Sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi yang diwujudkan dalam bentuk adanya kemauan dan hasrat terhadap suatu obyek yang
diminati. Kemauan tersebut kemudian direalisasikan sehingga memiliki wawasan terhadap suatu bidang atau obyek yang diminati.
Apabila unsur kognisi dan unsur konasi beriring sejalan secara bersama-sama serta saling mendukung, maka akan menumbuhkan minat
seseorang yang lebih tinggi untuk melakukan sesuatu yang mereka senangi, misalnya obyek yang di minati seseorang adalah menjadi guru, maka konsentrasi
dan perhatiannya terpusat pada hal-hal yang berhubungan dengan profesi keguruan. Sebaliknya, apabila unsur kognisi dan unsur konasi tidak saling
mendukung atau hanya salah satu unsur saja yang ada dalam diri seseorang, maka tidak akan menumbuhkan minat yang tinggi.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru akan timbul karena adanya informasi dan pemahaman mengenai
profesi guru yang diikuti oleh perasaan senang terhadap profesi guru, sehingga timbul kemauan untuk melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini adalah kemauan
untuk menjadi guru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini minat menjadi guru diukur melalui komponen-komponen sebagai berikut :
1 Adanya informasi mengenai profesi guru 2 Adanya pemahaman mengenai profesi guru
3 Perasaan senang terhadap profesi guru 4 Kemauan untuk menjadi guru.
2.4 Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran dalam pendidikan memegang peranan penting untuk meningkatkan ilmu, pengetahuan, keterampilan dan penerapan konsep diri.
Keberhasilan proses pembelajaran dapat tercermin dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkan. Untuk itu, perlu diadakan peran aktif seluruh komponen
pendidikan terutama guru yang berfungsi sebagai fasilitator. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik,
dan lingkungannya. Oleh karena itu untuk menjadi guru yang professional maka seorang calon guru harus menempuh jenjang pendidikan terlebih dahulu
setidaknya D4 S1, hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Faktor intern cita-cita menjadi seorang guru akan melahirkan dorongan
yang luas pada diri individu untuk dapat menekuni profesi sebagai guru. Profesi guru akan menjadi profesi yang menarik bagi generasi muda jika diimbangi
dengan imbalan atau penghargaan atas kerja tersebut. Profesi guru akan menjadi prioritas pilihan para pencari kerja, ketika profesi tersebut dinilai mampu
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Seseorang berprofesi sebagai guru memiliki tujuan untuk mencapai
kesejahteraan, karena dengan berprofesi sebagai guru ia berhak memperoleh penghasilan dan dengan pengahasilannya tersebut ia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Syafi’I 2009 menyebutkan bahwa hidup sejahtera adalah terpenuhinya standar hidup minimal disertai apresiasi dalam sistem sosial dimana ia hidup.
Apresiasi sosial berhubungan dengan integritas guru, dan sistem pendidikan guru. Dalam hal ini seseorang yang berprofesi sebagai guru haruslah menempuh jenjang
pendidikan terlebih dahulu, karena status kependidikan mempunyai peranan dalam menunjang tingkat kesejahteraan seseorang yang berprofesi sebagai guru.
Status kependidikan diperlukan untuk mendapatkan pengakuan bahwa seseorang tersebut telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu. Dari penjelasan diatas melahirkan persepsi yang berbeda dari masing-
masing individu. Apabila persepsi seseorang terhadap kesejahteraan guru berupa positif, maka ia akan cenderung bersikap dan bertingkah laku positif terhadap
profesi guru dan tertarik dengan profesi guru atau berkeinginan untuk menjadi guru. Sebaliknya apabila persepsi seseorang terhadap kesejahteraan guru berupa
negatif, maka ia cenderung bertingkah laku negatif yang menunjukkan ketidaktertarikannya terhadap profesi guru dan tidak akan memilih guru sebagai
pilihan profesinya. Secara garis besar kerangka berfikir dalam penelitian ini dituangkan dalam dalam gambar sebagai berikut:
kesejahteraa
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir