikut : “Disini kami mulai sadar kalo memang perempuan-perempuan ini bisa,
meskipun kami cuma tamatan SD SMP. Kami juga uda mulai ngerti kalo kami juga bisa memimpin masyarakat”. Hasil wawancara tanggal 22
Juni 2012. Hal ini didukung oleh peryataan Ibu Anita sebagai berikut :
“Manfaat kegiatan sosial SPI ini pastinya dapat memperluas wawasan ya, pengetahuan juga, pengalaman ia juga. Sekarang kami jadi tau tentang
apa itu gender, apa manfaat berorganisasi, gimana cara memimpin. Hasil wawancara tanggal 22 Juni 2012.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibu Hanisah sebagai berikut : “Jelas ada perubahan pengetahuan dan keterampilan setelah kami
berhasil menjalankan program. Jadi orang desa semua percaya sama kami” Hasil wawancara tanggal 9 Juli 2012.
Pada awalnya beberapa anggota yang ikut dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas SPI menganggap bahwa kaum perempuan tidak
layak terjun ke sektor publik masyarakat dan menjadi pemimpin karena paradigma yang terbangun bahwa perempuan hanya mampu mengurusi masalah
di sektor domestik rumah tangga saja. Akan tetapi setelah adanya kegiatan- kegiatan pemberdayaan tersebut maka anggota komunitas menyadari bahwa
perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki. Hasil wawancara dengan Ibu Rahmawati sebagai berikut :
“Di SPI ini kami dituntut untuk jadi pemimpin, baik bagi diri sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat. Jadi gak ada alasan kalau kami
gak bisa, jadi smua harus bisa. Makanya kami punya program program yang memang diperuntukkan bagi perempuan supaya dapat meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan keterampilannya. Karna kalau perempuan cuma taunya ngurus rumah aja, gak mungkinkan bisa memimpin” Hasil wawancara
tanggal 27 Juni 2012. Sama halnya dengan pernyataan Ibu Wirda sebagai berikut :
“Dulunya saya ini orangnya kuper tapi setelah masuk spi saya mulai berubah. Dulu kemana-mana pakai daster sekarang saya jadi lebih rapi,
pakaiannnya lebih formal, dan berwibawa. Di SPI ini saya mulai banyak teman, mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten. Dan saat ini saya
jadi dikenal karena kami berhasil menjalakan program kami. Makanya saya lebih percaya diri sekarang dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
kami” Hasil wawancara tanggal 21 Juni 2012.
Program-program perberdayaan sosial yang dilakukan oleh komunitas SPI juga membantu para anggotanya untuk dapat membangun suatu pola jaringan
persaudaraan sesama perempuan melalui aktifitas dan pertemuan pada setiap kegiatan yang dilakukan bersama. Karena pertemuan tersebut bukan hanya terjadi
pada para perempuan di tingkat dusun, akan tetapi hingga pada tingkat kecamatan dan kabupaten. Hal ini dilakukan agar para anggota dapat memperluas human
relation dan membentuk suatu pola jaringan persaudaraan antar sesama perempuan. Dampaknya para perempuan desa tadi tidak hanya mengenal sesama
anggota di komunitas SPI desa saja akan tetapi juga mengenal komunitas SPI lainnya mulai dari tingkat desa hingga tingkat kabupaten. Hasil wawancara
dengan Ibu Sri Rahayu sebagai berikut : “Pada dasarnya kami ada disini karna prinsip persaudaraan sesama
perempuan. Makanya ini kami jadikan sebuah motivasi bagi para anggota agar perempuan bisa mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki dan
terbebas dari penindasan maupun KDRT yang dilakukan oleh kaum pria” Hasil wawancara tanggal 7 Juli 2012.
Pola jaringan dan prinsip persaudaraan sesama perempuan yang terbentuk ini, menciptakan suatu rasa solidaritas kelompok yang tinggi bagi para kaum
perempuan desa. Dengan demikian maka tumbuh perasaan senasib, saling
Universitas Sumatera Utara
memiliki, dan keinginan untuk berubah yang akan memberikan motivasi bagi para perempuan tadi untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap kehidupan
sosial masyarakat disekitarnya. Sehingga dengan begitu mereka dapat melakukan suatu perubahan di dalam kehidupannya dan kehidupan masyarakat yang berada
di sekitarnya.
4.5.2. Keberhasilan Pemberdayaan Ekonomi