BAB ENAM LEO
BAB ENAM LEO
MENUNGGANGI ARION ADALAH PENGALAMAN TERBAIK yang dirasakan Leo seharian ini —yang sebenarnya tidak bagus-bagus amat, sebab hari ini payah. Tapak kaki kuda mengubah permukaan air jadi kabut bergaram. Leo menempelkan tangan ke sisi tubuh kuda dan merasakan ototnya bekerja seperti mesin yang dirawat dengan baik. Untuk pertama kalinya, Leo mengerti apa sebabnya mesin mobil diukur menggunakan tenaga kuda. Arion adalah Maserati berkaki empat. Di depan mereka ada sebuah pulau —dibatasi pasir yang begitu putih sehingga menyerupai garam dapur. Sejajar dengan garis pantai, terbentanglah gunung-gunung pasir serta bebatuan besar yang sudah aus dimakan cuaca. Leo duduk di belakang Hazel, satu lengannya memeluk pinggang cewek itu. Kontak sedekat itu membuat Leo agak tidak nyaman, tapi itulah satu-satunya cara supaya dia bisa bertahan di punggung kuda. Sebelum mereka pergi, Percy mengajak Leo menepi untuk menceritakan riwayat Hazel. Percy mengesankan seolah dia cuma ingin membantu Leo, tapi di dalam kata-katanya tersirat peringatan: Kalau kau macam- macam pada temanku, aku sendiri yang akan mengumpankanmu ke hiu putih besar buas. Menurut cerita Percy, Hazel adalah putri Pluto. Dia meninggal tahun 1940-an dan baru saja dibawa kembali ke kehidupan fana beberapa bulan Leo sulit memercayainya. Hazel tampak hangat dan sangat hidup, tidak seperti hantu atau orang-mati-yang-dihidupkan-kembali lainnya yang pernah ditemui Leo. Hazel sepertinya juga pintar bergaul dengan orang lain, tidak seperti Leo, yang merasa lebih nyaman berurusan dengan mesin. Makhluk hidup macam kuda dan cewek? Leo tidak tahu apa yang lembuat mereka berfungsi. Selain itu, Hazel adalah pacar Frank. Jadi, Leo tahu dia harus ienjaga jarak. Namun demikian, rambutnya wangi, dan naik kuda bersama Hazel membuat jantung Leo berdetak kencang nyaris di kendalinya. Pasti gara-gara kecepatan kuda. Arion menerjang pantai. Dia menjejakkan kaki dan meringkik penuh kemenangan, seperti Pak Pelatih Hedge yang menyerukan pekkik tempur. Hazel dan Leo turun. Arion menggaruk-garuk pasir. "Dia butuh makan." Hazel menjelaskan. "Dia suka emas, tapi-? " Emas ? " tanya Leo. "Dia bisa makan rumput juga. Sana, Arion. Makasih sudah memberi kami tumpangan. Nanti akan kupanggil kau." Dalam sekejap, lenyaplah kuda itu —tidak ada yang tersisa kecuali jejak uap yang melintasi danau. "Kuda yang cepat," kata Leo, "dan mahal biaya pakannya." "Tidak juga," kata Hazel, "mendapatkan emas mudah saja bagiku." Leo mengangkat alis. "Emas? Mudah bagaimana? Tolor jangan bilang kau berkerabat dengan Raja Midas.
Aku tidak suka laki-laki itu." Hazel merapatkan bibir, seolah dia menyesal telah mengungki ungkit topik itu. "Lupakan saja." Leo malah semakin penasaran karenanya, tapi dia memutusk sebaiknya tak mendesak Hazel. Leo berlutut dan meraup pas putih. "Omong-omong satu masalah sudah beres. Ini kapur. Hazel mengerutkan kening. "Seluruh pantai ini?" "Iya. Lihat nih. Butir-butirnya bulat sempurna. Ini sebetulnya) bukan pasir. Ini kalsium karbonat." Leo mengeluarkan tas Ziplc dari sabuk perkakasnya dan membenamkan tangan dalam-dalai ke kapur. Mendadak Leo mematung. Dia teringat sudah berkali- ka Gaea sang Dewi Bumi muncul di hadapan Leo di tanah----wajahnya yang mengantuk terbuat dari debu atau pasir atau tanah. Gaea suka memanas-manasi Leo. Dibayangkannya mata terpejam dalam senyum lelap sang dewi, berputar-putar di kalsium putih. Pergilah, Pahlawan Kecil, kata Gaea. Tanpamu, kapal takka bisa diperbaiki. "Leo?" tanya Hazel, "kau tidak apa-apa?" Leo menarik napas sambil gemetaran. Gaea tidak ada di sam Dia cuma menakut-menakuti dirinya sendiri. "Iya," kata Leo, "iya, tidak apa-apa." Leo mulai mengisi tasnya. Hazel berlutut di sebelahnya dan membantu. "Kita seharusny membawa ember dan sekop." Ide tersebut mencerahkan perasaan Leo. Dia bahkai tersenyum. "Kita bisa membuat istana pasir." "Istana kapur." Mata mereka berserobok sedetik terlalu lama. Hazel berpaling. "Kau mirip sekali dengan —" "Sammy?" tebak Leo. Hazel jatuh ke belakang. "Kau tahu?" "Aku tidak tahu siapa Sammy itu. Tetapi Frank menanyaiku apakah aku yakin itu bukan namaku." "Dan memang bukan?" "Bukan! Ya, ampun." "Kau tidak punya saudara kembar atau ...." Hazel terdiam. Apa keluargamu berasal dari New Orleans?" "Bukan. Houston. Kenapa? Apa si Sammy itu dulunya orang kau kenal?" "Aku Bukan apa-apa, kok. Kau cuma mirip dia." Leo bisa tahu bahwa Hazel terlalu malu sehingga tidak mau cara lebih banyak. Namun, jika Hazel berasal dari masa lalu,bukakankah berarti Sammy berasal dari tahun 1940-an juga? Kalau begitu, bagaimana Frank bisa tahu tentang cowok itu? Dan kenapa hazel mengira bahwa Leo adalah Sammy, padahal sudah berpuluh puluh tahun berlalu? Mereka mengisi tas sampai penuh dalam keheningan. Leo memasukkannya ke sabuk perkakas dan dompet itu pun hilang —bobot, massa, dan volumenya lenyap sama sekali meskipun Leo tahu benda tersebut bakal ada di sana begitu dia menggapainya. Apa saja yang muat dalam saku bisa Leo bawa ke mana-mana. Leo suka sekali sabuk perkakasnya. Leo semata-mata harap kalau saja sabuk perkakasnya cukup besar untuk memuat gergaji mesin, atau mungkin bazoka. Leo berdiri dan mengamati seisi pulau gundukan kapur putih kusam, hamparan rumput, batu-batu besar yang berlumur garam. "Festus bilang ada perunggu langit di dekat sini, tapi aku ak tahu pasti di mana —"
"Di sana." Hazel menunjuk ke pantai. "Kira-kira lima rati meter." "Bagaimana kau —" "Logam mulia," kata Hazel, "bawaan dari Pluto." Leo teringat perkataan Hazel tentang emas yang muda didapatnya. "Bakat yang bermanfaat. Tunjukkan jalannya, Nor. Detektor Logam." Matahari mulai terbenam. Langit berubah warna, menampakka perpaduan ganjil warna ungu dan kuning. Di kesempatan lain, Le mungkin saja bakal menikmati acara jalan-jalan di pantai bersam seorang cewek cantik, tapi semakin jauh mereka melangkal semakin Leo merasa waswas. Akhirnya Hazel berbelok menjaul pantai. "Kau yakin kita tidak tersesat?" tanya Leo. "Kita sudah dekat," janji Hazel, "ayo." Tepat di balik gundukan kapur, Leo melihat wanita itu. Dia menduduki batu besar di tengah- tengah hampara rumput. Sepeda motor hitam-krom diparkir dekat sana, tar velg dan jejarinya diiris sedemikian rupa sehingga tiap rodany menyerupai Pac-Man. Dalam kondisi itu, tidak mungkin moto tersebut dapat dikendarai. Wanita itu berambut hitam keriting dan berbadan ceking. Di mengenakan celana pengendara motor dari bahan kulit, sepati bot tinggi dari kulit, dan jaket kulit merah darah —
tampilanny seperti Michael Jackson berkostum geng motor. Di tanah di sekita kakinya, berserakanlah benda-benda yang kelihatannya sepert cangkang kerang. Wanita itu membungkuk, mengambil keran baru dari karung dan membuka cangkangnya. Mengupas tiram Leo tidak yakin di Great Salt Lake ada tiram. Sepertinya bukan itu Ieo ragu-ragu, tidak ingin mendekat. Dia pernah punya pengalaman buruk dengan wanita aneh. Bekas pengasuhnya waktu bayi, Tia Callida, ternyata adalah Hera; wanita itu memiliki kebiasaan buruk, yaitu menidurkan Leo di perapian yang membara. ..gaea sang Dewi Bumi membunuh ibunya di bengkel waktu ico delapan tahun. Khione sang Dewi Salju pernah mencoba menjadikannya makanan beku di Sonoma. Namun, Hazel jalan terus. Jadi, Leo tidak punya pilihan kecuali mengikuti. Semakin dekat, Leo menyadari detail yang menggelisahkan. di sabuk wanita itu, tersandang gulungan cambuk. Jaket kulit wrahnya bermotif seram —pohon apel berdahan bengkok yang di hinggapi burung-burung tengkorak. Yang dia belah sebenarnya tkan tiram, tapi kue keberuntungan. Kue keberuntungan bertumpuk-tumpuk sampai ke per-gelangan kaki wanita itu. Dia terus saja mengambil kue baru dari .karung, membelah kue tersebut, dan membaca ramalan nasib yang tertera. Sebagian besar dia buang. Segelintir membuatnya itenggerutu tidak senang. Wanita itu mencolek secarik kertas eperti membubuhkan cap jari, kemudian secara ajaib menutup dan melemparkannya ke keranjang di dekat sana. "Apa yang Anda lakukan?" Leo bertanya sebelum dia sempat menahan diri. Wanita itu mendongak. Tenggorokan Leo serta-merta tercekat sampai-sampai susah untuk bernapas. "Bibi Rosa?" tanyanya. Memang tidak masuk akal, tapi wanita ini persis seperti bibi leo. Dia memiliki hidung lebar dengan tahi lalat di salah satu mulut yang selalu cemberut, dan mata galak —sama serti Bibi Rosa. Namun, dia tidak mungkin Bibi Rosa. Bibinya lak mungkin mengenakan pakaian seperti itu dan, setahu Leo, dia masih di Houston. Bibi Rosa tidak mungkin membukai kue keberuntungan di tengah-tengah Great Salt Lake. "Itukah yang kau Iihat?" tanya wanita itu, "menarik. Dan kau, Hazel sayang?" "Bagaimana Anda —?" Hazel mundur dengan waswas. "Anda—Anda mirip Bu Leer. Guru kelas tiga saya. Saya membenci Anda." Wanita itu. terkekeh-kekeh. "Hebat sekali. Kau membencinya, ya? Dia menilaimu dengan tidak adil?" "Anda —dia merotan tangan saya karena berkelakuan tidak baik," kata Hazel, "dia mengatai ibu saya penyihir. Dia menuduh saya atas perbuatan yang tidak saya lakukan —Tidak mungkin. Dia pasti sudah mati. Anda siapa?" "Oh, Leo tahu," kata wanita itu, "bagaimana perasaanmu terhadap Bibi Rosa, mijo?" Mijo. Itulah panggilan ibu Leo untuknya. Sesudah ibunya meninggal, Rosa telah menolak Leo. Bibi Rosa mengatai Leo anak setan. Dia menyalahkan Leo atas kebakaran yang telah menewaskan saudarinya. Rosa telah menolak darah dagingnya sendiri dan mencampakkan Leo —bocah yatim piatu berumur delapan tahun —dalam belas kasihan dinas sosial. Leo berpindah-pindah dari satu rumah asuh ke rumah asuh lainnya sampai akhirnya dia menemukan rumah di Perkemahan Blasteran. Leo jarang membenci orang, tapi kendati sudah bertahun-tahun, wajah Bibi Rosa masih membuat darahnya mendidih karena benci. Bagaimana perasaan Leo? Dia ingin membalikkan keadaan. Dia ingin balas dendam. Pandangan mata Leo tertumbuk ke sepeda motor beroda Pac-Man. Di mana dia pernah melihat sesuatu seperti itu sebelumnya? Pondok 16, di Perkemahan BIasteran —simbol di ataspintu mereka berbentuk roda patah. "Nemesis," ujar Leo, "Anda adalah Dewi PembaIasan." "Kau lihat?" Sang dewi tersenyum kepada Hazel. "Dia mengenaliku.Nemesis mematahkan kue lagi dan mengernyitkan hidungnya. “kau akan untung besar di saat yang paling tak terduga-duga." Dia membaca.
