BAB EMPAT PULUH EMPAT PIPER
BAB EMPAT PULUH EMPAT PIPER
keraJANGAN TERISI AIR DENGAN KECEPATAN yang mengkhawatir-kan. Piper, Jason, dan Percy menggedor-gedor tembok, mencari jalan keluar, tapi mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka memanjat ke relung demi memperoleh posisi lebih tinggi, tapi air terus mengucur dari tiap-tiap ceruk. Alhasil, rasanya seperti sedang mempertahankan keseimbangan di pinggir air terjun. Selagi Piper berdiri dalam relung pun, air sudah sampai ke lututnya dalam waktu singkat. Dari lantai, barangkali tinggi air sudah mencapai dua setengah meter dan permukaannya masih naik dengan cepat. "Aku bisa mencoba petir," kata Jason, "mungkin meledakkan asap supaya berlubang?" "Bisa-bisa ruangan ini runtuh dan meremukkan kita," kata Piper. "Atau menyetrum kita," imbuh Percy. "Pilihannya tidak banyak," tukas Jason. "Biar kucari di dasar," kata Percy, "kalau tempat int dibangun sebagai air mancur, seharusnya ada lubang untuk menguras airnya. Coba kalian cek relung, kalau-kalau ada jalan keluar rahasia.
Mungkin cangkang kerang berfungsi sebagai kenop atau apalah." Memang bukan ide brilian, tapi dalam keadaan terjepit begin i, Piper bersyukur bisa mengerjakan sesuatu. Percy terjun ke dalam air. Jason dan Piper memanjat relung demi relung, menendang-nendang dan menggedor-gedm, menggoyang- goyangkan cangkang kerang yang menempel di bat tt; tapi mereka tidak beruntung. Lebih cepat daripada yang Piper perkirakan, Percy membelal) permukaan air sambil tersengal-sengal dan mengayun- ayunkan lengan. Piper mengulurkan tangan, dan Percy hampir saja menariknya ke bawah sebelum Piper sempat membantu pemuda itu naik. "Tidak bisa bernapas." Percy terengah-engah. "Airnya tidak normal. Aku hampir tak bisa kembali." Daya hidup para nymph, pikir Piper. Saking beracun dan busuknya, putra Dewa Laut sekali pun tak dapat mengendalikannya. Sementara air terus naik di sekelilingnya, Piper
merasa air itu memengaruhinya juga. Otot kaki Piper gemetaran seperti habis lari puluhan kilometer. Tangannya jadi keriput dan kering, padahal dia berada di tengah-tengah kolam. Kedua pemuda bergerak dengan loyo. Wajah Jason pucat. Dia tampaknya kesulitan memegang pedangnya. Percy basah kuyup dan menggigil. Rambut Percy tak berwarna segelap biasanya, seperti dikelantang. "Mereka mengambil kekuatan kita," kata Piper, "menguras kita." "Jason." Percy terbatuk-batuk. "Datangkan petir." Jason mengangkat pedangnya. Ruangan menggemuruh, tapi petir tidak muncul. Atap tidak retak. Justru hujan badai mini yang terbentuk di atas ruangan. Hujan turun dengan deras, mengisi kolam semakin cepat, tapi hujan tersebut tidak wajar. Tetes-tetesnya segelap air dalam kolam. Tiap tetesnya memedihkan kulit Piper. "Bukan yang kuinginkan," ajar Jason. Air sekarang sudah sampai ke leher mereka. Piper bisa merasa-kan kekuatannya memudar. Cerita Kakek Tom mengenai kanibal air ternyata benar. Para nymph jahat bakal merampas hidupnya. "Kita pasti selamat." Piper bergumam sendiri, tapi dia tidak bisa menggunakan charmspeak untuk meloloskan diri dari krisis ini. Tidak lama lagi, air bakal naik ke atas kepala mereka. Mereka nanti harus berenang, padahal air ini saja sudah melumpuhkan mereka. Mereka akan tenggelam, persis seperti di visi yang Piper saksik-an. Percy mulai mendayung air dengan punggung tangan, seperti sedang menghalau anjing nakal. "Tak bisa tak bisa kukendalikan!" Kau harus menjadikanku tumbal, kata anjing tulang belulang dalam dongeng. Kau harus inelemparkanku ke dalam air. Piper merasa tengkuknya dicengkeram sehingga menampakkan tulang-tulang di baliknya. Piper merneluk kornukopia erat-erat. "Kita tidak boleh melawan," kata Piper, "kalau kita melawan, kita justru bertambah lemah." "Apa maksudmu?" Jason berteriak meningkahi hujan. Air sudah sampai ke dagu mereka. Beberapa sentimeter lagi, mereka harus berenang. Namun, air belum lagi mengisi separuh ruangan. Langit-langit masih jauh. Piper berharap hal itu menandakan mereka masih punya waktu. "Tanduk ini bisa mengeluarkan apa saja secara berlimpah," kata Piper, "kita harus mengeluarkan air bersih sampai mereka kewalahan, beri mereka air lebih banyak daripada "Trompetmu bisa melakukan itu?" Percy berjuang untuk mempertahankan kepalanya di atas permukaan air. Ini jelas pengalaman baru baginya. Percy kelihatan takut setengah mad. "Hanya dengan bantuan kalian." Piper mulai memahami cara kerja trompet tersebut. Makanan bagus yang dihasilkannya tidak datang dari antah berantah. Piper hanya bisa mengubur Hercules dalam bahan pangan ketika dia mencurahkan seluruh konsentrasi untuk memikirkan pengalaman positifnya bersama Jason. Untuk menghasilkan air bersih yang cukup guna memenuh i ruangan ini, Piper perlu berkonsentrasi lebih khusyuk, menggali emosinya lebih dalam lagi. Sayangnya, Piper kehilangan kemampuan untuk fokus. "Aku ingin kalian berdua menyalurkan semua yang kalian miliki ke dalam kornukopia," kata Piper, "Percy, pikirkan laut." "Air laut?" "Tidak jadi soal! Yang penting air bersih. Jason, pikirkan hujan —hujan yang lebih deras lagi. Kahan berdua pegangi kornu-kopia ini." Mereka merapat sementara air mengangkat mereka dari relung. Piper berusaha mengingat-ingat tips keselamatan yang diajarkan ayahnya ketika mereka mulai berselancar. Untuk menolong orang yang tenggelam, rangkulkan lengan kita ke tubuh orang itu dad belakang dan tendangkan kaki kita ke depan, bergerak mundur seperti sedang berenang gaya punggung. Dia tidak yakin apakah strategi yang sama dapat diterapkan pada dua orang, tapi Piper merangkulkan satu lengan ke satu pemuda dan berusaha menjaga mereka agar tetap terapung sementara Jason dan Percy memegangi kornukopia berdua. Tak ada yang terjadi. Hujan turun semakin lebat, masih berair gelap dan memerihkan seperti cairan asam. Tungkai Piper terasa seberat timah. Air berputar-putar, makin lama makin tinggi, mengancam akan merasa air itu memengaruhinya juga. Otot kaki Piper gemetaran seperti habis lari puluhan kilometer. Tangannya jadi keriput dan kering, padahal dia berada di tengah-tengah kolam. Kedua pemuda bergerak dengan loyo. Wajah Jason pucat. Dia tampaknya kesulitan memegang pedangnya. Percy basah kuyup dan menggigil. Rambut Percy tak berwarna segelap biasanya, seperti dikelantang. "Mereka mengambil kekuatan kita," kata Piper, "menguras kita." "Jason." Percy terbatuk-batuk. "Datangkan petir." Jason mengangkat pedangnya. Ruangan menggemuruh, tapi petir tidak muncul. Atap tidak retak. Justru hujan badai mini yang terbentuk di atas ruangan. Hujan turun dengan deras, mengisi kolam semakin cepat, tapi hujan tersebut tidak wajar. Tetes-tetesnya segelap air dalam kolam. Tiap tetesnya memedihkan kulit Piper. "Bukan yang kuinginkan," ajar Jason. Air sekarang sudah sampai ke leher mereka. Piper bisa merasa-kan kekuatannya memudar. Cerita Kakek Tom mengenai kanibal air ternyata benar. Para nymph jahat bakal merampas hidupnya. "Kita pasti selamat." Piper bergumam sendiri, tapi dia tidak bisa menggunakan charmspeak untuk meloloskan diri dari krisis ini. Tidak