"Omong kosong macam inilah yang paling kubenci.seseorang membuka kue, dan tiba-tiba dia diramalkan bakal jadikaya! Ini gara-gara Tyche si perempuan tolol itu. Selalu mengobral nasib baik "Omong kosong macam inilah yang paling kubenci.seseorang membuka kue, dan tiba-tiba dia diramalkan bakal jadikaya! Ini gara-gara Tyche si perempuan tolol itu. Selalu mengobral nasib baik
"Apa maksud Anda?" tanya Leo, "sedang apa Anda di sini?" Nemesis membelah kue lagi. "Nomor keberuntungan. Konyoi Ini bahkan bukan ramalan nasib betulan!" Dia meremukkan ku tersebut dan menebarkan remah-remah kue ke sekeliling kakinya, "Untuk menjawab pertanyaanmu, Leo Valdez, dewa-dew tengah terpuruk. Selalu begitu ketika pecah Perang Saudara di antara kalian, bangsa Romawi dan Yunani. Bangsa Olympia terombang-ambing di antara dua fitrah mereka, ditarik-ulur oleh kedua belah kubu. Kesehatan jiwa mereka jadi terganggu, sayangnya. Sakit kepala berat. Disorientasi." "Tetapi kami tidak sedang berperang." Leo bersikeras. "Eh, Leo ...." Hazel berjengit. "Kau, kan, baru saja meledakkan sejumlah bangunan di Roma Baru." Leo menatap Hazel, bertanya-tanya kepada siapakah sebetulnya cewek itu berpihak. "Tetapi itu, kan, tidak sengaja!" "Aku tahu ...," kata Hazel, "tetapi bangsa Romawi tidak menyadarinya. Dan mereka tengah mengejar kita untuk balas dendam." Nemesis terkekeh. "Leo, dengarkan gadis ini. Perang sudah di ambang pintu. Gaea telah memastikannya, berkat bantuanmu. Bisa kau tebak, siapa yang akan disalahkan dewa-dewi karena sudah menjerumuskan mereka dalam situasi genting?" Mulut Leo terasa seperti kalsium karbonat. "Saya." Sang dewi mendengus. "Wah, pongah benar! Kau cuma pion, Leo Valdez. Yang kumaksud adalah dalang yang menggerakkan misi ini, yang menyatukan bangsa Yunani dan Romawi. Dewa-dewi menyalahkan Hera. Atau Juno —sesukamulah! Ratu kahyangan telah kabur dari Olympus demi menyelamatkan diri dari amukan keluarganya. Jangan harap pelindungmu bakal membantumu lagi!" Kepala Leo berdenyut- denyut. Perasaannya terhadap Hera campur aduk. Sang dewi sudah ikut campur dalam hidup Leo semjak dia masih bayi, membentuk Leo sesuai kepentingannya .dalam ramalan besar, tapi paling tidak dewi tersebut berpihak mereka, kurang-lebih. Jika dia tidak bisa diandalkan lagi sekarang " jadi sedang apa Anda di sini?" tanya Leo. "Apa lagi kalau bukan untuk menawarkan bantuanku?"nemisi tersenyum licik. Ieo melirik Hazel. Dia kelihatan seperti baru ditawari ular " Bantuan Anda," ulang Leo. –fentu saja!" kata sang dewi, "aku gemar sekali menjatuhkan mereka yang angkuh dan berkuasa, dan tak ada yang lebih layak dijatuhkan selain Gaea dan para raksasanya. Walau begitu, aku harus memperingatkan kalian bahwa aku tidak sudi mengecap kesuksesan yang tak pantas kudapat. Nasib mujur cuma bualan. roda keberuntungan laiknya arisan beruntun. Kesuksesan sejati menuntut pengorbanan." "Pengorbanan?" Suara Hazel kaku. "Saya kehilangan ibu. meninggal dan kembali lagi. Sekarang adik saya hilang. Apa "Apa maksud