lama lagi, air bakal naik ke atas kepala mereka. Mereka nanti harus berenang, padahal air ini saja sudah melumpuhkan mereka. Mereka akan tenggelam, persis seperti di visi yang Piper saksik-an. Percy mulai mendayung air dengan punggung tangan, seperti sedang menghalau anjing nakal. "Tak bisa tak bisa kukendalikan!" Kau harus menjadikanku tumbal, kata anjing tulang belulang dalam dongeng. Kau harus inelemparkanku ke dalam air. Piper merasa tengkuknya dicengkeram sehingga menampakkan tulang-tulang di baliknya. Piper merneluk kornukopia erat-erat. "Kita tidak boleh melawan," kata Piper, "kalau kita melawan, kita justru bertambah lemah." "Apa maksudmu?" Jason berteriak meningkahi hujan. Air sudah sampai ke dagu mereka. Beberapa sentimeter lagi, mereka harus berenang. Namun, air belum lagi mengisi separuh ruangan. Langit-langit masih jauh. Piper berharap hal itu menandakan mereka masih punya waktu. "Tanduk ini bisa mengeluarkan apa saja secara berlimpah," kata Piper, "kita harus mengeluarkan air bersih sampai mereka kewalahan, beri mereka air lebih banyak daripada "Trompetmu bisa melakukan itu?" Percy berjuang untuk mempertahankan kepalanya di atas permukaan air. Ini jelas pengalaman baru baginya. Percy kelihatan takut setengah mad. "Hanya dengan bantuan kalian." Piper mulai memahami cara kerja trompet tersebut. Makanan bagus yang dihasilkannya tidak datang dari antah berantah. Piper hanya bisa mengubur Hercules dalam bahan pangan ketika dia mencurahkan seluruh konsentrasi untuk memikirkan pengalaman positifnya bersama Jason. Untuk menghasilkan air bersih yang cukup guna memenuh i ruangan ini, Piper perlu berkonsentrasi lebih khusyuk, menggali emosinya lebih dalam lagi. Sayangnya, Piper kehilangan kemampuan untuk fokus. "Aku ingin kalian berdua menyalurkan semua yang kalian miliki ke dalam kornukopia," kata Piper, "Percy, pikirkan laut." "Air laut?" "Tidak jadi soal! Yang penting air bersih. Jason, pikirkan hujan —hujan yang lebih deras lagi. Kahan berdua pegangi kornu-kopia ini." Mereka merapat sementara air mengangkat mereka dari relung. Piper berusaha mengingat-ingat tips keselamatan yang diajarkan ayahnya ketika mereka mulai berselancar. Untuk menolong orang yang tenggelam, rangkulkan lengan kita ke tubuh orang itu dad belakang dan tendangkan kaki kita ke depan, bergerak mundur seperti sedang berenang gaya punggung. Dia tidak yakin apakah strategi yang sama dapat diterapkan pada dua orang, tapi Piper merangkulkan satu lengan ke satu pemuda dan berusaha menjaga mereka agar tetap terapung sementara Jason dan Percy memegangi kornukopia berdua. Tak ada yang terjadi. Hujan turun semakin lebat, masih berair gelap dan memerihkan seperti cairan asam. Tungkai Piper terasa seberat timah. Air berputar-putar, makin lama makin tinggi, mengancam akan
Percy benar. Air naik cepat sekali. Sekarang, atap tinggal beberapa meter lagi. Piper bisa saja mengulurkan tangan clan menyentuh awan mendung miniatur. "Jangan berhenti!" kata Piper, "kita harus mengencerkan racun sampai para nymph bersih kembali." "Bagaimana kalau mereka tidak bisa dibersihkan?" tanpa Jason, "mereka sudah beribu-ribu tahun di bawah sini jadi jahat." "Pokoknya, jangan tahan kekuatan kalian," kata Piper, "serahkan semuanya. Meskipun kita akan tenggelam —" Kepala Piper membentur Awan mendung menipis dan melebur ke dalam air. Kornukopia terus menyemburkan air bersih. Piper menarik Jason merapat dan mengecupnya. "Aku cinta padamu," kata Piper. Kata-kata itu tercurah begitu saja dari dirinya, seperti air