Anda?" tanya Leo, "sedang apa Anda di sini?" Nemesis membelah kue lagi. "Nomor keberuntungan. Konyoi Ini bahkan bukan ramalan nasib betulan!" Dia meremukkan ku tersebut dan menebarkan remah-remah kue ke sekeliling kakinya, "Untuk menjawab pertanyaanmu, Leo Valdez, dewa-dew tengah terpuruk. Selalu begitu ketika pecah Perang Saudara di antara kalian, bangsa Romawi dan Yunani. Bangsa Olympia terombang-ambing di antara dua fitrah mereka, ditarik-ulur oleh kedua belah kubu. Kesehatan jiwa mereka jadi terganggu, sayangnya. Sakit kepala berat. Disorientasi." "Tetapi kami tidak sedang berperang." Leo bersikeras. "Eh, Leo ...." Hazel berjengit. "Kau, kan, baru saja meledakkan sejumlah bangunan di Roma Baru." Leo menatap Hazel, bertanya-tanya kepada siapakah sebetulnya cewek itu berpihak. "Tetapi itu, kan, tidak sengaja!" "Aku tahu ...," kata Hazel, "tetapi bangsa Romawi tidak menyadarinya. Dan mereka tengah mengejar kita untuk balas dendam." Nemesis terkekeh. "Leo, dengarkan gadis ini. Perang sudah di ambang pintu. Gaea telah memastikannya, berkat bantuanmu. Bisa kau tebak, siapa yang akan disalahkan dewa-dewi karena sudah menjerumuskan mereka dalam situasi genting?" Mulut Leo terasa seperti kalsium karbonat. "Saya." Sang dewi mendengus. "Wah, pongah benar! Kau cuma pion, Leo Valdez. Yang kumaksud adalah dalang yang menggerakkan misi ini, yang menyatukan bangsa Yunani dan Romawi. Dewa-dewi menyalahkan Hera. Atau Juno —sesukamulah! Ratu kahyangan telah kabur dari Olympus demi menyelamatkan diri dari amukan keluarganya. Jangan harap pelindungmu bakal membantumu lagi!" Kepala Leo berdenyut- denyut. Perasaannya terhadap Hera campur aduk. Sang dewi sudah ikut campur dalam hidup Leo semjak dia masih bayi, membentuk Leo sesuai kepentingannya .dalam ramalan besar, tapi paling tidak dewi tersebut berpihak mereka, kurang-lebih. Jika dia tidak bisa diandalkan lagi sekarang " jadi sedang apa Anda di sini?" tanya Leo. "Apa lagi kalau bukan untuk menawarkan bantuanku?"nemisi tersenyum licik. Ieo melirik Hazel. Dia kelihatan seperti baru ditawari ular " Bantuan Anda," ulang Leo. –fentu saja!" kata sang dewi, "aku gemar sekali menjatuhkan mereka yang angkuh dan berkuasa, dan tak ada yang lebih layak dijatuhkan selain Gaea dan para raksasanya. Walau begitu, aku harus memperingatkan kalian bahwa aku tidak sudi mengecap kesuksesan yang tak pantas kudapat. Nasib mujur cuma bualan. roda keberuntungan laiknya arisan beruntun. Kesuksesan sejati menuntut pengorbanan." "Pengorbanan?" Suara Hazel kaku. "Saya kehilangan ibu. meninggal dan kembali lagi. Sekarang adik saya hilang. Apa
"Oh, itu gampang," kata Nemesis, "di situ, di balik bubunga Kalian akan menemukan perunggu langit di sana, juga anak-anak manis." "Tunggu?" kata Hazel, "anak-anak manis apa?" Nemesis memasukkan kue ke mulut dan menelannya bulat-bulat, beserta ramalan keberuntungannya. "Nanti akan kalian lihat sendiri. Barangkali mereka akan memberimu pelajaran, Hazel. Levesque. Sebagian besar pahlawan tidak dapat melarikan diri dari fitrah mereka, sesudah diberi kesempatan kedua sekali pun." Dia tersenyum. "Omong-omong tentang saudaramu, Nico, kau tidak punya banyak waktu lagi. Coba kuingat-ingat sekarang tanggal 25 Juni, kan? Ya, setelah hari ini, tinggal enam hari. Kemudian, Nico akan meninggal, beserta seisi kota Roma." Mata Hazel membelalak. "Bagaimana apa--?" "Sedangkan kau, Anak Api." Nemesis menoleh kepada Leo. "Cobaan terberat masih menantimu. Kau akan selalu jadi orang luar, roda ketujuh. Kau takkan menemukan tempat di antara saudara-saudara seperjuanganmu. Tidak lama lagi, kau akan menghadapi masalah yang tidak dapat kau pecahkan, tapi aku bisa membantumu dengan imbalan tertentu." Leo mencium asap. Dia menyadari bahwa jemari kirinya terbakar, sedangkan Hazel menatapnya dengan ngeri. Leo menjejalkan tangan ke dalam saku untuk memadamkan api. "Saya suka memecahkan masalah sendiri." "Ya, sudah." Nemesis menepiskan remah-remah kue dari jaketnya. "Tetapi, mmm, imbalan macam apa yang Anda maksud?" Sang dewi mengangkat bahu. "Salah satu anakku baru-baru ini menukar matanya dengan kemampuan untuk menciptakan perubahan nyata di dunia ini." Perut Leo melilit-lilit. "Anda menginginkan mata sebagai imbalan?" "Dalam kasusmu, pengorbanan lain barangkali memadai. tetapi sesuatu yang sama menyakitkannya seperti kehilangan mata. ini." Nemesis menyerahkan .kue keberuntungan yang masih utuh. "Jika kau memerlukan jawaban, patahkan ini. Masalahmu an terpecahkan." Tangan Leo gemetaran saat dia memegang kue keberuntungan itu"Masalah apa?" "Kau akan tahu ketika waktunya tiba." "Tidak, makasih," ujar Leo tegas. Namun, tangannya seolah-olahpunya kehendak sendiri, menyelipkan kue tersebut ke dalam Nitku di sabuk perkakas. Nemesis lagi-lagi mengambil kue dari karung dan membelahnya hingga terbuka. "Tidak lama lagi kau harus menimbang ulang Oh, aku suka yang ini. Tidak perlu diubah. Sang dewi menyegel ulang kue tersebut dan melemparnya ke keranjang. "Sangat sedikit dewa yang bisa membantu kalian dalam isi ini. Sebagian besar sudah tak berdaya, dan kebingungan yang ilelanda mereka akan semakin parah. Ada satu hal yang mungkin bisa mempersatukan Olympus lagi —dendam lama yang akhirnya ditebus. Ah, manis sekali andaikan itu terjadi, neraca keadilan akan kembali setimbang! Tetapi itu takkan terjadi kecuali kau menerima bantuanku." "Saya duga Anda tidak berkenan memberi tahu kami apa yang Anda maksud." Hazel menggerutu. "Atau apa sebabnya umur adik saya Nico tinggal enam hari lagi. Atau
mengapa Roma akan binasa.” Nemesis terkekeh. Dia bangu.n dan menyandangkan karung kue ke bahunya. "Oh, semuanya berkaitan, Hazel Levesque. Terkait tawaranku, Leo Valdez, pikir-pikirlah dulu. Kau anak baik. Pekerja keras. Kita bisa berbisnis. Tetapi aku sudah menahan kalian terlalu lama. Kalian
sebaiknya mengunjungi kolam cermin selagi masih terang. Si pemuda malang yang kena kutuk jadi rewei sebaiknya mengunjungi kolam cermin selagi masih terang. Si pemuda malang yang kena kutuk jadi rewei