dari kornukopia. Dia tidak bisa melihat reaksi Jason, sebab setelah itu mereka tersedot ke bawah air. Piper menahan napas. Bunyi aliran air menggemuruh di telinga Piper. Buih berputar-putar di sekelilingnya. Cahaya masih beriak di seisi ruangan tersebut. Piper terkejut dia bisa melihat cahaya itu. Apakah air sudah lebih bening? Paru- parunya serasa mau meledak, tapi Piper menuangkan sisa-sisa energinya ke dalam kornukopia. Air terus mengalir ke luar, padahal sudah tidak ada ruang lagi. Akankah tembok retak di bawah tekanan air? Penglihatan Piper jadi gelap. Dia kira gemuruh di telinganya adalah bunyi jantungnya yang sedang sekarat. Kemudian, Piper sadar bahwa ruangan itu berguncang. Air berputar-putar kian cepat. Piper merasa dirinya tenggelam. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Piper menendangkan kaki untuk naik ke atas. Kepalanya membelah permukaan air dan dia pun megap-megap. Semburan air dari kornukopia sudah terhenti. Air terkuras hampir secepat saat memenuhi ruangan tadi. Disertai pekik waswas, Piper menyadari bahwa wajah Percy dan Jason masih berada di bawah air. Ditariknya mereka ke atas. Percy seketika berdeguk dan mulai menggeliat-geliut, tapi Jason seloyo boneka kain perca. Piper memeganginya erat-erat. Piper meneriakkan nama Jason, mengguncangkannya, dan menampar wajahnya. Piper nyaris tidak sadar ketika semua air telah terkuras habis dan meninggalkan mereka di lantai lembap. "Jason!" Piper memutar otak habis-habisan. Haruskah dia me-miringkan tubuh Jason? Memukul-mukul punggung pemuda itu? "Piper," kata Percy, "aku bisa membantu." Percy berlutut di samping Piper dan rnenyentuh kening Jason. Air menyembur keluar dari mulut Jason. Matanya sontak terbuka, dan sambaran guntur Percy benar. Air naik cepat sekali. Sekarang, atap tinggal beberapa meter lagi. Piper bisa saja mengulurkan tangan clan menyentuh awan mendung miniatur. "Jangan berhenti!" kata Piper, "kita harus mengencerkan racun sampai para nymph bersih kembali." "Bagaimana kalau mereka tidak bisa dibersihkan?" tanpa Jason, "mereka sudah beribu-ribu tahun di bawah sini jadi jahat." "Pokoknya, jangan tahan kekuatan kalian," kata Piper, "serahkan semuanya. Meskipun kita akan tenggelam —" Kepala Piper membentur Awan mendung menipis dan melebur ke dalam air. Kornukopia terus menyemburkan air bersih. Piper menarik Jason merapat dan mengecupnya. "Aku cinta padamu," kata Piper. Kata-kata itu tercurah begitu saja dari dirinya, seperti air dari kornukopia. Dia tidak bisa melihat reaksi Jason, sebab setelah itu mereka tersedot ke bawah air. Piper menahan napas. Bunyi aliran air menggemuruh di telinga Piper. Buih berputar-putar di sekelilingnya. Cahaya masih beriak di seisi ruangan tersebut. Piper terkejut dia bisa melihat cahaya itu. Apakah air sudah lebih bening? Paru- parunya serasa mau meledak, tapi Piper menuangkan sisa-sisa energinya ke dalam kornukopia. Air terus mengalir ke luar, padahal sudah tidak ada ruang lagi. Akankah tembok retak di bawah tekanan air? Penglihatan Piper jadi gelap. Dia kira gemuruh di telinganya adalah bunyi jantungnya yang sedang sekarat. Kemudian, Piper sadar bahwa ruangan itu berguncang. Air berputar-putar kian cepat. Piper merasa dirinya tenggelam. Dengan sisa-sisa kekuatannya, Piper menendangkan kaki untuk naik ke atas. Kepalanya membelah permukaan air dan dia pun megap-megap. Semburan air dari kornukopia sudah terhenti. Air terkuras hampir secepat saat memenuhi ruangan tadi. Disertai pekik waswas, Piper menyadari bahwa wajah Percy dan Jason masih berada di bawah air. Ditariknya mereka ke atas. Percy seketika berdeguk dan mulai menggeliat-geliut, tapi Jason seloyo boneka kain perca. Piper memeganginya erat-erat. Piper meneriakkan nama Jason, mengguncangkannya, dan menampar wajahnya. Piper nyaris tidak sadar ketika semua air telah terkuras habis dan meninggalkan mereka di lantai lembap. "Jason!" Piper memutar otak habis-habisan. Haruskah dia me-miringkan tubuh Jason? Memukul-mukul punggung pemuda itu? "Piper," kata Percy, "aku bisa membantu." Percy berlutut di samping Piper dan rnenyentuh kening Jason. Air menyembur keluar dari mulut Jason. Matanya sontak terbuka, dan sambaran guntur
Ya, benar, sebuah suara bergema di ruangan itu. Relung-relung berpendar. Muncullah sembilan sosok, tapi mereka tidak lagi berwujud makhluk keriput. Mereka kini jacli nymph muda nan cantik yang mengenakan gaun biru berden ya rambut ikal mereka yang mengilap digelung dengan jepit perak cla II emas. Mata mereka yang bernuansa biru dan hijau memancarka ekspresi lembut. Selagi Piper memerhatikan, kedelapan nymph mengabur j ad i uap dan melayang ke atas. Tinggal nymph di tengah yang bertahan. "Hagno?" tanya Piper. Sang peri tersenyum. "Ya, Sayang. Tak kukira sifat rela ber-korban semacam tadi ada dalam diri manusia fana terutama dalam diri demigod. Jangan tersinggung, ya." Percy berdiri. "Mana mungkin kami tersinggung? Kau baru saja menenggelamkan kami dan menyedot habis kehidupan karni." Hagno berjengit. "Maaf soal itu. Sikapku barusan tidak lurnrah. Tetapi kalian sudah mengingatkanku akan matahari, hujan, dan sungai yang mengalir di padang rumput. Percy dan Jason, berkat kalian, aku teringat akan laut dan langit. Aku sudah bersih. Tetapi aku terutama berterima kasih kepada Piper. Dia membagikan sesuatu yang malah lebih indah daripada air bersih yang mengalir." Hagno menoleh kepada Piper. "Sifatmu baik, Piper. Aku ini roh alam. Aku tahu persis." Hagno menunjuk ke seberang ruangan. Tangga ke permukaan tanah muncul kembali. Tepat di bawahnya, mewujudlah sebuah celah bundar, mirip gorong-gorong, hanya cukup untuk dilewati sambil merangkak. Piper menduga lewat sanalah air keluar. "Kahan boleh kembali ke muka bumi," kata Hagno, "atau, jika kalian bersikeras, kalian boleh mengikuti saluran air sampai ke tempat para raksasa. Tetapi pilihlah dengan segera, seE ab kedua pintu akan mengabur begitu aku pergi. Gorong-gorong itu terhubung dengan saluran akuaduk lama, yang menyuplai air ke Nymphaeum dan hypogeum tempat tinggal raksasa." "Aduh." Percy menekan pelipisnya. "Tolong, jangan pakai kata-kata yang rumit." "Oh, tempat tinggal bukanlah kata-kata yang rumit." Hagno kedengarannya benar-benar tulus. "Dulu kukira demikian, tapi sekarang kalian sudah membebaskan kami dari tempat ini. Saudari-saudariku telah pergi untuk mencari tempat tinggal baru sungai pegunungan, barangkali, atau danau di padang rumput. Aku akan mengikuti mereka. Aku tak sabar melihat hutan dan padang lagi, serta air yang mengalir jernih." "Tapi," kata Percy gugup, "keadaan di atas sana sudah berubah beberapa ribu tahun terakhir ini." "Omong kosong," kata Hagno, "tidak mungkin jelek-jelek amat, kan? Pan takkan membiarkan alam liar tercemari. Malahan, aku juga sudah tak sabar berjumpa dengannya." Percy kelihatannya ingin mengucapkan sesuatu, tapi dia menahan diri. "Semoga berhasil, Hagno," kata Piper, "dan, terima kasih." Sang nymph tersenyum untuk terakhir kalinya dan menguap. Sekejap, nymphaeum disemarakkan pendar cahaya lembut, seperti sorot sinar rembulan. Piper membaui rempah-rempah eksotik dan mawar mekar. Dia mendengar musik sayup-sayup dan suara gembira orang-orang yang sedang mengobrol serta tertawa. Piper memperkirakan dia tengah mendengar pesta dan perayaan yang diselenggarakan dalam rentang beratus-ratus tahun di kuil ini, pada zaman kuno, seolah kenangan akan Ya, benar, sebuah suara bergema di ruangan itu. Relung-relung berpendar. Muncullah sembilan sosok, tapi mereka tidak lagi berwujud makhluk keriput. Mereka kini jacli nymph muda nan cantik yang mengenakan gaun biru berden ya rambut ikal mereka yang mengilap digelung dengan jepit perak cla II emas. Mata mereka yang bernuansa biru dan hijau memancarka ekspresi lembut. Selagi Piper memerhatikan, kedelapan nymph mengabur j ad i uap dan melayang ke atas. Tinggal nymph di tengah yang bertahan. "Hagno?" tanya Piper. Sang peri tersenyum. "Ya, Sayang. Tak kukira sifat rela ber-korban semacam tadi ada dalam diri manusia fana terutama dalam diri demigod. Jangan tersinggung, ya." Percy berdiri. "Mana mungkin kami tersinggung? Kau baru saja menenggelamkan kami dan menyedot habis kehidupan karni." Hagno berjengit. "Maaf soal itu. Sikapku barusan tidak lurnrah. Tetapi kalian sudah mengingatkanku akan matahari, hujan, dan sungai yang mengalir di padang rumput. Percy dan Jason, berkat kalian, aku teringat akan laut dan langit. Aku sudah bersih. Tetapi aku terutama berterima kasih kepada Piper. Dia membagikan sesuatu yang malah lebih indah daripada air bersih yang mengalir." Hagno menoleh kepada Piper. "Sifatmu baik, Piper. Aku ini roh alam. Aku tahu persis." Hagno menunjuk ke seberang ruangan. Tangga ke permukaan tanah muncul kembali. Tepat di bawahnya, mewujudlah sebuah celah bundar, mirip gorong-gorong, hanya cukup untuk dilewati sambil merangkak. Piper menduga lewat sanalah air keluar. "Kahan boleh kembali ke muka bumi," kata Hagno, "atau, jika kalian bersikeras, kalian boleh mengikuti saluran air sampai ke tempat para raksasa. Tetapi pilihlah dengan segera, seE ab kedua pintu akan mengabur begitu aku pergi. Gorong-gorong itu terhubung dengan saluran akuaduk lama, yang menyuplai air ke Nymphaeum dan hypogeum tempat tinggal raksasa." "Aduh." Percy menekan pelipisnya. "Tolong, jangan pakai kata-kata yang rumit." "Oh, tempat tinggal bukanlah kata-kata yang rumit." Hagno kedengarannya benar-benar tulus. "Dulu kukira demikian, tapi sekarang kalian sudah membebaskan kami dari tempat ini. Saudari-saudariku telah pergi untuk mencari tempat tinggal baru sungai pegunungan, barangkali, atau danau di padang rumput. Aku akan mengikuti mereka. Aku tak sabar melihat hutan dan padang lagi, serta air yang mengalir jernih." "Tapi," kata Percy gugup, "keadaan di atas sana sudah berubah beberapa ribu tahun terakhir ini." "Omong kosong," kata Hagno, "tidak mungkin jelek-jelek amat, kan? Pan takkan membiarkan alam liar tercemari. Malahan, aku juga sudah tak sabar berjumpa dengannya." Percy kelihatannya ingin mengucapkan sesuatu, tapi dia menahan diri. "Semoga berhasil, Hagno," kata Piper, "dan, terima kasih." Sang nymph tersenyum untuk terakhir kalinya dan menguap. Sekejap, nymphaeum disemarakkan pendar cahaya lembut, seperti sorot sinar rembulan. Piper membaui rempah-rempah eksotik dan mawar mekar. Dia mendengar musik sayup-sayup dan suara gembira orang-orang yang sedang mengobrol serta tertawa. Piper memperkirakan dia tengah mendengar pesta dan perayaan yang diselenggarakan dalam rentang beratus-ratus tahun di kuil ini, pada zaman kuno, seolah kenangan akan